Kapal Induk Giuseppe Garibaldi Italia Incaran Jakarta Lebih Kecil dari Liaoning Beijing Tapi Dorongan Operasinya Dinilai Bisa Samai China - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Rencana pengadaan kapal induk TNI AL Indonesia rupanya menjadi sorotan banyak pihak.
Hal ini bermula kala Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkap kebutuhan TNI AL akan kapal induk Indonesia saat pihaknya mengusulkan sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) kepada Kementerian Pertahanan (Kemhan).
"Kelihatannya kami memerlukan kapal induk untuk kepentingan OMSP (operasi militer selain perang), terutama ya," kata KASAL seperti dikutip Zonajakarta.com dari Antara edisi 6 Februari 2025.
Di mata media asing, ketertarikan Jakarta terhadap kapal induk dituding merupakan perubahan pikiran Indonesia yang 10 tahun lalu enggan menempatkan pasukan di perbatasan.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari Opex 360 edisi 10 Maret 2025 lalu, media Prancis itu yang menyebut kemungkinan Indonesia mengakuisisi kapal induk bekas Italia ITS Giuseppe Garibaldi bersama pesawat AV-8 Harrier.
"Pada tahun 2014, Indonesia menjelaskan bahwa mereka tidak membutuhkan kapal induk karena tidak berencana untuk menempatkan angkatan bersenjatanya di luar perbatasannya.
Baca Juga:
Kapal semacam itu 'belum diperlukan untuk memperkuat pertahanan negara,' kata Jenderal Moeldoko, yang saat itu menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia [TNI], berpendapat.
Ia menambahkan bahwa hal ini 'tidak sesuai dengan doktrin' yang terakhir.
Lebih jauh, Jenderal Moeldoko melanjutkan, TNI 'dapat menggunakan pulau mana pun di kepulauan Indonesia sebagai pangkalan udara'.
Kepala Staf Angkatan Laut [TNI AL] saat itu, Laksamana Marsetio, telah setuju.
'Hanya negara-negara dengan angkatan laut ekspedisi yang membutuhkan kapal induk,' katanya," jelas Opex 360 mengenang pernyataan pejabat militer Indonesia kala itu.
Tapi cuma butuh waktu sekitar 10 tahun lamanya, Jakarta disebut berubah pikiran terhadap kebutuhan kapal induk.
Baca Juga:
"Sepuluh tahun kemudian, Jakarta telah berubah pikiran.
Bulan lalu, KASAL, Laksamana Muhammad Ali, memperjuangkan gagasan untuk memperoleh kapal induk dengan konsep yang dikenal sebagai 'operasi militer selain perang' (OMSP), yang berfokus pada bantuan kemanusiaan, keamanan maritim, dan penanggulangan bencana.
'Sebuah kapal induk akan secara signifikan meningkatkan kemampuan Angkatan Laut untuk menanggapi berbagai skenario ini dengan menyediakan pangkalan udara bergerak dan platform komando dan kontrol,' kata Laksamana Ali," jelas media Prancis itu.
Tapi perubahan sikap Indonesia ini dituding media asing itu sebagai dalih.
"Namun, ini mungkin hanya dalih... mengingat Indonesia telah berupaya memodernisasi kemampuan angkatan lautnya, misalnya dengan membeli dua kapal patroli lepas pantai serbaguna Italia jenis 'Thaon de Revel' [yang memiliki atribut fregat], dua fregat Arrowhead 140 rancangan Inggris, dan dua kapal selam Scorpène Evolved dari Naval Group Prancis.
Namun, Indonesia tidak memiliki sumber daya keuangan dan keahlian untuk memulai pembangunan kapal induk.
Baca Juga:
Oleh karena itu, solusinya adalah membeli kapal bekas...
Oleh karena itu, menurut majalah Inggris Janes, minatnya pada kapal induk ITS Giuseppe Garibaldi, yang baru-baru ini ditempatkan sebagai cadangan oleh Marina Militare setelah penggantinya, ITS Trieste, mulai beroperasi," lanjut Opex 360.
Dikutip Zonajakarta.com dari National Interest edisi 11 Maret 2025, Indonesia disebut sebagai operator kapal induk potensial terbaru di kawasan Indo-Pasifik.
"Operator kapal induk potensial terbaru adalah Indonesia, yang sedang mempertimbangkan untuk membeli kapal induk helikopter/kapal induk pesawat tempur Angkatan Laut Italia, ITS Giuseppe Garibaldi," jelas National Interest.
Media berbahasa Inggris itu mengutip laporan dari firma analis militer internasional Janes,
"'Kapal induk yang diluncurkan pada tahun 1985 itu telah ditempatkan sebagai cadangan pada bulan Oktober 2024.
Baca Juga:
Kesepakatan tersebut dapat mencakup transfer beberapa dari tiga puluh pesawat AV-8B Harrier II yang memiliki kemampuan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL) milik Angkatan Laut Italia,' sementara 'transfer apa pun akan sejalan dengan rencana Kekuatan Pokok Minimum (MEF) Angkatan Laut Indonesia, yang mencakup setidaknya empat kapal pengangkut helikopter, empat fregat, dan beberapa kapal patroli rudal'," jelas National Interest.
Meski Jakarta mengincar ITS Garibaldi namun, Indonesia dianggap mampu menyamai dorongan operasi kapal induk pertama yang dimiliki China.

"ITS Giuseppe Garibaldi jauh lebih kecil daripada Type 001 Liaoning, kapal induk pertama Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN).
Namun, kapal induk ini dapat memberi Jakarta dorongan yang sama dalam operasi kapal induk seperti yang dimiliki Beijing dengan kapal induk pertamanya.
Kapal Type 001 Liaoning awalnya dibuat selama Perang Dingin di bekas Uni Soviet.
Setelah pembubaran Soviet, Ukraina menjual kapal perang yang belum selesai itu ke sebuah perusahaan China sebelum merenovasinya.
Baca Juga:
Meskipun jauh lebih kecil dari kapal induk China, kapal Italia dilengkapi dengan dek lompat ski, dan dapat beroperasi dengan enam belas pesawat lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL) atau delapan belas helikopter.
Seperti dicatat oleh Janes, kesepakatan apa pun antara Roma dan Jakarta kemungkinan akan mencakup beberapa pesawat, dan bahkan kemungkinan pelatihan pada Harrier II, Italia menjadi salah satu pengguna utamanya," jelas National Interest.

Media asing itu beranggapan ITS Garibaldi masih menjadi operator yang kompoten meski berukuran lebih kecil kapal kapal induk Liaoning China.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar