Jelang Pelantikan, Donald Trump Tegaskan Bakal Deportasi Massal Imigran Gelap AS - TribunNews

 Dunia Internasional 

Jelang Pelantikan, Donald Trump Tegaskan Bakal Deportasi Massal Imigran Gelap AS - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Donald Trump berkomitmen untuk menerapkan aturan deportasi dengan melakukan pembatasan imigrasi secara ketat kepada imigran gelap setelah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS).

Dia juga bersumpah untuk segera memenuhi janji utama selama kampanye kepresidenannya, termasuk mengambil tindakan untuk "menjauhkan pria dari olahraga perempuan." sebagai bagian dari janji selama kampanye Trump untuk membatasi hak-hak transgender seperti membatasi perawatan medis terkait afirmasi gender dan partisipasi olahraga transgender.

Pernyatan itu diungkap Trump menjelang pelantikannya yang akan digelar pada Senin (20/1/2025) pukul 12.00 siang waktu setempat, atau pukul 00.00 WIB hari Selasa waktu Indonesia.

Baca juga: Video Respons Kemlu RI soal Donald Trump Ingin Relokasi 2 Juta Warga Gaza Palestina ke Indonesia

"Besok saat matahari terbenam, invasi ke negara kita akan berakhir," kata Trump di tengah sorak sorai di "Make America Great Again Victory Rally" di Capital One Arena, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

"Mulai besok, saya akan bertindak dengan kecepatan kekuatan yang bersejarah dan memperbaiki setiap krisis yang dihadapi negara kita. Ini adalah gerakan politik terbesar dalam sejarah AS, dan 75 hari yang lalu, kita mencapai kemenangan politik paling epik yang pernah dilihat negara kita," kata Trump.

Dampak Deportasi Massal

Kendati deportasi massal diklaim sebagai upaya untuk menjauhkan AS dari ancaman dan marabahaya warga asing, namun rencana Presiden terpilih Donald Trump untuk mendeportasi imigran tanpa dokumen secara massal memicu kekhawatiran.

Para ekonom memperingatkan bahwa langkah ini dapat berdampak besar pada rantai pasok dan harga barang serta jasa. Salah satu pakar ekonomi yang menyorot kebijakan ini adalah David J. Bier, direktur studi imigrasi di Cato Institute.

Ia menilai dampak ekonomi dari rencana deportasi imigran akan memicu masalah dalam rantai pasok, kenaikan harga, serta penurunan layanan. Tak hanya itu ia juga khawatir deportasi besar-besaran dapat meninggalkan kekosongan signifikan dalam tenaga kerja.

Menurut data Studi tahun 2023 yang diterbitkan di Journal of Labor Economics sebanyak 44.000 pekerja kelahiran AS berisiko kehilangan pekerjaan untuk setiap 500.000 imigran yang dikeluarkan dari pasar tenaga kerja.

HAl itu senada dengan pernyataan Chloe East, peneliti di National Bureau of Economic Research, yang mengungkap fakta bahwa imigran tanpa dokumen cenderung bekerja di sektor yang memproduksi barang dan jasa.

Apabila kebijakan deportasi massal benar-benar direalisasikan maka hal tersebut dikhawatirkan dapat membuat harga barang dan jasa di sektor seperti konstruksi dan pertanian naik yang kemudian berimbas pada laju inflasi negara.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita