China Beri Respons Baru Perang Dagang Jilid II ke AS, Warning Trump - CNBC Indonesia

 Dunia Internasional, 

China Beri Respons Baru Perang Dagang Jilid II ke AS, Warning Trump

sef, CNBC Indonesia
Kamis, 06/02/2025 07:01 WIB
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - China memberi respons terbaru perang dagang dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam konferensi pers Rabu, China menyatakan penentangan keras negeri itu ke tarif AS atas ekspornya.

"China menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan keras," kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian, dikutip AFP, Kamis (5/2/2025).

"China menyerukan dialog dan konsultasi yang adil dan saling menghormati", tegasnya.

Ia pun mengatakan China sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingannya. China memberi peringatan bahwa "tak ada pemenang dalam perang dagang atau perang tarif" yang ditabuh Trump.

Sebelumnya, berbeda dengan penangguhan yang diberikan ke Kanada dan Meksiko, mulai 4 Februari lalu, AS telah resmi mematok kenaikan tarif 10% ke barang-barang China. Trump berdalih akan membicarakannya dengan Presiden Xi Jinping pekan ini.

Namun, China membalas dengan mengenakkan tarif tambahan sebesar 15% pada impor batu bara dan gas alam cair AS mulai 10 Februari nanti. Bea masuk 10% lebih tinggi juga diberikan ke minyak mentah Amerika, peralatan pertanian, mobil dan truk tertentu.

Kontrol ekspor juga diberlakukan ke produk-produk yang terkait mineral penting (rare eart). Kementerian Perdagangan China dan pejabat bea cukai mengumumkan akan memberlakukan kontrol ekspor pada berbagai barang dan teknologi yang terkait tungsten, telurium, rutenium, molibdenum, dan rutenium.

Di sisi lain, Administrasi Negara Pengaturan Pasar China juga mengatakan telah memutuskan untuk memulai penyelidikan terhadap Google Alphabet. Raksasa teknologi Amerika itu diduga melanggar undang-undang antimonopoli negara tersebut.

Sebelumnya, AS mengatakan tarifnya berguna untuk mendorong China berbuat lebih banyak untuk membendung perdagangan fentanil yang mematikan. Menurut perkiraan otoritas AS menyebabkan puluhan ribu kematian setiap tahun.

Trump mengatakan tidak akan membiarkan China terus mencari dan mendistribusikan fentanil ke negaranya. Beijing sendiri kemarin, menolak bertanggung jawab atas epidemi fentanil, dengan menggembar-gemborkan kebijakan obat tanpa toleransi.

"China memiliki salah satu kebijakan terberat terhadap narkoba di dunia," tegas Lin.

"Fentanil adalah masalah Amerika Serikat, dan akar penyebabnya terletak di Amerika Serikat sendiri," tambahnya.


(sef/sef)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita