Dunia Internasional,Konflik Timur tengah
Protes Serangan Israel, Pemerintah Kota di Spanyol Ini Berani Tutup Kantor Perdagangan di Tel Aviv | Halaman Lengkap


Pemerintah kota di Spanyol berani tutup kantor perdagangan di Tel Aviv sebagai bentuk protes. Foto/X/QudsNen
- Pemerintah Kota Catalonia di
Spanyolmengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan menutup kantor perdagangan dan investasinya di Tel Aviv sebagai tanggapan atas serangan Israel yang kembali di Jalur Gaza.
Kantor tersebut, yang dibuka 10 tahun lalu, akan segera menghentikan operasinya dan diperkirakan tidak akan beroperasi lagi pada akhir hari, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Melansir Anadolu, langkah tersebut sebagian besar bersifat simbolis karena kantor tersebut menangguhkan semua misi promosi dan bisnis di wilayah tersebut setelah serangan terhadap Gaza dimulai. Kantor tersebut terus berfungsi dalam kapasitas terbatas tanpa perwakilan politik apa pun.
Keputusan yang dibuat oleh pemerintah Katalan yang dipimpin Sosialis dengan persetujuan kelompok sayap kiri Comuns itu menuai kritik dari Carles Puigdemont, pemimpin partai oposisi utama di kawasan itu.
"Kesalahan serius... Perumahan, perpajakan, pariwisata, industri, hubungan luar negeri... semua dikorbankan atas nama mempertahankan kekuasaan dan menyelesaikan strategi pembubaran Katalonia, menjadikannya kecil, biasa-biasa saja, tidak relevan, sunyi, dan sunyi," katanya di X, dilansir Anadolu.
Penutupan itu terjadi saat negara-negara Barat semakin menggunakan tekanan perdagangan sebagai respons atas kampanye militer dan blokade Israel yang semakin intensif di Gaza.
Inggris pada hari Selasa menghentikan sementara pembicaraan perdagangan dengan Israel, sementara UE mengumumkan akan meninjau Perjanjian Asosiasi dengan negara itu.
Sebelumnya, Inggris, Prancis, dan Kanada telah mengancam akan melakukan "tindakan konkret" terhadap Israel jika Israel terus melakukan perluasan operasi militer yang "mengerikan" di Gaza.
Pada hari Selasa, PBB mengatakan tidak ada bantuan yang didistribusikan di Gaza dan bahwa 14.000 bayi berisiko meninggal dalam waktu 48 jam tanpa makanan dan suplemen yang dapat menyelamatkan nyawa.
Jumlah korban tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah melampaui 53.000.
Sementara itu, kelompok Madrid akan bersidang pada hari Minggu di ibu kota Spanyol dalam upaya untuk meningkatkan tekanan diplomatik pada Israel agar menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
"Kami ingin memobilisasi suara Uni Eropa dan juga suara mereka yang berada di luar Uni Eropa di negara-negara Arab dan Islam," kata Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares dalam sebuah wawancara pada hari Selasa, seperti dilaporkan El Pais.
"Kita semua menginginkan hal yang sama: mengakhiri perang ini, mencegah Gaza menjadi kuburan massal, dan memutus blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan," katanya.
Baca Juga: Pakistan dan India Berperang, Kenapa China yang Menang?
Pembicaraan tingkat tinggi tersebut akan menjadi pertemuan resmi kelima Madrid Group, yang mencakup menteri dari Arab-Islamic Contact Group on Gaza serta beberapa negara Eropa.
Pertemuan terakhirnya pada bulan September 2024 mencakup partisipasi dari Spanyol, Norwegia, Slovenia, dan Irlandia di pihak Eropa dan dari Palestina, Arab Saudi, Yordania, Turki, Mesir, Qatar, dan Bahrain di pihak Arab-Islam.
Pertemuan tersebut dijadwalkan pada hari yang sama ketika Uni Eropa mengumumkan peninjauan ulang Perjanjian Asosiasi dengan Israel, yang memberikan hak istimewa perdagangan dan bersyarat pada kepatuhan hak asasi manusia. Peninjauan ulang tersebut didukung oleh 17 negara anggota, menurut pejabat Uni Eropa.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengumumkan penghentian negosiasi perjanjian perdagangan bebas Inggris-Israel yang baru.
"Kami menangguhkan pembicaraan," katanya, menuduh Israel menjalankan "kebijakan yang kejam" di Gaza.
Sementara itu, Kongres Spanyol telah memberikan suara mendukung embargo senjata terhadap Israel.
Kelompok Madrid, yang didukung oleh UE, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam, sebelumnya telah menyerukan gencatan senjata segera dan telah menganjurkan solusi dua negara.
"Kami ingin menyumbangkan semua dukungan, kekuatan, dan kapasitas diplomatik kami untuk pertemuan PBB bulan depan, dengan tujuan menyelesaikan dan melaksanakan solusi dua negara," kata Albares, mengacu pada konferensi PBB yang direncanakan pada bulan Juni di New York.
Konferensi tersebut akan mengupayakan pengakuan yang lebih luas atas Palestina sebagai negara berdaulat. Sekitar 147 negara telah mengakui Palestina, termasuk banyak negara di Eropa Timur.
(ahm)
0 Komentar