Trump "Mempermalukan" Presiden Afrika Selatan di Depan Awak Media dengan Tuduhan Genosida Halaman all - Kompas - Opsiin

Informasi Pilihanku

powered by Surfing Waves
demo-image

Trump "Mempermalukan" Presiden Afrika Selatan di Depan Awak Media dengan Tuduhan Genosida Halaman all - Kompas

Share This
Responsive Ads Here

 Dunia Internasional,

Trump "Mempermalukan" Presiden Afrika Selatan di Depan Awak Media dengan Tuduhan Genosida Halaman all - Kompas

682e76cdcc769

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Pertemuan diplomatik antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di Gedung Putih pada Rabu (21/5/2025) berubah menjadi konfrontasi mengejutkan.

Hal itu bermula ketika Trump memutar video yang ia klaim sebagai bukti terjadinya genosida terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan, langsung di hadapan Ramaphosa dan para wartawan.

Trump menggunakan kunjungan Ramaphosa untuk menginformasikan klaimnya bahwa para petani kulit putih di Afrika Selatan menjadi sasaran kekerasan sistematis.

Baca juga: Trump Akan Tampung Pengungsi Kulit Putih dari Afsel di Tengah Deportasi Massal AS

Rano Karno Ungkap Pemprov Akan Tambah Panggung Musik di CFD Jelang HUT ke-498 Jakarta

"Tanah mereka diambil, lalu mereka dibunuh, dan pelakunya tidak dihukum," ujar Trump di hadapan media.

Ia juga memperlihatkan potongan berita yang diklaim mendukung pernyataannya, padahal salah satu foto yang digunakan ternyata berasal dari Republik Kongo, bukan Afrika Selatan.

Trump menambahkan, "Kematian, kematian, kematian. Kematian yang mengerikan," untuk menegaskan narasinya.

Baca juga: [UNIK GLOBAL] Bonus Nyaris 8 Kali Gaji | Induk Gajah Temani Anaknya yang Mati

Sebelumnya pada bulan ini, pemerintahan Trump telah memberikan status pengungsi kepada 59 warga kulit putih Afrika Selatan (Afrikaner), meskipun AS hampir menghentikan sepenuhnya penerimaan pencari suaka dari negara-negara lain.

Ramaphosa tetap tenang

Presiden Ramaphosa tampak terkejut atas aksi Trump, tetapi berusaha tetap tenang dan tidak terbawa emosi.

Ia membantah keras tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa undang-undang pengambilalihan lahan yang baru di Afrika Selatan tidak ditujukan untuk merampas tanah milik warga kulit putih.

Baca juga: Senin, Trump Akan Hubungi Putin dan Zelensky, Dorong Gencatan Senjata

"Tidak, tidak, tidak. Tidak ada yang bisa mengambil tanah begitu saja," jawab Ramaphosa.

Ia juga menegaskan bahwa sebagian besar korban kejahatan di Afrika Selatan justru berasal dari komunitas kulit hitam, dan para politisi yang muncul dalam video tersebut merupakan tokoh oposisi yang tidak mewakili pemerintah.

Awalnya, pertemuan ini dijadwalkan untuk memperbaiki hubungan diplomatik yang sempat memburuk sejak Trump dan Elon Musk—miliarder kelahiran Afrika Selatan yang kini menjadi pendukung kuat narasi "genosida kulit putih"—menyuarakan tuduhan-tuduhan kontroversial terhadap pemerintah Afrika Selatan.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Pelantikan Paus Leo XIV | Covid-19 Merebak Lagi

Ramaphosa datang ke Gedung Putih ditemani dua pemain golf Afrika Selatan, Ernie Els dan Retief Goosen, sebagai bagian dari "diplomasi" untuk menjalin hubungan hangat dengan Trump yang dikenal sebagai penggemar golf.

Namun, suasana menjadi canggung ketika Trump terus memotong pembicaraan Ramaphosa selama pemutaran video, membuat presiden Afrika Selatan tersebut hanya bisa duduk gelisah sambil bertanya, "Ini di mana?" saat menyaksikan klip demi klip yang diputar.

Salah satu bagian video menampilkan Julius Malema, politisi kiri-radikal, menyanyikan lagu Kill the Boer, kill the farmer—slogan era apartheid yang kontroversial.

Video itu diakhiri dengan gambar ratusan salib putih yang menurut Trump adalah makam para petani yang terbunuh.

Baca juga: 59 Pengungsi Kulit Putih “Afrikaner” Tiba di AS, Disambut Hangat Pejabat Imigrasi 

Di tengah pertemuan tersebut, Ramaphosa mencoba menenangkan suasana dengan mengutip ajaran Nelson Mandela.

“Kami diajarkan bahwa bila ada masalah, kita harus duduk dan berbicara bersama,” ucapnya.

Ernie Els pun turut angkat bicara, menekankan harapan rakyat Afrika Selatan agar negaranya menjadi lebih baik.

Baca juga: Diagnosis Kanker Joe Biden Picu Sorotan terhadap Isu Kesehatan Semasa Menjabat

Setelah pertemuan itu, Ramaphosa berusaha memberikan kesan positif, menyebut pertemuannya dengan Trump “sukses besar” dan menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan menghadiri KTT G20 di Johannesburg pada November mendatang.

Ramaphosa juga mengungkapkan bahwa ia yakin Trump belum sepenuhnya percaya dengan tuduhan genosida tersebut.

“Saya rasa masih ada keraguan dalam pikirannya tentang semua ini,” ujarnya kepada wartawan.

Baca juga: Sebelum Tewas Ditembak Saat "Live", Valeria Marquez Punya Firasat Buruk

Hubungan yang memburuk

Sejak Trump menjabat kembali di periode kedua, hubungan AS–Afrika Selatan memang memburuk.

Pemerintah Trump memotong bantuan luar negeri, menetapkan tarif baru sebesar 31 persen, mengusir duta besar Afrika Selatan, dan mengkritik keras gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Pidana Internasional terkait konflik Gaza.

Oleh sebab itu, Ramaphosa berusaha memulihkan hubungan dua negara dengan kunjungannya ke Gedung Putih, meskipun berakhir dengan hasil yang kurang memuaskan.

Baca juga: Bahaya Ideologi Supremasi Kulit Putih di AS, Benarkah Bangkit Kembali?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages