Sudah Hitam di Atas Putih, Peru akan Produksi Komponen KF-21 Boramae dan Indonesia Bisa Makin Tersisihkan - Zona Jakarta
Sudah Hitam di Atas Putih, Peru akan Produksi Komponen KF-21 Boramae dan Indonesia Bisa Makin Tersisihkan - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Korean Aerospace Industries akhirnya menandatangani surat kesepahaman bersama (MoU) dengan Pelayanan Perawatan Angkatan Udara Peru (SEMAN) soal kerja sama produksi jet tempur KF-21 Boramae.
Ini akan semakin menyisihkan IndonesIa dari program KF-21 yang semula menjadi partner penting.
Dalam kesepakatan itu, Peru akan memproduksi komponen yang digunakan oleh pesawat generasi ke-4 buatan KAI, Korea Selatan itu.
Kesepakatan itu terjadi di sela-sela Pertemuan Tingkat TInggi APEC di Peru.
Demikian diumumkan Menteri Pertahanan Peru, 17 November 2024, seperti dikutip eurasiantimes.com, 20 November 2024.
Kehadiran Peru dalam proyek KF-21 Boramae ini akan menjadi babak baru, setelah KAI mengalami kesulitan finansial.
Sebelumnya, KF-21 melibatkan Indonesia sebagai partner utama.
Pemerintah Korea Selatan akan menanggung 60 persen biaya pengembangan dan produksi, KAI pasok 20 persen dan Indonesia juga kejatah patungan 20 persen atau Rp 18,5 triliun.
Sebagai kompensasinya, Indonesia akan mendapat jatah 48 unit KF-21 dan transfer teknologi.
Namun, dalam perkembangannya Indonesia dianggap menunggak sehingga jadi faktor penghambat program KF-21.
Indonesia memiliki alasan sendiri, karena tidak dilibatkan dalam beberapa sektor, sehingga transfer teknologi yang diharapkan pun sangat berkurang.
Sehingga, Indonesia pun menolak membayar penuh kewajiban 20 persen itu.
Dikutip Zonajakarta.com dari kantor berita Antara, Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI mengatakan, ada 9 teknologi yang tak bisa didapatkan Indonesia dari program itu.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo saat membuka seminar "Tantangan TNI AU dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan" di Halim Perdanakusuma, 8 November 2022.
Persoalan ini sempat menjadi tarik ulur dan polemik antara KAI, Indonesia, dan Badan Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) sebagai wakil pemerintah Korsel.
Akhirnya, Indonesia mengajukan pengurangan kewajiban biaya menjadi hanya patungan Rp 6,9 triliun dengan konsekuensi berkurang hak-hak yang akan didapatkan.
Ksrena itu, proyek KF-21 terus berusaha mencari partner lain.
Sebenarnya, Korsel sudah mengajak Peru sejak lama, namun penandatanganan MoU baru dilakukan 17 November 2024 lalu.
Wakil industri Korsel dan Peru juga menandatangani kerangka kerja persetujuan untuk akuisisi, kerja sama pengembangan, dan kerja asma produksi kendaraan tempur serta MoU produksi kapal selam.
Peru sendiri memang sedang dalam kebutuhan mendesak untuk memodernisasi angkatan udaranya, karena rata-rata pesawat tempur mereka sudah berumur lebih dari 30 tahun.
Awal tahun 2024 ini, Menteri Pertahanan Peru, Walter Astudillo di depan kongres mengatakan, rancangan belanja militer pada 2025 sebesar 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 55,6 triliun.
Dana sebesar itu salah satunya untuk membeli 24 jet tempur untuk Angkatan Udara Peru (FAP).
Saat ini, FAP hanya mengandalkan MiG-29, Mirage-2000, dan Cessna A-37 yang sudah tua.
KAI telah menawarkan paket KF-21 dan FA-50 Light Attack.
Pemerintah Peru dilaporkan berencana membeli 20 KF-21 dan 30 FA-50, selain juga masuk dalam program KF-21 Boramae seperti Indonesia.
"Jika Peru memutuskan untuk membeli KF-21 dan FA-50, maka Peru akan menjadi negara ekspor pertama untuk melengkapi susunan utama jet tempur," kata Presiden KAI, Kang Goo-young.
"Lewat persetujuan ini, kami akan memperkuat aktivitas pemasaran kami dengan menargetkan negara-negara Amerika Latin yang sedang mendesak mengganti pesawat tempurnya dan Peru akan menjadi basis produksi," tambahnya.
Dengan kehadiran Peru dalam kerja sama di program KF-21 maka akan menjadi partner lebih penting bagi Korsel daripada Indonesia yang sudah mengurangi pasokan dana. ***
Komentar
Posting Komentar