Dunia Internasional
Defisit Anggaran AS Diprediksi Turun di 2025 Berkat Kenaikan Pendapatan dari Kebijakan Tarif
Defisit anggaran Amerika Serikat di 2025 diperkirakan akan sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Defisit anggaran Amerika Serikat di 2025 diperkirakan akan sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. (foto: iNews Media Grup)
IDXChannel- Defisit anggaran Amerika Serikat di 2025 diperkirakan akan sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan itu sebagian besar didorong dari pertumbuhan pendapatan imbas kebijakan tarif impor AS.
Dilansir Investing, Sabtu (26/4/2025), prediksi tersebut dikelurkan oleh analis dari Wells Fargo. Mereka memproyeksikan defisit anggaran AS akan mencapai sekitar USD1,70 triliun (Rp28.653 triliun) atau turun sedikit dari jumlah defisit di 2024 senilai USD1,83 triliun (sekitar Rp30.865 triliun)
Kebijakan tarif yang diterapkan AS kepada berbagai negara, baik sekutu maupun pesaing bisa meningkatkan penerimaan negara. Meski dengan beberapa kenaikan tarif tengah ditangguhkan selama 90 hari, hanya tarif terhadap China sebesar 145 persen masih
berlaku.
Selain itu, AS juga memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen untuk barang-barang seperti aluminium, baja, dan mobil. Kebijakan tarif itu diyakini dapat meningkatkan pendapatan dalam beberapa bulan ke depan.
Mereka memperkirakan penerimaan dari tarif baru akan naik menjadi sekitar USD20 miliar per bulan mulai Mei 2025. Padahal sebelumnya pendapat per bulan hanya sekitar USD7 miliar.
Namun, tarif ini juga punya efek buruk. Para ekonom mengingatkan kebijakan tarif bisa memperburuk tekanan inflasi dan memperlambat aktivitas ekonomi di Amerika Serikat.
Selain itu, Pelaku bisnis juga mulai mengeluhkan kebijakan tarif ini membuat perencanaan investasi menjadi lebih sulit. Kondisi ini menambah ketidakpastian di tengah kekhawatiran terhadap potensi perang dagang yang berkepanjangan antara AS dan Cina.
Meski defisit tahun ini diprediksi lebih kecil, Wells Fargo memperingatkan defisit federal bisa kembali melebar menjadi USD2,0 triliun pada tahun depan atau sekitar 6,4 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Hal ini disebabkan oleh prospek pelemahan ekonomi AS serta rencana pengeluaran pemerintah yang diperkirakan tetap tinggi meski ada upaya penghematan di sektor lain.
(Ibnu Hariyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar