Harga Minyak Mentah Naik di Tengah Eskalasi Perang Ukraina-Rusia
Harga minyak mentah menguat pada Selasa (19/11/2024) di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia.
Harga Minyak Mentah Naik di Tengah Eskalasi Perang Ukraina-Rusia. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak mentah menguat pada Selasa (19/11/2024) di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik menyusul keputusan pemerintahan Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengizinkan Ukraina meluncurkan rudal ke target di Rusia.
Selain itu, kenaikan harga minyak seiring produksi di ladang minyak Johan Sverdrup milik Equinor (EQNR) di lepas pantai Norwegia kembali beroperasi usai gangguan listrik.
Kontrak berjangka (futures) minyak mentah WTI untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,10 persen menjadi USD69,31 per barel.
Sementara itu, minyak Brent Januari, acuan global, terapresiasi 0,22 persen ke level USD73,30 per barel.
Produksi dari ladang Sverdrup, salah satu ladang minyak terbesar di Eropa, sempat dihentikan pada Senin akibat gangguan listrik di stasiun kelistrikan darat, yang mendorong harga minyak naik lebih dari 3 persen.
Menurut laporan Reuters, dua pertiga dari kapasitas produksi ladang sebesar 755 ribu barel per hari telah kembali beroperasi pada Selasa.
Mengutip MT Newswires, Selasa (19/11), ketegangan internasional turut menopang harga minyak setelah Rusia mengecam keputusan AS yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang target di Rusia.
"Kerusakan yang dapat ditimbulkan Ukraina pada instalasi energi Rusia dalam beberapa pekan mendatang bisa jadi signifikan,” kata PVM Oil Associates dalam catatannya.
Menurut PVM, ladang minyak Norwegia memang akan kembali beroperasi pada akhirnya, tetapi bagaimana Ukraina akan bereaksi atas lampu hijau dari AS tampaknya masih ambigu.
“Namun, lonjakan harga kemarin jelas didukung oleh perkembangan terbaru," ujar PVM Oil Associates.
Kontrak minyak berjangka berhasil mempertahankan kenaikan hari sebelumnya, meskipun tekanan untuk turun tertahan oleh premi risiko geopolitik yang meningkat.
Namun, mengutip Dow Jones Newswires, Selasa (19/11), pandangan pesimistis terhadap situasi pasokan dan permintaan global tetap membatasi penguatan harga minyak.
"Dengan China yang kesulitan kembali mencapai pertumbuhan di atas 5 persen, serta AS dan Eropa mengalami perlambatan siklikal, permintaan minyak mentah pada 2024 dan 2025 diperkirakan hanya tumbuh setengah dari laju 2 juta barel per hari yang terlihat pada periode pasca-pandemi 2022-2023," kata laporan TD Securities.
Sementara itu, data dari Weekly Statistical Bulletin API menunjukkan, stok minyak mentah AS naik sebesar 4,753 juta barel pada pekan yang berakhir 15 November 2024, setelah sebelumnya turun 0,77 juta barel.
Kenaikan ini merupakan yang keempat dalam dua belas pekan terakhir, melampaui proyeksi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,8 juta barel. (Aldo Fernando)
Komentar
Posting Komentar