Trump Tunda Sanksi Ekonomi ke Rusia setelah Maki-maki Putin | Sindonews
Dunia Internasional
Trump Tunda Sanksi Ekonomi ke Rusia setelah Maki-maki Putin | Halaman Lengkap


Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Kamis, 29 Mei 2025 - 13:00 WIB
Presiden AS Donald Trump memutuskan menunda pemberlakuan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia. FOTO/dok.SindoNews
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menunda pemberlakuan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia, dengan alasan menjaga peluang tercapainya kesepakatan damai antara Moskow dan Kyiv. Keputusan tersebut disampaikan di tengah eskalasi ketegangan akibat serangan udara besar-besaran Rusia ke Ukraina.
"Saya tidak ingin merusak peluang tercapainya kesepakatan dengan menjatuhkan sanksi saat ini. Jika saya pikir kesepakatan hampir tercapai, saya akan menahan diri," ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (29/5).
Baca Juga: Trump Sebut Putin Benar-benar Gila karena Rusia Luncurkan Serangan Terbesar ke Ukraina
Saat ditanya apakah Presiden Rusia Vladimir Putin serius ingin mengakhiri perang, Trump menjawab diplomatis, "Saya belum bisa mengatakan. Tapi saya akan beri tahu Anda dalam dua minggu."
Namun, Trump juga melontarkan kritik keras terhadap Presiden Rusia itu. "Saya jauh lebih tangguh dari yang Anda pikirkan," ucapnya, mengisyaratkan kesabarannya terhadap Moskow mulai menipis.
Beberapa hari terakhir, Trump menjukkan kejengkelan, dan memaki-maki Presiden Putin, menyusul serangan pesawat nirawak Rusia yang disebut sebagai yang terbesar sejak perang Ukraina dimulai. Tekanan dari Eropa dan Kongres AS untuk bertindak pun semakin menguat. Senator senior dari Partai Republik, Chuck Grassley, dalam unggahannya di media sosial menyatakan, "Saya sudah muak dengan Putin yang membunuh warga sipil. Presiden Trump harus bertindak, minimal dengan sanksi."
Dalam unggahan terpisah, Grassley menulis, "Trump harus bersikap tegas terhadap Putin seperti ketika dia menghentikan bantuan dana untuk Harvard. Sanksi untuk Putin, bukan kampus elite."
Trump mengakui bahwa dirinya kecewa atas serangan-serangan Rusia terhadap sasaran sipil di Ukraina, terutama di tengah-tengah upaya diplomasi yang sedang berlangsung.
"Saya sangat kecewa dengan apa yang terjadi beberapa malam lalu, ketika warga sipil terbunuh justru di saat proses negosiasi. Ini sangat mengecewakan," ujarnya.
Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan bantuan dana sebesar USD30 miliar atau setara Rp488 triliun dari negara-negara mitra untuk meningkatkan kapasitas produksi senjata di dalam negeri.
Zelensky juga mengusulkan diadakannya pertemuan puncak antara dirinya, Trump, dan Putin guna mencari jalan keluar dari kebuntuan diplomatik. Trump menanggapi positif ide tersebut, namun menyebut pembicaraan dengan Putin saat ini masih berlangsung.
"Saya berharap hal itu sudah terjadi beberapa bulan lalu. Tapi sekarang kami masih berusaha membangun komunikasi dengan Presiden Putin. Kita lihat ke mana arah ini akan membawa kita," ujar Trump.
Baca Juga: 7 Hari Tur Trump ke Kawasan Teluk Bikin Harta 10 Miliarder Nambah Rp1.589 Triliun
Sementara, Kremlin melalui penasihat senior Yuri Ushakov menepis kritik dari Trump. Ia menyatakan bahwa Presiden AS tersebut tidak memiliki informasi lengkap terkait serangan Ukraina terhadap wilayah Rusia, sebagaimana disampaikan dalam video yang dirilis melalui Telegram oleh jurnalis televisi pemerintah Rusia.
(nng)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Akhiri Perang Ukraina, Trump Akan Akui Crimea Milik Rusia