Rafale India yang Tumbang Tapi Indonesia yang Menjadi Sorotan Para Pakar Sampai Beri Komentar Ini - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Belakangan kabar mengenai tumbangnya Rafale terus menjadi perbincangan hangat di beberapa media internasional.
Laporan yang mengklaim bahwa tiga Rafale Angkatan Udara India (IAF) ditembak jatuh oleh jet J-10C Pakistan menggunakan rudal jarak jauh (BVR) PL-15E.
Menurut The Asia Live, pada 15 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Jet Tempur Rafale Prancis Diperiksa, Indonesia Tinjau Ulang Pembelian Senilai Miliaran Dolar karena Keraguan terhadap Performa Tempur."
Berita bahwa Pakistan mungkin telah menembak jatuh tiga Rafale dalam ketegangan baru-baru ini dengan India telah membayangi reputasi tempur jet tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar, Angkatan Udara Pakistan (PAF) menetralkan lima pesawat India selama pertempuran udara, dengan tiga Rafale, satu MiG-29, dan satu Su-30MKI.
Jet tempur tersebut dilaporkan ditembak jatuh oleh jet J-10C yang dipersenjatai rudal PL-15E, senjata BVR generasi baru buatan China dengan jangkauan lebih dari 200 kilometer.
Sementara New Delhi belum secara resmi mengonfirmasi atau membantah kerugian tersebut, menurut pernyataan Marsekal Udara India AK Bharti.
"Kita berada dalam skenario perang. Kerugian diperkirakan terjadi dalam pertempuran," katanya.
Baca Juga:
Dassault Aviation Prancis, produsen Rafale, juga tetap bungkam di depan publik.
Namun, sumber yang dikutip oleh media internasional menunjukkan bahwa Paris sedang melakukan penyelidikan internal yang melibatkan catatan radar, telemetri, dan analisis citra untuk menentukan kebenaran laporan tersebut.
Selain itu imbasnya juga berdampak ke Indonesia, yang sudah menyelesaikan kesepakatan pembelian 42 jet tempur Rafale.
Menurut keterangan Tribune.pk, pada 15 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Kesepakatan Rafale senilai 8,1 miliar dollar AS Indonesia dipertanyakan setelah Pakistan menjatuhkan jet tempur India."
Menyebut, insiden tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di Indonesia, di mana kesepakatan Rafale merupakan bagian dari peningkatan pertahanan yang lebih luas.
Meskipun mendapat reaksi keras, pejabat senior Indonesia tetap berkomitmen.
"Klaim yang belum diverifikasi di zona konflik tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk menilai efektivitas atau kegagalan sistem persenjataan tertentu," ungkap Dave Laksono, anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan.
Meski demikian, Laksono mengakui bahwa episode tersebut menawarkan dasar yang sah dan konstruktif untuk evaluasi.
Baca Juga:
Para pakar menyuarakan sentimen yang sama. Adhi Priamarizki, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam Singapura, juga memberikan komentarnya.
"Rafale adalah salah satu jet tempur terbaik di dunia saat ini. Ini bukan hanya tentang (membeli) platform canggih, tetapi Anda juga memerlukan penguasaan atau pengetahuan untuk mengoperasikan platform tersebut," katanya.
Pandangan ini telah mendapat perhatian di kalangan pertahanan Indonesia, di mana terdapat peningkatan diskusi tentang melengkapi akuisisi teknologi tinggi dengan pengembangan kapasitas dalam negeri dan program pelatihan bersama.
Beberapa analis bahkan telah mengusulkan kemungkinan diversifikasi investasi kekuatan udara menuju platform yang lebih murah tetapi lebih interoperabel seperti Saab Gripen, KF-21 Boramae, atau peningkatan armada F-16 Indonesia di masa mendatang.
Hingga saat ini, pejabat Indonesia belum mengisyaratkan adanya perubahan resmi terhadap pengadaan Rafale.
Enam jet pertama masih diharapkan tiba antara Februari dan Agustus 2026, dengan pengiriman berikutnya akan terus berlanjut hingga 2029.
Namun, di balik pintu tertutup, sejumlah sumber mengindikasikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan peninjauan rahasia atas kesepakatan Rafale, lapor The Asia Live.
Peninjauan tersebut dilaporkan mencakup masukan dari perwira angkatan udara, badan intelijen, dan konsultan pertahanan eksternal untuk menilai apakah platform tersebut masih sesuai dengan tujuannya dalam lingkungan ancaman Indonesia yang berkembang pesat.
***

ZONAJAKARTA.com - Belakangan kabar mengenai tumbangnya Rafale terus menjadi perbincangan hangat di beberapa media internasional.
Laporan yang mengklaim bahwa tiga Rafale Angkatan Udara India (IAF) ditembak jatuh oleh jet J-10C Pakistan menggunakan rudal jarak jauh (BVR) PL-15E.
Menurut The Asia Live, pada 15 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Jet Tempur Rafale Prancis Diperiksa, Indonesia Tinjau Ulang Pembelian Senilai Miliaran Dolar karena Keraguan terhadap Performa Tempur."
Berita bahwa Pakistan mungkin telah menembak jatuh tiga Rafale dalam ketegangan baru-baru ini dengan India telah membayangi reputasi tempur jet tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar, Angkatan Udara Pakistan (PAF) menetralkan lima pesawat India selama pertempuran udara, dengan tiga Rafale, satu MiG-29, dan satu Su-30MKI.
Jet tempur tersebut dilaporkan ditembak jatuh oleh jet J-10C yang dipersenjatai rudal PL-15E, senjata BVR generasi baru buatan China dengan jangkauan lebih dari 200 kilometer.
Sementara New Delhi belum secara resmi mengonfirmasi atau membantah kerugian tersebut, menurut pernyataan Marsekal Udara India AK Bharti.
"Kita berada dalam skenario perang. Kerugian diperkirakan terjadi dalam pertempuran," katanya.
Baca Juga:
Dassault Aviation Prancis, produsen Rafale, juga tetap bungkam di depan publik.
Namun, sumber yang dikutip oleh media internasional menunjukkan bahwa Paris sedang melakukan penyelidikan internal yang melibatkan catatan radar, telemetri, dan analisis citra untuk menentukan kebenaran laporan tersebut.
Selain itu imbasnya juga berdampak ke Indonesia, yang sudah menyelesaikan kesepakatan pembelian 42 jet tempur Rafale.
Menurut keterangan Tribune.pk, pada 15 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Kesepakatan Rafale senilai 8,1 miliar dollar AS Indonesia dipertanyakan setelah Pakistan menjatuhkan jet tempur India."
Menyebut, insiden tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di Indonesia, di mana kesepakatan Rafale merupakan bagian dari peningkatan pertahanan yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar