Dunia Internasional,
Kemenangan J-10C Tiongkok Secara Tidak Langsung Memberikan Gambaran Betapa Kuatnya Kekuatan Militer China Saat Ini - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Pada tanggal 7 Mei 2025, dunia menyaksikan pertarungan dua jet tempur yang menandai pertempuran udara era modern ini.
Jet tempur Tiongkok J-10C yang dioperasikan China berhasil menebak jatuh jet tempur India, yang salah satunya diketahui adalah Rafale.
Menurut keterangan Reuters, pada 9 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Jet Tempur Buatan China Pakistan Menembak Dua Jet Tempur India."
Mengungkapkan bahwa, jika kabar tersebut terbukti benar, hal ini akan menandai kemenangan bagi industri militer China.
Namun, analis segera memperingatkan bahwa masih banyak yang belum diverifikasi, dan kabut perang telah mengaburkan apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, konflik ini telah memberikan kesempatan langka untuk menyaksikan bentrokan langsung antara teknologi militer Tiongkok dan Barat.
"Ini adalah kesempatan langka bagi masyarakat internasional untuk mengukur perangkat keras militer Tiongkok di medan perang dibandingkan dengan perangkat keras Barat (India)," kata Lyle Morris dari Asia Society Policy Institute.
Pesawat utama yang dikerahkan Pakistan dalam konflik tersebut adalah J-10C Vigorous Dragon dan JF-17 Thunder, yang keduanya merupakan produk dari sektor pertahanan Tiongkok yang sedang berkembang.
Baca Juga:
J-10C, khususnya, digunakan dalam pertempuran untuk pertama kalinya. Jet-jet ini dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara yang dirancang dan diproduksi oleh Tiongkok.
Menurut The Asia Live, pada 21 Mei 2025, dalam artikel berjudul "Perjudian Strategis Indonesia atas Jet Tempur Rafale Diteliti dalam Laporan yang Didukung Beijing yang Menghubungkan Kesepakatan dengan Konflik Indo-Pakistan."
Situasi ini menempatkan China menjadi sorotan dunia, dengan perkembangan industri militernya yang semakin diperhitungkan.
Meskipun beberapa sistem China tampak bekerja secara efektif, beberapa lainnya tidak memenuhi harapan.
Sistem pertahanan udara buatan China di Pakistan dilaporkan gagal mencegah India menetralkan baterai rudal di dekat Lahore.
Namun, kekagagalan itu, jika akurat, bukanlah hal yang tidak penting.
Siemon Wezeman dari SIPRI menyatakan bahwa kemampuan India untuk menghancurkan sistem pertahanan udara China.
Dianggap menjadi keberhasilan yang lebih besar dan lebih dari sekadar mengimbangi hilangnya beberapa pesawat dalam prosesnya.
Baca Juga:
Para ahli memperingatkan agar tidak mengambil kesimpulan yang terlalu luas.
Yun Sun dari Stimson Center mencatat bahwa meskipun ada lebih banyak data, konflik tersebut tidak memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kemampuan militer Tiongkok.
"Kita harus ingat bahwa Tiongkok mengekspor versi yang lebih rendah dari perangkat keras terbaiknya," katanya.
"Apa yang digunakan Pakistan bukanlah apa yang digunakan Tentara Pembebasan Rakyat secara internal," jelasnya.
Situasi menyiratkan bahwa, China memiliki senjata militer yang lebih canggih digunakan untuk kepentingan nasional, terlepas dari keberhasilannya menjual alutsista ke luar negeri.
Setelah pertempuran udara yang dilaporkan, saham Chengdu Aircraft Company, pembuat J-10C melonjak lebih dari 40%.
Investor tampaknya bertaruh pada keuntungan tak terduga dari pesanan baru berdasarkan keberhasilan pertempuran.
Akan tetapi, Jennifer Kavanagh dari lembaga riset Defense Priorities yang berbasis di AS menunjukkan bahwa ekspor senjata Tiongkok masih menghadapi tantangan struktural.
Baca Juga:
"Tiongkok tidak dapat memproduksi secara massal beberapa input utama, termasuk mesin pesawat canggih," katanya.
"Menjadi eksportir senjata yang dominan akan membutuhkan lebih banyak waktu dan pengembangan kapasitas," jelasnya.

"Kita masih harus melihat seberapa baik semua senjata itu bekerja dan apakah itu benar-benar berarti. Pasar telah bereaksi berlebihan," ungkap Wezeman dari SIPRI setuju, dengan mengatakan.
***
Sumber: Reuters, The Asia Live
Terpopuler
Rafale dan J-10C Kembali Terlibat Pertarungan Seru, Kali Ini Terjadi di Mesir dan Reputasi Keduanya DIpertaruhkan
Jet Tempur Generasi Kelima Su-57 Melempem di Malaysia, Rusia Sampai Membuat Keputusan Frustrasi
Indonesia Dianjurkan Tambah Unit Rafale Dibandingkan Turuti Bujuk Rayu Rusia Beli Su-57 Karena Alasan Ini
Tawaran Raja Minyak UEA tak Goyahkan Korea Selatan, Tetap Pertahankan Indonesia di Mega Proyek KF-21 Boramae

Akhirnya Terbongkar, F-35 Adalah Kesalahan Hingga Lockheed Martin Dijauhi AS dan Kontrak Jet Generasi Keenam Diberikan ke Boeing

Tidak ada komentar:
Posting Komentar