Menkes: Kekebalan terhadap Mpox bisa terbentuk dari vaksin cacar - ANTARA News

 

Menkes: Kekebalan terhadap Mpox bisa terbentuk dari vaksin cacar - ANTARA News

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kekebalan terhadap cacar monyet atau Monkey Pox (Mpox) masyarakat Indonesia bisa terbentuk jika sudah mendapatkan vaksin cacar meski tidak persis.

“Mengapa kita tidak secara masif meminta masyarakat divaksinasi? Karena yang pertama, hampir semua orang Indonesia sudah vaksinasi cacar dulu, jadi kekebalannya sudah ada walaupun enggak persis sama,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin usai meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Ia memastikan saat ini vaksin cacar monyet sudah ada dua jenis dari Denmark, Eropa, serta Jepang, untuk menyasar kelompok-kelompok tertentu karena penularannya sangat spesifik.

“Mpox itu kan menularnya sangat spesifik, mirip dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Jadi seharusnya penularannya jauh berbeda dengan COVID-19,” ujar Menkes.

Baca juga: Menkes: Vaksin Mpox masih menyasar kelompok tertentu seperti HIV

Sebelumnya Menkes Budi juga menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.

"Vaksin Mpox kita berikan, Mpox itu enggak menular, di situ-situ saja, jarang. Itu biasanya ke kelompok tertentu kayak HIV. Jadi, yang kita vaksin di kelompok itu-itu saja, dan yang swasta (rumah sakit) nanti kita juga sebarkan," ujar Menkes.

Ia menegaskan hingga saat ini stok vaksin cacar monyet masih aman dan mengimbau masyarakat untuk terus menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sementara itu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan penerapan kembali disiplin protokol kesehatan guna mencegah cacar monyet.

Baca juga: Pemerintah siapkan vaksin percobaan cacar monyet untuk masyarakat Indonesia, benarkah?

Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN Harimat Hendrawan memaparkan pencegahan cacar monyet dapat diupayakan dengan pemberian vaksin cacar, penggunaan pelindung pribadi, dan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

“Prinsipnya kita harus kembali menegakkan disiplin protokol kesehatan untuk mencegah risiko penularan,” kata Hendrawan.

Lebih lanjut ia menjelaskan pengobatan umumnya bersifat suportif, dengan fokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan infeksi sekunder. Beberapa terapi antiviral mungkin digunakan dalam kasus-kasus yang parah atau berisiko tinggi.

Baca juga: Indonesia donasikan vaksin kepada negara Afrika terdampak wabah Mpox 

Kemenkes: Vaksinasi cacar monyet dikhususkan bagi populasi kunci

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya