Dunia Internasional,
AS Cabut Visa Pelajar China, Beijing: Keputusan Merugikan, Munafik! - Bagian All


BEIJING, iNews.id - China menentang keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mencabut visa pelajar asal negaranya hanya karena dalih ideologi dan keamanan nasional. Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu( AS Marco Rubio mengumumkan akan mencabut visa pelajar China.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Mao Ning menegaskan, keputusan AS tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan.
"Keputusan ini sangat merugikan hak dan kepentingan hukum mahasiswa internasional dari China serta mengganggu pertukaran antarmasyarakat kedua negara. China dengan tegas menentangnya dan telah mengajukan protes kepada AS atas keputusan tersebut," kata Mao, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (30/5/2025).
Dia juga mengecam kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump tersebut dengan menyebutnya bermotif politik dan diskriminatif.
Pengusiran pelajar China itu, lanjut dia, menunjukkan sifat munafik AS yang selama ini mendengung-dengungkan kebebasan dan keterbukaan.
Data Open Doors Reports tentang Pertukaran Pendidikan Internasional mengungkap, China penyumbang mahasiswa asing terbesar di AS pada tahun ajaran 2023-2024. Angka tersebut berarti 20 persen dari jumlah total mahasiswa asing di periode yang sama yakni 23.500 orang.
Sebagian besar mahasiswa China memilih bidang matematika dan ilmu komputer serta spesialisasi teknik dan program terkait dengan bisnis dan manajemen.
Rubio mengumumkan langkah mengejutkan tersebut melalui pernyataan berjudul "Kebijakan Visa Baru Mengutamakan Amerika, Bukan China".
"Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Departemen Luar Negeri AS akan bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk secara agresif mencabut visa bagi mahasiswa China, termasuk mereka yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis China atau belajar di bidang-bidang penting," bunyi pernyataan.
Deplu AS juga akan merevisi persyaratan pengajuan visa yang bertujuan untuk meningkatkan pengawasan terhadap seluruh pemohon asal China dan Hong Kong.
0 Komentar