Uya Kuya Sebut Banyak Foto dan Video Hoaks Kebakaran Los Angeles yang Tersebar - Kompas

 Dunia Internasional,

Uya Kuya Sebut Banyak Foto dan Video Hoaks Kebakaran Los Angeles yang Tersebar - Kompas

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembawa acara Uya Kuya menyebut banyak pemberitaan, foto, dan video hoaks terkait kebakaran di Los Angeles, Amerika Serikat, yang tersebar di media sosial.

Bahkan, beberapa di antaranya dibuat menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence).

Menurut Uya, foto dan video tersebut menggambarkan seolah-olah seluruh wilayah Los Angeles terbakar habis.

Baca juga: Uya Kuya Mengaku Masih Bantu WNI yang Terdampak Kebakaran di Los Angeles

“Banyak berita hoaks yang beredar di Indonesia, terutama video-video AI yang menunjukkan seolah-olah seluruh Los Angeles, termasuk gedung-gedung tinggi, benar-benar terbakar. Bahkan ada gambar masjid besar yang tetap berdiri di tengah kota. Padahal, setahu saya, tidak ada masjid sebesar itu di Los Angeles,” kata Uya Kuya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon baru-baru ini.

Berangkat dari banyaknya informasi palsu tersebut, Uya memutuskan untuk membuat video guna memberikan informasi terkini tentang situasi di Los Angeles kepada masyarakat Indonesia.

“Kami hanya ingin memberikan informasi kepada beberapa orang Indonesia, termasuk wartawan Indonesia, yang meminta gambar atau video kondisi di sini,” jelas Uya.

Baca juga: Penyesalan Cinta Kuya dan Uya Kuya Bikin Konten di Lokasi Kebakaran Los Angeles

Namun, saat merekam video tersebut, Uya justru mendapat teguran dari seorang warga lokal yang mengaku sebagai korban kebakaran.

Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, warga tersebut menyebut Uya Kuya konyol dan tidak memiliki empati.

“Begitu dia meminta kami untuk berhenti merekam, kami langsung menghentikan dan menghapus videonya,” ungkap Uya.

Baca juga: Penjelasan Uya Kuya Usai Ditegur Bikin Konten Kebakaran LA, Minta Maaf dan Hapus Video

Uya menduga bahwa warga lokal tersebut salah paham, mengira ia dan timnya membuat konten untuk keuntungan pribadi.

“Mungkin dia pikir kami ini scammer yang memanfaatkan situasi, karena kami berbicara dalam bahasa Indonesia, jadi dia tidak mengerti,” tutur Uya.

“Orang-orang mungkin mengira kami memanfaatkan kondisi rumah-rumah korban untuk menggalang donasi,” tambah Uya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita