Krisis Alutsista, Tiba-tiba Malaysia Desak Korsel Percepat Pengiriman 18 Jet Tempur FA-50 - Zona Jakarta
Krisis Alutsista, Tiba-tiba Malaysia Desak Korsel Percepat Pengiriman 18 Jet Tempur FA-50 - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Malaysia benar-benar dalam kebutuhan mendesak terhadap alutsista terbaru, hingga ingin mempercepat pengiriman 18 pesawat tempur ringan FA-50M dari Korea Selatan (Korsel).
Desakan itu disampaikan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim.
Berbicara kepada para wartawan Malaysia di Seoul, Korsel, Anwar Ibrahim menyatakan ada kebutuhan buat Malaysia untuk mendapat pesawat itu lebih cepat.
“Kami telah meminta pengiriman cepat 18 pesawat FA-50M, yang telah diputuskan beberapa tahun lalu dan awalnya dijadwalkan untuk pengiriman pada tahun 2026,” kata Anwar Ibrahim pada hari terakhir kunjungannya ke Korsel, seperti dikutip defencesecurityasia.com, 26 November 2024.
"jika memungkinkan, pengiriman itu dipercepat," tegasnya.
Malaysia memang sedang dalam kebutuhan mendesak tentang alutsista modern, setelah banyak alutsista yang masuk masa kadaluarsa.
Problem kadaluarsa aset militer Malaysia itu dijelaskan Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin, dalam rapat di parlemen, 21 Oktober 2024.
Bahkan, katanya, aset militer Malaysia yang masuk masa kadaluarsa atau berumur lebih dari 30 tahun sebanyak 171 unit.
Dari Angkatan Darat, aset militer yang berumur di atas 30 tahun sebanyak 108 unit.
Sedangkan Angkatan Udara memiliki 29 aset militer yang kadaluarsa dan Angkatan laut 34 unit.
Pada HUT ke-91 Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM), Oktober 2024, Panglima ATM Jenderal Tan Sri Muhammad Ab Rahman juga menyampaikan keluhan serupa.
Soal modernisasi pertahanan udaranya, Malaysia sebenarnya sudah sepakat membeli 33 pesawat F/A-18 Hornet bekas Kuwait.
Bahkan, pada 6 Oktober 2024, Menteri Pertahanan Datuk Seri Muhamed Khaled Nordin datang sendiri ke Kuwait untuk melihat keadaan pesawat yang akan dibeli.
Namun, upaya akuisisi 33 pesawat F/A-18 Hornet itu terganjal aturan Amerika Serikat (AS).
Kuwait hanya boleh menjual F/A-18 Hornet jika mendapat izin negara produser, dalam hal ini AS.
Sementara AS sendiri dikabarkan berminat mengakuisisi kembali 33 F/A-18 Hornet milik Kuwait itu untuk memperkuat Angkatan Laut mereka.
Sehingga, sampai sekarang rencana Malaysia mengakuisisi 33 F/A-18 Hornet dari Kuwait itu terkatung-katung.
Belum lagi, upaya Malaysia menyewa 4 helikopter UH-60A Black Hawk akhirnya dibatalkan.
Persoalannya, perusahaan perantara gagal memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan, meski sudah diberi beberapa kali kelonggaran.
Sebab itu, Malaysia mendesak agar sebanyak 18 pesawat FA-50 yang dipesan dari Korea Aerospace Industries (KAI) bisa dikirim lebih cepat.
Kementerian Pertahanan Malaysia dan KAI sudah menyepakati kontrak pembelian 18 pesawat FA-50M Block 20 pada Mei 2023 senilai 4 miliar ringgit Malaysia atau sekitar Rp 14,2 triliun.
Sesuai rencana, pesawat itu akan mulai dikirimkan ke Malaysia pada 2026 sampai 2028.
Datuk Seri Mohamad Khaled Nordin pada September 2024 mengunjungi fasilitas KAI untuk melihat proses produksi pesawat itu.
Menurutnya, pembuatan 18 pesawat FA-50M untuk malaysia itu baru mencapai 39 persen.
Menurut beberapa sumber, 18 pesawat FA-50M itu akan memperkuat Pangkalan Angkatan Udara di Kuantan.
Pesawat FA-50 yang dipesan Angkatan Udara Malysia (RMAF) itu merupakan varian termodern.
Salah satu perbedaan utama dalam varian FA-50M Malaysia adalah penyertaan fitur-fitur mutakhir, seperti radar Active Electronically Scanned Array (AESA), komponen elektronik canggih, dan kemampuan pengisian bahan bakar di udara.
Pesawat ini juga akan dilengkapi fasilitas untuk menyebarkan rudal dan bom berpemandu presisi.
Selain itu, FA-50M RMAF akan dilengkapi dengan "Sniper" Advanced Targeting Pod (ATP) yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin.
Dengan berat sekitar 200 kg, Sniper ATP menyediakan kemampuan deteksi target, identifikasi, dan pengawasan berkelanjutan yang ditingkatkan untuk berbagai misi, termasuk dukungan udara jarak dekat untuk pasukan darat.
Rencana pelatihan 6 pilot RMAF di Pangkalan Angkatan Udara Korsel (ROKAF) di Gwangju sudah dijadwalkan pada 2026 selama 6 bulan.
Pelatihan intensif akan memanfaatkan pesawat latih canggih T-50 Golden Eagle yang dikembangkan bersama oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat. ***
Komentar
Posting Komentar