PTDI Dijanjikan DAPA Korea Selatan Dapat Dukungan Penuhi Syarat Produksi IFX Jet Tempur KF-21 Boramae Indonesia - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang merupakan mitra Korea Aerospace Industries (KAI) dalam pengembangan KF-21 Boramae tanpa berkelit angkat bicara soal isu pembayaran dana investasi KF-21 Boramae Indonesia.
Dikutip Zonajakarta.com dari Fnnews edisi 13 Maret 2025, Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan saat bertemu dengan media lokal di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Indonesia pada tanggal 13 Maret 2025 menegaskan pembayaran dana investasi KF-21 Boramae Indonesia bukan tanggung jawab pihaknya.
"Saat ditanya mengenai investasi pemerintah Indonesia dalam biaya pengembangan KF-21, CEO PTDI Kita enggan memberikan jawaban spesifik.
Ia mengatakan, 'Pembayaran dana investasi atau pengambilan keputusan keuangan bukan kewenangan PTDI'.
Ia menegaskan, 'PTDI akan menunggu dan melihat keputusan akhir pemerintah dan akan menindaklanjutinya'," jelas media Korsel tersebut.
PTDI disebut tengah fokus pada produksi prototipe KF-21, salah satu dari sepuluh prioritas utama industri pertahanan Indonesia.
Baca Juga:
"Pesawat ini akan mulai diproduksi secara penuh pada tahun 2026," jelas media Korsel itu.
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan bertemu dengan media lokal di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Indonesia pada tanggal 13 (waktu setempat) dan mengatakan pengembangan KF-21 Boramae terbagi dalam 3 tahap.
"Pengembangan KF-21 dilakukan dalam tiga tahap (EMD): Engineering, Manufacturing, Design, dan saat ini sedang dalam tahap pembuatan prototipe." ujar Dirut PTDI seperti dikutip dari Fnnews.
"Kami berencana untuk memasuki tahap produksi skala penuh mulai tahun 2026," lanjutnya.
Ia menekankan bahwa "tujuan PTDI saat ini adalah untuk mengamankan keuntungan maksimal atas investasi," dan bahwa "eksekusi proyek yang sukses adalah arah strategis saat ini untuk mencapainya".
PTDI yang menjadi mitra Korea Aerospace Industries (KAI) dalam pengembangan KF-21 Boramae tak cuma mengincar ofset dan transfer teknologi, tapi juga jadi rantai pasok KF-21 Boramae di masa depan.
Baca Juga:
"CEO PTDI Gita menjelaskan, 'Kami berharap Indonesia juga akan berpartisipasi dalam rantai produksi setelah kami memasuki fase produksi massal setelah 2026, tetapi kami akan fokus pada pengembangan prototipe hingga 2025'.," jelas Fnnews.
PTDI nampaknya bisa tenang, pasalnya Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) disebut media Korea Selatan akan memberikan dukungan dalam produksi pesawat KF-21 Boramae Indonesia alias IFX.
Hal ini terungkap kala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan mengumumkan pada tanggal 24 Maret 2025 bahwa pada Jumat (21/3/2025) Direktur DAPA Seok Jong-gun bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Donny Ermawan Taufanto di Jakarta dan membahas isu-isu terkini tentang kerja sama industri pertahanan dan cara-cara untuk mempromosikannya.
"Pada acara ini, Ketua Seok menyampaikan posisinya bahwa ia akan secara aktif mendukung dan mengupayakan rencana kerja sama yang beragam dengan mempertimbangkan keragaman dan potensi Indonesia dalam industri pertahanan," jelas Heraldcorp edisi 24 Maret 2025 seperti dikutip Zonajakarta.com.
Inti pembicaraan dari pertemuan tingkat tinggi itu dibocorkan oleh Heraldcorp secara ringkas.
"Badan tersebut mengatakan, 'Dalam pertemuan ini, kedua negara sepakat untuk melanjutkan kerja sama pengembangan bersama demi kepentingan bersama mereka di KF-21,' dan 'mereka membahas cara untuk membayar pembagian biaya dan revisi segera perjanjian pengembangan bersama antara kedua negara'," tulis media Korsel itu.
Baca Juga:
Tidak cuma membahas pembiayaan KF-21 Boramae, DAPA Korea Selatan juga disebut siap mendukung PTDI dalam produksi KF-21 Boramae Indonesia yang dikenal dengan IFX bagi NKRI.
"Ia melanjutkan, 'Kami mengonfirmasi keinginan untuk bekerja sama dan kapasitas produksi PTDI, Badan Industri Dirgantara Indonesia yang dikelola negara, dan menjanjikan minat dan dukungan bersama untuk memenuhi persyaratan produksi IF-X'," jelas Heraldcorp.
Direktur Seok mengatakan, “Pertemuan ini merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama sejak penyelidikan tim teknis Indonesia, dan ini menjadi kesempatan untuk menormalkan suasana kerja sama industri pertahanan yang agak tegang antara kedua negara.” Ia menambahkan, “Melalui ini, kami telah menciptakan momentum untuk meningkatkan kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia, termasuk pengembangan dan produksi bersama KF-21 di Asia Tenggara, yang memiliki potensi pertumbuhan yang besar.”
Namun Heraldcorp menyebut negosiasi dengan Indonesia mengenai ruang lingkup transfer teknologi dan membujuk opini publik Indonesia yang negatif diperkirakan menjadi tugas yang sulit.
PTDI sendiri saat ini sudah mempersiapkan diri untuk menerima transfer teknologi program KFX/IFX bersama Korsel itu meski prototipe jet tempur KF-21 Boramae hingga kini belum diterima Indonesia.
Bahkan, dikutip Zonajakarta.com dari unggahan akun Instagram resmi PTDI pada 11 Maret 2025, PTDI ternyata sudah menyiapkan lahan untuk mengutak-atik jet tempur KF-21 Boramae versi Indonesia, alias IFX.
Baca Juga:
Hal ini terungkap kala Komisaris Utama PTDI, Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono, yang dalam hal ini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU), bersama Wakil Kepala BRIN, Laksdya TNI (Purn.) Amarulla Octavian dan Ketua Tim Pelaksana (Katimlak) KKIP, Letjen TNI (Purn.) Yoedhi Swastanto, melakukan kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada 11 Maret 2025.
Meski kunjungan ini diawali dengan menyaksikan demonstrasi dan pemaparan mengenai progress pengembangan UAV Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam yang dalam waktu dekat ini direncanakan uji terbang di Kertajati, Kab. Majalengka dan pemaparan mengenai progress UAV Wulung yang direncanakan uji terbang di Batu Jajar, Padalarang, namun calon hanggar KF-21 Boramae Indonesia rupanya juga ditinjau KASAU.

"Setelah mendapatkan pemaparan dan diskusi, rombangan berkesempatan untuk meninjau langsung fasilitas produksi PTDI yang dimulai dari Hanggar FAL CN235-NC212, Hanggar KFX/IFX, Hanggar Aircraft Services (ACS), Hanggar Helikopter, Hanggar N219 dan Hanggar Detail Part Manufacturing (DPM).
Usai kegiatan kunjungan kerja, Direksi dan Komisaris melanjutkan agendanya untuk melakukan Rapat Direksi & Komisaris di Ruang Rapat Paripurna GPM Lt.9, membahas perkembangan bisnis Perusahaan dan evaluasi kinerja, sebagai upaya peningkatan daya saing PTDI di industri dirgantara nasional dan internasional," jelas PTDI lewat unggahan akun Instagramnya.
PTDI nampaknya pantang patah arang sampai sudah melakukan persiapan, meskipun Korea Selatan bersumpah teknologi KF-21 Boramae baru mau ditransfer setelah program usai.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar