Indonesia Perlu Tahu Radar Jet Tempur J-10C China Ternyata Lebih Unggul Ketimbang Rafale yang Dipesannya 42 Unit - Zona Jakarta
Indonesia Perlu Tahu Radar Jet Tempur J-10C China Ternyata Lebih Unggul Ketimbang Rafale yang Dipesannya 42 Unit - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Sebuah laporan khusus mengungkapkan bahwa susunan radar yang dipasang pada jet tempur J-10C China 100 mm lebih besar ketimbang radar buatan Prancis pada Rafale.
Alhasil memberikannya J-10C jangkauan pemindaian elektronik yang lebih luas dan peningkatan kemampuan deteksi dan pelacakan.
Keunggulannya tidak terbatas pada ukuran saja, tetapi meluas hingga jenis teknologi yang digunakan.
Melansir laman defense-arabic.com, Rabu (21/5/2025), radar AESA Tipe-1475 yang dibawa oleh J-10C mengandalkan semikonduktor galium nitrida (GaN).
Itu memberinya kinerja lebih tinggi, toleransi panas lebih besar, dan peningkatan ketahanan terhadap gangguan elektronik.
Sebaliknya, jet tempur Rafale Prancis masih mengandalkan radar AESA RBE2-AA, yang menggunakan teknologi galium arsenida (GaAs).
Konfigurasi tersebut merupakan teknologi yang relatif tua serta kurang efektif dalam hal daya transmisi dan intensitas sinyal.
Radar RBE-2AA pada jet tempur Rafale Prancis adalah radar AESA (Active Electronically Scanned Array) tercanggih.
AESA dilengkapi kemampuan deteksi, pelacakan, dan pencitraan tingkat lanjut, serta ketahanan tinggi terhadap gangguan elektronik dan kemampuan melacak beberapa target secara bersamaan.
Baca Juga:
Efektivitasnya terutama terbukti dalam misi serangan darat dan menembus pertahanan udara, menjadikannya salah satu radar paling menonjol di kelasnya di antara jet tempur Barat.
Radar jet tempur J-10C China juga mengandalkan teknologi AESA, yang menawarkan kemampuan deteksi, pelacakan, dan manajemen keterlibatan yang canggih, selain kompatibilitasnya dengan berbagai senjata pintar.
Radar ini merupakan komponen kunci peningkatan J-10C, mengubahnya menjadi jet tempur multiperan dengan spesifikasi yang menyaingi jet tempur Barat terbaru.
Secara teknis, J-10C mengungguli Rafale dalam hal jumlah modul pemancar dan penerima (modul T/R).


Radarnya berisi sekitar 1.300 modul T/R, dibandingkan dengan hanya 838 di radar RBE-2AA.
Perbedaan ini mencerminkan kemampuan pemrosesan data yang lebih tinggi dan kemampuan untuk mendeteksi dan melacak lebih banyak target secara bersamaan.
Dari segi jangkauan deteksi radar, radar J-10C memiliki jangkauan deteksi hingga 200 kilometer terhadap target dengan penampang radar 3 meter persegi.
Sedangkan radar Rafale memiliki jangkauan deteksi sekitar 140 kilometer untuk jenis target yang sama.
Keunggulan tersebut juga terulang dalam jangkauan pelacakan, karena radar J-10C mencapai 150 kilometer, dibandingkan dengan 110 kilometer untuk radar Rafale.
Perbedaan dalam kemampuan radar itu menegaskan kemajuan pesat China dalam teknologi penginderaan elektronik serta menggambar ulang persamaan superioritas udara di banyak teater regional dan internasional.
Jumlah modul pemancar/penerima (Modul T/R) memainkan peran penting dalam menentukan akurasi dan jangkauan kinerja radar.
Semakin banyak unit ini, semakin akurat radar dapat mengarahkan sinarnya, yang berarti dua manfaat utama.
Baca Juga:
Pertama, akurasi pelacakan meningkat karena pancaran radar menjadi lebih terfokus, sehingga arah target dapat ditentukan dengan lebih akurat.
Kedua, kepadatan energi yang meningkat lantaran mengarahkan jumlah energi yang sama melalui sinar yang lebih sempit akan meningkatkan kepadatan energi yang diarahkan ke target, sehingga objek dapat dideteksi dari jarak yang lebih jauh.
Oleh karena itu, radar dengan jumlah unit T/R yang lebih besar belum tentu berarti radar tersebut lebih maju secara teknis.
Akan tetapi biasanya menawarkan kinerja yang lebih tinggi karena ukuran dan kemampuannya memproses sinyal secara lebih akurat.
Dalam konteks ini, perbedaan antara radar RBE-2AA milik Rafale, yang memiliki 838 unit T/R, dan radar J-10C milik China, yang memiliki sekitar 1.300 unit T/R, terlihat jelas, yang memberikan radar J-10C keuntungan nyata dalam hal jangkauan dan akurasi.
Namun, perlu dicatat bahwa ukuran pesawat memberlakukan batasan pada ukuran radar yang dapat diintegrasikan ke dalamnya.


Rafale, meskipun efisiensinya tinggi, jauh lebih kecil daripada pesawat seperti F-15, F-35, atau bahkan J-10C, yang membatasi ruang yang tersedia untuk memasang radar besar.
Selain itu, radar J-10C menggunakan teknologi galium nitrida (GaN) canggih dalam modul T/R-nya, sebuah teknologi yang mengungguli teknologi galium arsenida (GaAs) konvensional yang digunakan di sebagian besar radar Barat.
Meskipun demikian, beberapa kekuatan radar RBE-2AA tidak dapat diabaikan.
Terutama di bidang anti-jamming dan manajemen keterlibatan multi-target berpresisi tinggi, bidang di mana industri Prancis telah mengumpulkan pengalaman luas yang telah membuktikan keefektifannya dalam misi tempur sesungguhnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kedua radar tersebut mewakili dua sekolah desain dan pengembangan yang berbeda.
Radar J-10C mengandalkan ukuran dan teknologi GaN modern.
Sementara radar Rafale memiliki desain seimbang yang berfokus pada efisiensi dalam ukuran terbatas dan keandalan di lingkungan yang kompleks.
Melansir laman Air Force Technology, radar RBE-2 yang dipasang pada Rafale adalah radar AESA (Active Electronically Scanned Array), yang terdiri dari sekitar 800 modul pemancar-penerima (T/R).
Jumlah tersebut berasal dari sejumlah pertimbangan desain yang terkait dengan arsitektur pesawat dan persyaratan kinerja tempur.
Baca Juga:
Karena ukuran Rafale yang kecil dibandingkan dengan pesawat tempur yang lebih besar seperti F-22 atau F-35, ruang yang tersedia di hidungnya untuk memasang radar area luas menjadi terbatas.
Meningkatkan jumlah unit T/R juga dapat menyebabkan peningkatan bobot radar, yang memengaruhi keseimbangan dan kinerja pesawat secara keseluruhan, terutama yang berkaitan dengan kelincahan dan jangkauan.
Untuk mengatasi keterbatasan ukuran dan berat ini, radar RBE-2 dikembangkan untuk mencapai efisiensi maksimum.
Caranya dengan membanggakan kemampuan deteksi, pelacakan, dan pencitraan yang canggih, serta ketahanan terhadap gangguan yang efektif dan kemampuan untuk melacak beberapa target secara bersamaan, meskipun memiliki modul T/R yang lebih sedikit daripada beberapa radar pesaing.
Kekuatan radar tersebut terletak pada ketergantungannya pada teknologi elektronik canggih yang memungkinkannya memberikan kinerja tinggi tanpa memerlukan sejumlah besar unit.


Alhasil membuatnya cocok untuk misi kompleks seperti serangan darat dan penetrasi pertahanan udara, sambil tetap menjaga bobot ringan dan efisiensi operasional.
Dengan demikian, radar RBE-2 mencerminkan filosofi desain Prancis yang menyeimbangkan ukuran, berat, dan efisiensi teknis, tanpa mengorbankan kinerja operasional yang dibutuhkan dalam lingkungan pertempuran modern.
Rafale sendiri merupakan jet tempur yang telah dipesan Indonesia.
Indonesia bahkan memesan 42 unit dengan kesepakatan yang ditandatangani pada 2022 lalu.
Diperkirakan Rafale pesanan Indonesia tiba pertama kali pada 2026 mendatang.
***