Pengamat: Panen Raya dan Produksi Jagung Jadikan Sektor Pertanian "Jawara" Baru Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.tv - 6 Mei 2025, 10:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertanian meraih pertumbuhan tertinggi pada Triwulan I 2025 (10,52 persen), diikuti sektor jasa lainnya (9,84 persen), dan jasa perusahaan (9,27 persen).
Dari total pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2025 yang tercatat 4,87 persen, sebanyak 1,11 persen dikontribusikan oleh sektor pertanian, kemudian disusul industri pengolahan (0,93 persen), perdagangan (0,66 persen), serta informasi dan komunikasi/infokom (0,53 persen).
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menilai sektor pertanian muncul sebagai ‘jawara' baru sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha.
Pertumbuhan sektor pertanian mengalahkan industri pengolahan dan perdagangan, lantaran ditopang oleh panen raya dan jagung.
"Sektor pertanian tumbuh tinggi juga didorong oleh peningkatan permintaan domestik. Ditopang oleh panen raya padi dan jagung, pada kuartal I-2025 subsektor tanaman pangan tumbuh hingga 42,26 persen (yoy)," kata Khudori dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.tv, Senin (5/5/2025).
Baca Juga: Bansos dan Gaji ke-13 jadi Andalan Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025
"Sedangkan subsektor peternakan tumbuh 8,83 persen sejalan dengan peningkatan permintaan domestik daging dan telur selama Ramadan dan Hari Raya Idulfitri," tambahnya.
Menurutnya, produksi beras dan jagung pada Triwulan I 2025 memang cukup tinggi dibandingkan Triwulan I 2024.
Misalnya, produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) pada Triwulan I 2024 total masing-masing hanya 5,6 juta ton dan 3,4 juta ton.
Pada Triwulan I 2025 produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) masing-masing naik menjadi 9,04 juta ton dan 4,64 juta ton.
"Jadi ada kenaikan yang lumayan tinggi," kata Khudori.
Baca Juga: Pengamat: Paradoks UU BUMN, Dapat PMN tapi Tidak Direksi, Komisaris Bukan Penyelenggara Negara
Mengapa naik tinggi? Setidaknya ada beberapa penjelasan. Ia menuturkan, produksi beras dan jagung pada Triwulan I 2025 tinggi karena luas panen yang tinggi. Luas panen yang tinggi karena luas tanam yang tinggi.
Luas tanam tinggi karena 3-4 bulan lalu saat tanam padi dan jagung, iklim/cuaca normal. Sementara produksi beras dan jagung pada Triwulan I 2024 rendah karena luas panen rendah. Luas panen rendah karena luas tanam yang rendah.
Luas tanam rendah karena 3-4 bulan (September-Desember 2023) sebelum Januari-Maret 2024, iklim/cuaca tidak normal karena ada El Nino. Jadi, pertumbuhan Triwulan I 2025 tinggi salah satunya disumbangkan oleh iklim/cuaca yang normal.
Merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino terjadi sejak Juni 2023 dan berlanjut hingga April 2024.
Akibat El Nino, wilayah-wilayah produksi padi dan jagung di berbagai daerah tidak mendapat jaminan pasokan air, sehingga tidak diusahakan.
Inilah yang membuat produksi padi dan jagung tertekan akibat dampak El Nino. Untuk menekan dampak negatif El Nino, pada akhir 2023, Kementerian Pertanian menggenjot program pompanisasi.
Program ini, menurut Khudori, cukup menolong, sehingga produksi tidak terlalu tertekan.
Baca Juga: Korban PHK Capai 24.083 Pekerja hingga April 2025, Terbanyak di Jateng, Jakarta, dan Riau
Kedua, iklim/cuaca yang normal membuat pola produksi bergeser. Pada 2024, puncak panen padi dan jagung masing-masing terjadi di April dan Februari. Pada 2025, puncak panen padi dan jagung bergeser sebulan lebih awal.
Puncak panen padi terjadi di Maret dan April, sedangkan puncak panen jagung di Februari. Untuk padi, produksi diperkirakan mulai melandai pada Mei, sedangkan produksi jagung mulai melandai sejak April.
"Jadi, karena pergeseran puncak panen bisa dipahami jika pertumbuhan Triwulan I 2025 begitu tinggi," ujarnya.
Selain itu, merujuk data BPS, pada Triwulan I 2024, pertumbuhan pertanian terkontraksi yakni minus 0,41 persen.
Karena baseline yang rendah, wajar jika di periode yang sama di tahun berikutnya bakal terjadi pertumbuhan yang tinggi atau rebound.
"Terlepas dari itu semua, tentu tidak bisa dinafikan berbagai langkah dan program yang dilakukan pemerintah melalui kementerian teknis, yakni Kementerian Pertanian," katanya.
Sejak ditunjuk kembali menjadi Menteri Pertanian pada 25 Oktober 2023, Menteri Amran Sulaiman menggencarkan program pompanisasi, penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan mengembalikan alokasi subsidi pupuk jadi 9,5 juta ton.
Sejak tahun lalu, Kementerian Pertanian memfokuskan anggaran dan sumber daya manusia untuk menggenjot produksi padi dan jagung.
Bahkan, tahun ini sumber daya juga difokuskan kepada dua komoditas itu. Wajar jika kedua komoditas mengalami pertumbuhan tinggi.
"Selain itu, sejak Presiden Prabowo Subianto berkuasa juga dilakukan penyederhanaan mekanisme subsidi pupuk selain besaran subsidi dipertahankan pada 9,5 juta ton pupuk," jelasnya.
"Juga fokus penyediaan air melalui perbaikan irigasi, optimalisasi bendung/embung/waduk, dan melanjutkan program pompanisasi," sambungnya.
Baca Juga: Serikat Pekerja Pertamina Usulkan Usia Pensiun Pegawai BUMN Sama Seperti PNS
Di sisi lain, ia menilai pertanian di Indonesia masih tergantung pada kondisi iklim/cuaca. Irama tanam dan irama panen ditentukan oleh situasi iklim/cuaca.
Padi misalnya, dalam kondisi iklim/cuaca normal, irama tanam serentak telah menghasilkan pola panen yang ajeg.
Yakni musim panen raya (Februari-Mei dengan 60-65 persen dari total produksi setahun), panen gadu (Juni-September dengan 25-30 persendari total produksi setahun), dan musim paceklik (Oktober-Januari dengan 5-15 persen dari total produksi setahun).
Pola panen ini akan bergeser, ke depan atau ke belakang, tergantung kondisi iklim/cuaca. Ketika terjadi El Nino, kata Khudori, tanam bisa bergeser ke belakang sehingga panen pun bergeser dari pola umumnya.
Ketika terjadi La Nina, wilayah-wilayah yang semula tidak ditanami, bisa ditanami karena tersedia air.
"Agar ketergantungkan pada iklim/cuaca ini berkurang perlu ada terobosan inovasi dan teknologi yang memungkinkan faktor iklim/cuaca bisa dimodifikasi atau dikendalikan," tandasnya.

Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Daftar di sini
Sumber : Kompas TV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar