Dunia Internasional, Timur tengah
Paramedis Palestina Dibebaskan Usai 15 Rekannya Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

Kompas.tv - 29 April 2025, 23:08 WIB

GAZA, KOMPAS.TV – Paramedis asal Palestina, Assad al-Nassasra, akhirnya dibebaskan oleh militer Israel setelah sempat hilang selama tiga pekan.
Ia sebelumnya ditangkap dalam insiden penembakan yang menewaskan 15 petugas darurat di Rafah, Gaza bagian selatan, pada 23 Maret 2025.
Informasi pembebasan Nassasra dikonfirmasi oleh Bulan Sabit Merah Palestina (Palestine Red Crescent Society/PRCS), Selasa (29/4/2025).
Dikutip dari BBC, Nassasra termasuk dalam kelompok 10 tahanan Palestina yang dibebaskan di salah satu perlintasan perbatasan Israel-Gaza.
Baca Juga: Israel Serang Permukiman di Gaza, 9 Tewas Termasuk 3 Orang Jurnalis dan Paramedis
Ia sempat dinyatakan hilang setelah insiden penyerangan konvoi medis di wilayah Tal al-Sultan, Rafah.
Dalam kejadian tersebut, 8 paramedis dari PRCS, 6 petugas dari Pertahanan Sipil Gaza, serta 1 pegawai badan PBB untuk pengungsi Palestina (Unrwa) tewas tertembak.
Jasad para korban ditemukan seminggu kemudian dalam kuburan dangkal, berdampingan dengan kendaraan ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan kendaraan PBB yang hancur.
Satu paramedis PRCS dilaporkan selamat dari insiden itu. Ia mengatakan sempat ditahan bersama Nassasra oleh tentara Israel sebelum akhirnya dibebaskan.
Investigasi Internal Militer Israel
Militer Israel sempat mengeklaim bahwa pasukannya menembaki "kendaraan mencurigakan" yang melaju dalam gelap tanpa menyalakan lampu utama maupun lampu darurat.
Namun, narasi itu berubah setelah ditemukan rekaman video dari ponsel salah satu korban, Rifaat Radwan. Dalam video tersebut, tampak konvoi ambulans menyalakan lampu darurat.
Rekaman juga menangkap suara tembakan berlangsung lebih dari lima menit hingga terdengar suara pasukan Israel mendekat.
Pada 20 April, militer Israel merilis hasil penyelidikan internal. Mereka menyatakan bahwa penembakan terhadap tim medis merupakan akibat dari "kesalahpahaman operasional" oleh satuan pengintai yang merasa terancam.
Laporan tersebut juga menyebut bahwa kematian staf UNRWA terjadi akibat pelanggaran prosedur dalam kondisi tempur.
Baca Juga: Militer Israel Diduga Hilangkan 9 Paramedis Palestina, PRCS Tuntut Pertanggungjawaban
Sebagai bentuk tanggung jawab, wakil komandan batalion pengintai dicopot dari jabatannya karena memberikan laporan yang tidak lengkap dan tidak akurat.
PRCS dan PBB Kecam Hasil Investigasi
Menanggapi laporan itu, PRCS menyatakan kecaman keras. Mereka menyebut temuan militer Israel sebagai bentuk "distorsi sistematis terhadap kebenaran" guna melindungi tentara dari pertanggungjawaban hukum.
"Hasil penyelidikan dari pihak pendudukan memuat tuduhan keliru yang biasa dilontarkan, yakni bahwa tim penyelamat di Gaza merupakan bagian dari Hamas, untuk membenarkan kejahatan perang berupa penyerangan terhadap misi medis secara umum, dan kejahatan perang berupa serangan terhadap tim serta kendaraan yang membawa lambang-lambang yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa secara khusus," demikian pernyataan resmi PRCS.
PRCS juga menyoroti penggunaan simbol-simbol kemanusiaan yang dilindungi Konvensi Jenewa namun tetap menjadi sasaran tembakan.
Seorang pejabat senior PBB untuk kemanusiaan di Gaza memperingatkan bahwa kegagalan menegakkan akuntabilitas hukum internasional dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya.
Hingga berita ini diturunkan, militer Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait pembebasan Assad al-Nassasra maupun tekanan internasional atas insiden 23 Maret tersebut.
Baca Juga: Autopsi Ungkap 15 Paramedis yang Tewas di Gaza akibat Tembakan di Kepala dan Dada

Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Daftar di sini
Sumber : BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar