Rabu
20Aug2025
Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
Home Amerika Serikat

Ambisi Trump Perluas Wilayah Amerika: Caplok Kanada, Beli Greenland, Ganti Nama Teluk Meksiko Halaman all - Kompas

6 min read

 Internasional 

Ambisi Trump Perluas Wilayah Amerika: Caplok Kanada, Beli Greenland, Ganti Nama Teluk Meksiko Halaman all - Kompas

Ambisi Trump Perluas Wilayah Amerika: Caplok Kanada, Beli Greenland, Ganti Nama Teluk Meksiko Halaman all - Kompas | OPSIIN-1

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (7/1/2025) mengucapkan ambisinya untuk memperluas wilayah AS.

Trump mengatakan, ia ingin membeli Greenland, mencaplok Kanada, merebut Terusan Panama, dan mengganti nama Teluk Meksiko.

Dalam konferensi pers di kompleks rumahnya di Mar-a-Lago, Negara Bagian Florida, politisi Partai Republik itu mengeklaim tak akan segan menggunakan kekuatan militer atau ekonomi.

Baca juga: Jelang Trump Berkuasa Lagi, Akankah AS Blokir TikTok?

Denmark Usulkan Trump Tingkatkan Kehadiran Militer AS di Greenland

Namun komentar Trump tidak banyak digubris oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

"Piagam (PBB) sangat jelas tentang perlunya setiap negara anggota menghormati integritas teritorial negara lain," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dikutip dari kantor berita AFP.

Sejauh ini belum diketahui apakah ambisi Trump untuk memperluas wilayah AS benar-benar serius, atau hanya taktik tawar-menawar untuk memperoleh konsesi ekonomi-politik.

Berikut adalah komentar Trump untuk masing-masing wilayah yang ingin direbutnya.

1. Merebut Terusan Panama

ilustrasi Terusan Panama.

Lihat Foto

Terusan strategis ini dibangun oleh AS kemudian diserahkan ke Panama, negara di Amerika Tengah, 25 tahun lalu.

Menurut Trump, jalur perairan sepanjang 82 kilometer itu penting bagi "Negeri Paman Sam".

"Lihat, Terusan Panama sangat penting bagi negara kita. Terusan itu dioperasikan oleh China... China!... dan kita memberikan Terusan Panama kepada Panama, kita tidak memberikannya kepada China," kata Trump.

  Dunia Internasional,   Pesawat Mata-mata Militer AS Berkeliaran di 'Depan Pintu' China | Halaman Lengkap  logo-apps-sindo Makin mudah baca berita nasional dan internasional.  Kanal  MNC Portal  Live TV  MNC Networks  Muhaimin Jum'at, 08 Agustus 2025 - 09:41 WIB  Pesawat Mata-mata Militer... Pesawat mata-mata militer AS Combat Sent berkeliaran di depan pintu China di Laut China Selatan. Foto/US Air Force  BEIJING - Sebuah pesawat mata-mata militer Amerika Serikat (AS) telah terdeteksi terbang jauh ke wilayah sengketa di Laut China Selatan, yang oleh media Amerika gambarkan sebagai "depan pintu" China. Data pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat itu muncul di wilayah tersebut pada hari Selasa lalu. Pentagon biasanya tidak mengungkapkan secara spesifik tentang operasi militernya, tetapi lembar fakta Angkatan Udara AS menyebutkan bahwa pesawat mata-mata Combat Sent mengumpulkan informasi pengintaian elektronik strategis untuk para pengambil keputusan dalam rantai komando militer AS.  "Menemukan dan mengidentifikasi sinyal radar darat, laut, dan udara militer asing, Combat Sent mengumpulkan dan memeriksa setiap sistem secara mendetail, memberikan analisis strategis bagi para prajurit," ujar Angkatan Udara AS, dalam penjelasan tentang peran platform tersebut dalam mengembangkan tindakan penanggulangan anti-radar yang efektif seperti jamming (pengacauan), sebagaimana dikutip dari Newsweek, Jumat (8/8/2025).  Baca Juga: China Bangun Armada di Tengah Laut, Nelayan atau Mata-Mata?  Menurut geodata yang dilaporkan situs web Flightradar24, Comba Sent yang juga dikenal sebagai RC-135U menyelidiki perairan di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan dalam penerbangan 10 jam dari pusat militer utama di Jepang barat daya.  Penerbangan pada 6 Agustus tersebut pertama kali terdeteksi oleh analis intelijen sumber terbuka MeNMyRC1, mantan anggota kru RC-135 dan spesialis platform intelijen sinyal. Mereka mengatakan bahwa jarang sekali penerbangan mata-mata AS terlihat begitu jauh di selatan Laut China Selatan, sekaligus mencatat bahwa wilayah tersebut seringkali kekurangan penerima darat yang cukup untuk menangkap jejak pesawat.  Combat Sent, yang dikerahkan pada akhir Juni dari daratan Amerika Serikat ke Pangkalan Udara Kadena di Pulau Okinawa, Jepang, melakukan penerbangan terakhirnya tepat setelah pukul 06.00 pagi waktu terkoordinasi universal atau UTC, menurut Flightradar24. Pesawat itu baru mendarat setelah pukul 16.00 sore UTC di hari yang sama.  Catatan penerbangan menunjukkan bahwa Combat Sent telah dikerahkan dalam penerbangan yang diduga untuk pengumpulan intelijen elektronik setidaknya 11 kali sejak 1 Juli, menyelidiki wilayah yang disengketakan, termasuk di selatan perbatasan Korea Utara serta di dekat provinsi paling selatan China; Hainan, yang merupakan lokasi salah satu kapal induk Angkatan Laut China yang ditempatkan di Laut China Selatan.  Angkatan Udara menyatakan bahwa awak pesawat Combat Sent mencakup minimal 10 perwira perang elektronik dan enam atau lebih spesialis area misi. Pesawat ini memiliki jangkauan bahan bakar lebih dari 4.500 mil dan ketinggian operasional lebih dari 35.000 kaki.  Militer AS mengoperasikan dua platform Combat Sent. Kedua platform tersebut pertama kali terbang pada pertengahan 1960-an dan diperkirakan akan tetap beroperasi hingga tahun 2040-an.  Lembaga think tank yang berbasis di Beijing, South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, menulis di X bahwa mereka telah melacak 48 serangan mendadak oleh pesawat mata-mata AS di Laut China Selatan pada bulan Juli saja, empat di antaranya adalah RC-135.  China mengeklaim kedaulatan atas Kepulauan Spratly di lepas pantai barat Filipina dan telah menguasai gugusan Paracel di sebelah timur Vietnam sejak pertengahan 1970-an.  Di kedua gugus pulau yang disengketakan tersebut, China telah memperluas beting dan mereklamasi terumbu karang secara artifisial untuk membangun pangkalan militer besar yang menampung radar, barak, dan lapangan terbang.  China belum berkomentar atas kehadian pesawat mata-mata AS tersebut. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan kepada wartawan pada 9 Februari: "Pesawat dan kapal perang AS sering melakukan pengintaian jarak dekat di sekitar China, yang secara serius mengancam keamanan nasional China dan merusak perdamaian serta stabilitas regional."  (mas)  wa-channel Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari  Follow Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga! Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya  Infografis  J-36 China Diklaim Bisa... J-36 China Diklaim Bisa Pecundangi Pesawat Pengebom B-21 AS -  SINDOnews Baca juga Dunia Internasional, Pesawat Mata-mata Militer AS Berkeliaran di 'Depan Pintu' China | Halaman Lengkap logo-apps-sindo Makin mudah baca berita nasional dan internasional. Kanal MNC Portal Live TV MNC Networks Muhaimin Jum'at, 08 Agustus 2025 - 09:41 WIB Pesawat Mata-mata Militer... Pesawat mata-mata militer AS Combat Sent berkeliaran di depan pintu China di Laut China Selatan. Foto/US Air Force BEIJING - Sebuah pesawat mata-mata militer Amerika Serikat (AS) telah terdeteksi terbang jauh ke wilayah sengketa di Laut China Selatan, yang oleh media Amerika gambarkan sebagai "depan pintu" China. Data pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat itu muncul di wilayah tersebut pada hari Selasa lalu. Pentagon biasanya tidak mengungkapkan secara spesifik tentang operasi militernya, tetapi lembar fakta Angkatan Udara AS menyebutkan bahwa pesawat mata-mata Combat Sent mengumpulkan informasi pengintaian elektronik strategis untuk para pengambil keputusan dalam rantai komando militer AS. "Menemukan dan mengidentifikasi sinyal radar darat, laut, dan udara militer asing, Combat Sent mengumpulkan dan memeriksa setiap sistem secara mendetail, memberikan analisis strategis bagi para prajurit," ujar Angkatan Udara AS, dalam penjelasan tentang peran platform tersebut dalam mengembangkan tindakan penanggulangan anti-radar yang efektif seperti jamming (pengacauan), sebagaimana dikutip dari Newsweek, Jumat (8/8/2025). Baca Juga: China Bangun Armada di Tengah Laut, Nelayan atau Mata-Mata? Menurut geodata yang dilaporkan situs web Flightradar24, Comba Sent yang juga dikenal sebagai RC-135U menyelidiki perairan di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan dalam penerbangan 10 jam dari pusat militer utama di Jepang barat daya. Penerbangan pada 6 Agustus tersebut pertama kali terdeteksi oleh analis intelijen sumber terbuka MeNMyRC1, mantan anggota kru RC-135 dan spesialis platform intelijen sinyal. Mereka mengatakan bahwa jarang sekali penerbangan mata-mata AS terlihat begitu jauh di selatan Laut China Selatan, sekaligus mencatat bahwa wilayah tersebut seringkali kekurangan penerima darat yang cukup untuk menangkap jejak pesawat. Combat Sent, yang dikerahkan pada akhir Juni dari daratan Amerika Serikat ke Pangkalan Udara Kadena di Pulau Okinawa, Jepang, melakukan penerbangan terakhirnya tepat setelah pukul 06.00 pagi waktu terkoordinasi universal atau UTC, menurut Flightradar24. Pesawat itu baru mendarat setelah pukul 16.00 sore UTC di hari yang sama. Catatan penerbangan menunjukkan bahwa Combat Sent telah dikerahkan dalam penerbangan yang diduga untuk pengumpulan intelijen elektronik setidaknya 11 kali sejak 1 Juli, menyelidiki wilayah yang disengketakan, termasuk di selatan perbatasan Korea Utara serta di dekat provinsi paling selatan China; Hainan, yang merupakan lokasi salah satu kapal induk Angkatan Laut China yang ditempatkan di Laut China Selatan. Angkatan Udara menyatakan bahwa awak pesawat Combat Sent mencakup minimal 10 perwira perang elektronik dan enam atau lebih spesialis area misi. Pesawat ini memiliki jangkauan bahan bakar lebih dari 4.500 mil dan ketinggian operasional lebih dari 35.000 kaki. Militer AS mengoperasikan dua platform Combat Sent. Kedua platform tersebut pertama kali terbang pada pertengahan 1960-an dan diperkirakan akan tetap beroperasi hingga tahun 2040-an. Lembaga think tank yang berbasis di Beijing, South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, menulis di X bahwa mereka telah melacak 48 serangan mendadak oleh pesawat mata-mata AS di Laut China Selatan pada bulan Juli saja, empat di antaranya adalah RC-135. China mengeklaim kedaulatan atas Kepulauan Spratly di lepas pantai barat Filipina dan telah menguasai gugusan Paracel di sebelah timur Vietnam sejak pertengahan 1970-an. Di kedua gugus pulau yang disengketakan tersebut, China telah memperluas beting dan mereklamasi terumbu karang secara artifisial untuk membangun pangkalan militer besar yang menampung radar, barak, dan lapangan terbang. China belum berkomentar atas kehadian pesawat mata-mata AS tersebut. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan kepada wartawan pada 9 Februari: "Pesawat dan kapal perang AS sering melakukan pengintaian jarak dekat di sekitar China, yang secara serius mengancam keamanan nasional China dan merusak perdamaian serta stabilitas regional." (mas) wa-channel Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari Follow Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga! Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya Infografis J-36 China Diklaim Bisa... J-36 China Diklaim Bisa Pecundangi Pesawat Pengebom B-21 AS - SINDOnews

"Dan mereka menyalahgunakannya, mereka menyalahgunakan pemberian itu."

Panama berulang kali membantah tuduhan Trump bahwa China diberi peran mengelola terusan itu, atau mendapat tarif istimewa untuk menggunakannya.

Baca juga: 10 Jalur Air Penting Terkenal di Dunia, Terusan Suez hingga Terusan Panama

2. Membeli Greenland

Ilustrasi Greenland.

Lihat Foto

Trump juga mengusik Eropa dengan rencana membeli Greenland, pulau yang merupakan wilayah otonomi Denmark.

Putra sulungnya, Donald Trump Jr, tiba di Greenland—yang diklaim sebagai kunjungan pribadi—sesaat sebelum komentar ayahnya keluar.

Tak ada pertemuan resmi yang dijadwalkan untuk Donald Trump Jr di Greenland.

Adapun Denmark adalah sekutu AS, bahkan sesama anggota aliansi pertahanan NATO.

"Kita membutuhkan Greenland untuk tujuan keamanan nasional," ucap Trump.

Saat masa jabatan pertama sebagai presiden AS, Trump pun pernah menyatakan minatnya untuk membeli Greenland.

Araghchi: Iran Siap Lanjutkan Negosiasi, tapi Amerika Harus Ubah Perilakunya Dulu - TribunnewsBaca juga Araghchi: Iran Siap Lanjutkan Negosiasi, tapi Amerika Harus Ubah Perilakunya Dulu - Tribunnews

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan kepada stasiun televisi TV2, ia tidak bisa membayangkan rencana Trump membeli Greenland akan terwujud.

Baca juga: Donald Trump Sah Menang Pilpres AS, Tak Ada Kekacauan seperti 2021

3. Mencaplok Kanada

Ilustrasi Kanada, bendera Kanada.

Lihat Foto

Kanada, negara tetangga AS di utara, tak luput dari bidikan Trump.

"Singkirkan garis (perbatasan) yang dibuat-buat itu, dan Anda lihat seperti apa bentuknya, dan itu juga akan jauh lebih baik untuk keamanan nasional," kata Trump.

Namun, Trump menepis kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk mencaplok Kanada, yang sedang dilanda kekacauan politik setelah Perdana Menteri Justin Trudeau mengumumkan pengunduran diri.

"Tidak, kekuatan ekonomi," jawab Trump saat ditanya apakah akan menggunakan pasukan militer untuk menjadikan Kanada negara bagian ke-51 AS.

Trudeau di media sosial X membalas, "Tak ada peluang sekecil bola salju pun bahwa Kanada akan menjadi bagian dari Amerika Serikat," seraya menyoroti hubungan keamanan dan perdagangan bilateral yang erat.

Trump berencana menerapkan tarif impor 25 persen untuk barang-barang dari Kanada, saat menjabat mulai 20 Januari 2025.

Tarif impor itu dapat merugikan Kanada karena 75 persen ekspornya ditujukan ke AS.

Baca juga: Trump Ingin Caplok Kanada, Ini Balasan Komentar PM Trudeau

4. Ganti nama Teluk Meksiko

Trump pada kesempatan yang sama menyatakan keinginannya mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika.

"Kami akan mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika, nama yang indah," katanya di hadapan wartawan.

"Itu yang benar. Dan Meksiko harus berhenti membiarkan jutaan orang masuk ke negara kita," lanjutnya.

Anggota DPR Negara Bagian Georgia, Marjorie Taylor Greene yang merupakan sekutu Trump di Partai Republik, akan mengajukan undang-undang perubahan nama Teluk Meksiko pada Kamis (9/1/2025).

Namun, belum diketahui apakah Trump berwenang mengubah nama Teluk Meksiko dalam penyebutan di AS.

Jika Trump resmi mengubah nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika di AS, negara lain tidak wajib mengikutinya.

Baca juga: Trump Ingin Ganti Nama Teluk Meksiko Jadi Teluk Amerika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Komentar
Additional JS