Dunia Internasional,
Ini Kelemahan Besar KAAN yang Masih Menjerat Turki, Bahkan Bisa Menghambat Pengembangan dan Pemasarannya - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Sukses Turki mengembangkan pesawat generasi kelima KAAN memang mengejutkan dunia, tapi masih ada kelemahan besar yang vital.
Kelemahan ini masih menjerat Turki, bahkan bisa menghambat perkembangan serta pemasarannya karena masih ada ketergantungan.
Padahal, KAAN sudah menjadi pesawat generasi kelima yang siap bersaing dengan pesawat sekelas buatan Amerika Serikat (AS) seperti F-35, J-20 (buatan China), dan Su-57 (buatan Rusia).
Bahkan, Turkish Aerospace Industries (TAI) sebagai produsen KAAN siap memproduksi secara masal dan yakin bisa memenuhi kebutuhan Angkatan Udara Turki pada akhir 2028.
Dalam wawancara dengan jaringan penyiaran TRT, Mustafa Demiroglu mengatakan, pihaknya sudah siap melakukan percobaan penerbangan ketiga untuk lebih memastikan performa KAAN.
"Prototipe kedua akan selesai awal tahun depan dan mulai uji terbang,” kata Demiroglu, seperti dikutip Defense News, 5 Mei 2025.
"Kami sekarang telah menyalakan afterburner pada pesawat pertama. Kami sedang menunggu penerbangan ketiganya, mungkin pada bulan Agustus atau sebelum Oktober, namun masih terlalu dini untuk memastikannya,” tambahnya.
Hanya saja, KAAN yang sudah sukses melakukan dua kali penerbangan percobaan, ternyata masih menggunakan mesin buatan General Electrik dari Amerika Serikat (AS), yakni F110-GE-129.
Ini bisa menjadi persoalan serius jika AS mengembargo dan tak mau menjual mesin tersebut kepada Turki.
Indikasi tersebut cukup besar, mengingat AS sangat keras terhadap Turki dan kehadiran KAAN bisa menyaingi F-35 buatan AS.
AS bisa saja menghalangi Turki dalam pengembangkan KAAN dengan tak mengizinkan penjualan mesin F110 buatan General Electric.
Apalagi, Yunani sebagai negara Turki juga sudah menyarakan agar AS melakukan langkah menghalangi produksi KAAN.
Selain itu, Israel sebagai sekutu dekat AS juga mulai mengkhawatirkan KAAN.
Rencana Arab Saudi membeli 100 KAAN akan menjadi ancaman serius buat Israel.

Selama ini, Israel selalu menghalangi negara-negara Timur Tengah membeli pesawat canggih karena bisa menyangi superioritas udara Israel.
Pengalaman mengajarkan, betapa Turki didepak AS dari program pesawat generasi kelima F-35 pada 2019 karena membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Akibatnya, harapan Turki memiliki 100 F-35 pun terancam kandas.
Bahkan, 6 unit F-35 yang menjadi jatah Turki pun sampai sekarang masih ditahan AS.
Berdasarkan pengalaman tersebut, AS bisa berbuat yang sama dengan melarang penjualan mesin F110 untuk KAAN jika pesawat generasi kelima buatan Turki itu dianggap mengancam.
Jika ini terjadi, maka produksi KAAN akan mengalami kemandekan.
Itu pula yang disadari Turki, terutama oleh TAI sebagai produsen KAAN.
Turki sejauh ini menunjukkan tak mudah menyerah dalam mewujudkan ambisi pertahanannya, meski mendapat tantangan embargo.
Ketika menginginkan membeli sistem pertahanan udara Patriot buatan AS, proposal Turkit tak disetujui Washington.
Secara mengejutkan, Turki berbalik membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia yang membuat AS marah dan mendepaknya dari F-35.
Bahkan, Turki kemudian mengembangkan sendiri sistem pertahanan udara Siper-2 yang mampu menyerang target dari jarak 150 kilometer.
Tank buatan Turki, Altay, awalnya juga mengandalkan mesin buatan Jerman.
Ketika Jerman menghentikan penjualan mesin, Turki mampu membuat mesin sendiri untuk tank mereka.
Yunani dan Israel kini terus melobi AS agar tidak menjual mesin F-110 agar Turki tak mampu mengekspor KAAN, terutama ke negara-negara Timur Tengah.


Ini menegaskan betapa ketergantungan KAAN terhadap mesin buatan AS masih menjadi kelemahan besar dan vital.
TAI memang menyadarinya dan bertekad membuat mesin sendiri sebagai penggerak KAAN.
Namun, diperkirakan mesin itu baru bisa diproduksi pada 2030.
Meski begitu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menekankan agar industri pertahanan Turki terus berusaha mandiri dan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.
Itu yang menarik ditunggu dari Turki apakah bisa mengatasi masalah ini, seperti halnya mereka mengatasi embargo mesin tank Altay dari Jerman.
Pemerintah Turki tak akan ragu mendukung TAI untuk mengembangkan mesin KAAN sendiri, mengingat betapa penting dan strategisnya pesawat generasi kelima tersebut.
Kehadiran KAAN akan menjadikan Turki sebagai negara Eropa kedua yang mampu memproduksi pesawat generasi kelima, setelah Rusia, yang akan membangun superioritas udara mereka.
Apalagi, KAAN sudah mendapat sambutan positif dari banyak negara, termasuk Indonesia.
Bahkan, Azerbaijan dan Pakistan sudah secara resmi menyatakan bergabung dalam pengembangan pesawat itu.
Indonesia pun juga menyatakan tertarik bergabung dalam proyek KAAN.
Perkembangan ini jelas semakin mengkhawatirkan AS dan negara-negara yang tak setuju dengan kehadiran KAAN.
AS masih memegang kartu truf untuk KAAN pada keberadaan mesin pesawat itu.
Sehingga, posisi KAAN saat ini sebenarnya masih riskan, karena sewaktu-waktu AS bisa menghentikan penjualan mesin F110 yang menjadi nyawa KAAN.
Turki harus berpacu dengan waktu jika perkembangan KAAN yang sudah baik ini bisa terus berlanjut dan memenuhi pemesan.


Jika tak segera mampu membuat mesin sendiri, maka KAAN bisa tersendat-sendat, sementara pesawat generasi keenam sudah segera berdatangan.
KAAN dikembangkan Turki sebagai respons negara tersebut terdepak dari program F-35 dan kebutuhan memodernisasi angkatan udara mereka.
Jika sebelumnya Turki selalu memiliki cara mengatasi embargo mesin, mereka juga yakin bisa mengatasi kelemahan besar pada mesin KAAN.
Seperti keyakinan Mustafa Demiroglu, pihaknya siap memenuhi pesanan Angkatan Udara Turki dan juga membuat mesin buatan sendiri, meski butuh waktu. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar