Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Apa Dampaknya jika Iran Keluar dari Perjanjian Nuklir NPT? - Bagian All


JAKARTA, iNews.id - Iran sedang mempersiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Jika benar-benar mundur, Iran tidak lagi terikat kewajiban untuk membuka fasilitas nuklirnya terhadap inspeksi internasional.
Dampaknya, ini bisa menghilangkan kepercayaan dunia internasional terhadap transparansi program nuklir Iran serta bisa memicu reaksi militer atau sanksi internasional lebih keras.
Langkah ini juga berisiko mendorong negara-negara lain di kawasan, seperti Arab Saudi atau Turki, untuk mengejar program nuklir sendiri demi menjaga keseimbangan kekuatan.
Keputusan Iran untuk mempertimbangkan keluar dari NPT menunjukkan meningkatnya ketegangan antara prinsip kedaulatan nasional dan komitmen global terhadap non-proliferasi senjata nuklir. Dunia kini menunggu apakah langkah ini hanya strategi tekanan diplomatik, atau benar-benar menjadi awal babak baru perlombaan nuklir di kawasan paling tidak stabil di dunia.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran Esmaeil Baqaei pekan lalu mengonfirmasi parlemen sedang menyiapkan draf RUU dan akan diajukan dalam waktu dekat. Meski begitu, Baqaei menegaskan Iran tetap menentang pengembangan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir.
Keputusan ini diambil setelah Israel menyerang Iran dan di tengah perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Israel menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Perundingan nuklir dengan AS behenti terkait serangan Israel. Pertemuan kedua negara, ditengahi pihak ketiga, sudah berlangsung lima putaran. Iran menolak melanjutkan perundingan selama negaranya masih diserang Israel. Putaran keenam sedianya digelar di Oman pada 15 Juni lalu, namun dibatalkan.
Dalam perkembangan terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada Jumat (20/6/2025), tidak perlu menyerang fasilitas nuklir Iran.
Sebelumnya dia memberi waktu 2 pekan kepada Iran untuk kembali ke meja perundingan atau akan menghadapi konsekuensi yang keras.
"Kita harus lihat apa yang terjadi. Mungkin itu tidak akan diperlukan," kata Trump.
Sementara itu Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan, Trump masih mempertimbangkan apakah akan menyerang fasilitas nuklir Fordow milik Iran atau tidak. Fasilitas tersebut dilaporkan hanya bisa dihancurkan oleh bom penghancur bunker MOP seberat hampir 14 ton milik AS yang dibawa pesawat pengebom strategis B-2 Spirit.
Fasilitas Fordow merupakan tempat pengayaan uranium Iran yang berada jauh di bawah permukaan tanah.
0 Komentar