Skip to main content
728

Jemaah Haji yang Pindah Hotel Bukan karena Terpisah dari Pasangan/Keluarga Diminta Kembali ke Hotel Asal Maksimal 31 Mei 2025 - News Liputan6

  

Jemaah Haji yang Pindah Hotel Bukan karena Terpisah dari Pasangan/Keluarga Diminta Kembali ke Hotel Asal Maksimal 31 Mei 2025 - News Liputan6

Liputan6.com, Jakarta - Sistem multi-syarikah yang diberlakukan perdana pada tahun ini berdampak pada jemaah haji terpisah dengan pasangan, keluarga, atau pendampingnya. Hal itu mendorong Petugas Penyelenggara Ibadah Haji mengeluarkan surat edaran Nomor 059/PPIH-AS/5/2025 tentang penggabungan pasangan jemaah haji yang terpisah dalam penempatan di Makkah.

Di luar itu, rupanya ada pula sejumlah jemaah haji yang terpisah dari rombongan kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah (KBIHU). Mereka kemudian berinisiatif pindah hotel agar bisa kembali menyatu dengan rombongannya dan seringkali tanpa berkoordinasi dengan petugas haji.

Terhadap jemaah haji tersebut, PPIH meminta agar mereka segera kembali ke hotel asal paling lambat 31 Mei 2025, pukul 18.00 WAS. Hal itu tercantum dalam surat edaran Nomor 101/PPIH-AS/5/2025 tentang Persiapan Pelaksanaan Puncak Ibadah Haji Armuzna yang bertanggal 26 Mei 2025.

Dalam surat edaran tersebut juga dijelaskan alasannya. "Berisiko tidak dilayani pergerakannya ke Armuzna karena tidak sesuai data syarikah dan markaz," bunyi pengumuman tersebut.

Surat edaran tersebut juga memerintahkan kepala sektor dan jajarannya agar mendata dan memfasilitasi proses kembalinya jemaah haji ke hotel asal sesuai syarikah dan markaznya. Selanjutnya, data jemaah yang kembali ke hotel asal dilaporkan kepada kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah selambatnya 1 Juni 2025.

Disampaikan pula bahwa jemaah haji Indonesia akan bergerak ke Arafah pada 8 Dzulhijjah 1446 H atau Rabu, 4 Juni 2025. Pergerakan itu akan berlangsung secara bergelombang.

Jemaah Haji Pindah Mandiri Diminta Laporkan Diri

Surat edaran tersebut sejalan dengan arahan Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief. Ia sebelumnya mengimbau jemaah haji untuk tidak berpindah hotel sendiri tanpa terorganisir. Itu lantaran akan mengulitkan jemaah sendiri, termasuk saat pendistribusian kartu nusuk.

Jemaah yang terpisah diminta bersabar menunggu giliran digabungkan dengan keluarganya. Kalaupun ada yang sudah berpindah secara mandiri sebelum edaran itu keluar maupun sudah, ia meminta segera melaporkan diri kepada petugas haji melalui ketua kloter. Pasalnya, perpindahan itu akan berdampak pada perubahan data di e-Hajj.

Data yang valid diperlukan untuk memastikan setiap jemaah terlayani syarikah dengan optimal, terutama di puncak haji yang berlangsung di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). "Dengan rekomposisi/pengaturan ulang data itu, kita ingin memastikan pada puncak haji tidak ada jemaah yang tercecer," ujarnya.

Di sisi lain, petugas haji juga diminta melayani jemaah haji sebaik-baiknya. Dengan penambahan kuota petugas hasil negosiasi dengan Arab Saudi, petugas haji dituntut untuk melayani agar tidak ada jemaah yang tertinggal. "Apapun yang dilakukan oleh jemaah, khususnya dalam penempatan, harus ada supervisi dan pendampingan dari petugas," ucapnya.

Rencana Pergerakan Jemaah ke Armuzna

Sementara itu, Kepala Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), Harun Arrasyid menerangkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan rencana penempatan pos petugas haji di beberapa titik penting di Mina. Titik-titik tersebut merupakan persimpangan antara jamaah dari seluruh dunia sehingga petugas berperan mengarahkan jamaah agar tidak tercecer.

Satuan operasional yang dibantu satuan tugas (satgas) Mina bertanggung jawab untuk pos-pos yang disebut sebagai Mobil Crisis Rescue (MCR) itu. "Petugas mengisi pos yang sudah kita petakan yaitu pos MCR 1-5 jalur bawah, kita sebut MCR 1," ujar Harun, Minggu, 25 Mei 2025 di Jamarat, Mina, Arab Saudi.

Tim MCR dibagi menjadi tiga tim. Tim MCR 1 berada di lantai 1 Jamarat, Tim MCR 2 ngepos di lantai 2 Jamarat, dan Tim MCR 3 di lantai 3 Jamarat. Pada tahun ini pula, dibentuk pula tujuh pos tambahan untuk memantau jemaah haji yang nanti melaksanakan tanazul. 

"Tujuannya agar nanti jamaah yang tanazul yang tinggal di hotel-hotel wilayah Syisyah dan Rawdhah yang meliputi sektor 1-5 ini. Nanti, pergerakan jamaah menuju dan pulang dari Jamarat lantai 1 dan 2 bisa terpantau dengan baik dan bisa terlayani sehingga kegiatan Jamarat berjalan aman dan lancar," ia menjelaskan.

Komposisi Tim MCR

Harun menjelaskan, Tim MCR akan diisi oleh lima tusi dari perlindungan jamaah (linjam), media center haji (MCH), Disabilitas dan Penanganan Krisis, Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP2JH), dan Tenaga Kesehatan dari Daker Makkah.

"Kelima tusi ini akan ditugaskan untuk mengamankan MCR yang namanya jalur bawah atau MCR 1. Sedangkan MCR 2 domainnya dari rekan-rekan dari Madinah," terangnya.

Harun mengingatkan, petugas bisa menyesuaikan di dalam pos jaga. Mereka tidak bergerombol, tetapi kombinasi mobile dan juga stationer (tetap). Ia meminta setiap petugas menyiapkan pengamanan pribadi, yaitu pelindung kepala, termasuk pelindung wajah serta pelindung mata dari sinaran matahari serta kantong-kantong untuk menyediakan perbekalan.

Terkait potensi insiden, kemungkinan jemaah terpisah dari rombongannya besar, terutama dengan masifnya pergerakan di Jamarat saat puncak haji. Karena itu, masing-masing petugas perlu mengetahui dan memahami posisi setiap sektor dan jalur evakuasi terdekat yang bisa dijangkau agar bisa membantu jemaah. 

"Termasuk mengantisipasi ada yang sakit, tidak menutup kemungkinan kita butuh kursi roda untuk bisa mengevakuasi jemaah kita," ucap Harun.

Loading

Posting Komentar

0 Komentar

728