Iran Bakal Keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir NPT, Apa Itu? - inews

Central Informasi
By -
2 minute read
0

 Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,

Iran Bakal Keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir NPT, Apa Itu? - Bagian All

TEHERAN, iNews.id – Ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat mungkin akan meningkat setelah parlemen menyatakan tengah menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran Esmaeil Baqaei mengonfirmasi bahwa RUU tersebut dalam tahap penyusunan dan akan diajukan dalam waktu dekat. Meskipun begitu, Baqaei menegaskan bahwa Iran tetap menentang pengembangan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir.

Apa Itu Perjanjian NPT?

Non-Proliferation Treaty (NPT) atau Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir adalah kesepakatan internasional yang ditandatangani pada 1968 dan mulai berlaku pada 1970. Tujuannya untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai.

Hingga kini, NPT memiliki 190 negara anggota, menjadikannya salah satu perjanjian internasional dengan partisipasi terbanyak. Dalam perjanjian ini, hanya lima negara yang diakui secara resmi boleh memiliki senjata nuklir, yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, dan Prancis. 

Negara-negara lain, termasuk Iran, hanya diizinkan mengembangkan program nuklir sipil di bawah pengawasan ketat Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Latar Belakang Ketegangan: Dari JCPOA ke Sanksi Ekonomi

Iran sebelumnya menjadi bagian dari kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015 bersama AS, Inggris, Prancis, Rusia, China, Jerman, dan Uni Eropa. Kesepakatan ini membatasi pengayaan uranium Iran sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi ekonomi.

Namun, situasi berubah drastis ketika Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018 dan kembali menjatuhkan sanksi berat kepada Teheran. Langkah ini membuat Iran merasa dikhianati dan mulai melanggar batasan pengayaan uranium yang sebelumnya telah disepakati.

Iran berdalih bahwa program pengayaan uranium tersebut murni untuk keperluan energi dan riset medis, dan menyatakan tidak memiliki ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir. Tetapi Barat menilai pengayaan uranium hingga tingkat tinggi membuka potensi militerisasi program tersebut.

Perundingan Nuklir Gagal akibat Perang Iran-Israel

Upaya negosiasi untuk menghidupkan kembali JCPOA sebenarnya masih berlangsung hingga pertengahan 2025. Namun, perundingan putaran keenam di Oman yang dijadwalkan pada Minggu (15/6/2025) batal digelar. Alasannya, Iran terlibat konflik langsung dengan Israel, yang membuat situasi politik dan diplomatik kian memanas.

Kegagalan perundingan ini dinilai memperkuat posisi parlemen Iran untuk mengambil sikap lebih keras, termasuk kemungkinan keluar dari NPT. Jika itu terjadi, maka pengawasan internasional terhadap program nuklir Iran akan berhenti, dan hal ini dikhawatirkan membuka jalan menuju perlombaan senjata baru di Timur Tengah.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default