Kehadiran Jet Tempur J-20 dan Su-57 Bikin Inggris Khawatir dengan Kekuatan Armada Udara Mereka - Zona Jakarta

 

Kehadiran Jet Tempur J-20 dan Su-57 Bikin Inggris Khawatir dengan Kekuatan Armada Udara Mereka - Zona Jakarta

Hadirnya jet tempur J-20 dan Su-57 buat Inggris merasa armada udara mereka semakin tertinggal.
Hadirnya jet tempur J-20 dan Su-57 buat Inggris merasa armada udara mereka semakin tertinggal

ZONAJAKARTA.COM - Inggris kini menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan supremasi udara di tengah munculnya ancaman baru dari negara-negara seperti China dan Rusia.

Menurut Kepala Staf Angkatan Udara Inggris, Air Chief Marshal Sir Richard Knighton, era dominasi tanpa tanding di udara bagi Inggris dan sekutunya sudah berakhir.

Hal ini dipicu oleh kemunculan pesawat tempur canggih seperti J-20 dari China dan Su-57 dari Rusia, yang keduanya dilengkapi teknologi stealth (siluman) mutakhir yang semakin menyaingi kekuatan udara Barat.

Dikutip Zonajakarta.com dari The Independent edisi Selasa, 12 November 2024 berjudul "UK will not have air supremacy over enemies in future wars, RAF chief warns", di acara Royal United Services Institute (RUSI), Sir Richard menegaskan pentingnya modernisasi Angkatan Udara Inggris (RAF) agar dapat terus bersaing.

"Selama tiga dekade terakhir, kita menikmati keunggulan di udara. Namun, situasi ini tidak akan bertahan di masa depan," ujar Sir Richard.

Ia menambahkan bahwa RAF harus bersiap menghadapi tantangan udara yang lebih besar dan kompleks.

Baca Juga:

China dan Rusia telah memperlihatkan kemajuan signifikan dalam kemampuan militer udara mereka.

Pesawat tempur generasi terbaru seperti J-20 dan Su-57 memiliki kemampuan stealth yang membuatnya lebih sulit dideteksi oleh radar konvensional.

Keunggulan teknologi ini memungkinkan kedua negara tersebut untuk mengancam dominasi Barat di udara, terutama jika Inggris tidak segera memperbarui armada udaranya.

Sir Richard juga menekankan bahwa pengembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan drone telah mempercepat siklus adaptasi dalam peperangan.

"Di Ukraina, misalnya, siklus pengembangan senjata hingga pengembangan countermeasure hanya memakan waktu tiga minggu," ungkapnya.

Kemajuan cepat dalam perang modern ini menuntut Inggris untuk segera meningkatkan kemampuan tempurnya agar dapat mengantisipasi ancaman serupa di masa depan.

Baca Juga:

Hadirnya jet tempur J-20 dan Su-57 buat Inggris merasa armada udara mereka semakin tertinggal.

Untuk mengatasi tantangan ini, RAF akan mulai mengoperasikan dua jenis pesawat baru pada tahun depan, yaitu pesawat komando dan kendali E-7 serta drone endurance yang dikenal sebagai Protector.

Meskipun demikian, Sir Richard mengakui bahwa setelah kedua pesawat ini beroperasi, RAF tidak berencana menambah pesawat baru lainnya hingga setidaknya tahun 2035.

Hal ini menciptakan kekhawatiran bahwa kekuatan udara Inggris mungkin tertinggal dari negara lain yang terus berinvestasi dalam teknologi militer canggih.

Bahkan dengan upgrade pada pesawat tempur Typhoon dan F-35 yang dirancang pada 1980-an dan 1990-an

Inggris harus menghadapi realitas bahwa mereka akan mengandalkan armada ini untuk setidaknya satu dekade ke depan.

Sir Richard juga menyoroti pentingnya peningkatan kekuatan militer sebagai deterrent atau penangkal dalam menghadapi aliansi negara-negara anti-Barat yang dipimpin oleh China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.

Baca Juga:

Meski tidak menyebutkan adanya ancaman langsung terhadap Inggris, ia menekankan pentingnya Inggris dan sekutunya untuk memperkuat pertahanan agar mampu mencegah konflik di masa mendatang.

"Kekuatan deterrent dan kekuatan keras menjadi semakin penting. Jika kita gagal, maka kita akan kembali mengalami penderitaan berat seperti yang terjadi di masa lalu," pungkasnya.

Dengan tantangan yang terus berkembang, RAF berada di persimpangan untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh dengan kekuatan udara yang semakin canggih.

Kehadiran jet tempur seperti J-20 dan Su-57 adalah pengingat bahwa supremasi udara Inggris tak lagi terjamin.

Tanpa modernisasi yang signifikan, dominasi udara Inggris mungkin hanya akan menjadi cerita masa lalu.

Oleh karena itu kini Inggris dikabarkan ingin menghentikan upaya mereka untuk mendatangkan Eurofighter dan fokus ke jet tempur F-35.

Baca Juga:

Dikutip Zonajakarta.com dari Janes edisi Rabu, 6 November 2024 berjudul "IFC 2024: UK leaning towards F-35 over Typhoon to increase combat mass", seorang pejabat Inggris yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa mereka telah memilih F-35 untuk armada udara baru mereka.

Halaman:
Hadirnya jet tempur J-20 dan Su-57 buat Inggris merasa armada udara mereka semakin tertinggal.

"Kami adalah bagian dari program F-35 dan Eurofighter, tetapi untuk Angkatan Udara Kerajaan (RAF), F-35 adalah pilihan yang kami yakini akan menambah kekuatan tempur yang kami butuhkan."

"Kami berkomitmen untuk pembelian F-35 lebih lanjut, dan inilah yang sedang kami pertimbangkan," ujarnya.

Akan tetapi keputusan mereka untuk beralih ke F-35 dan meninggalkan Eurofighter dikabarkan bisa memberikan resiko.

Di mana pabrik komponen Eurofighter sendiri kebanyakan dipasok oleh Inggris.

Oleh karena itu jika mereka memutuskan untuk meninggalkan Eurofighter.

Baca Juga:

Akan ada potensi pengurangan pekerjaan atau perlambatan siklus produksi, terutama di fasilitas yang berfokus pada jet tempur ini.***

Halaman:

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya