Dunia Internasional,
AS-China Kembali Berunding, Akankah Perang Dagang Berakhir di London? | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 10 Juni 2025 - 22:07 WIB
Para pejabat AS dan China bertemu untuk putaran kedua pembicaraan perdagangan terbaru, yang dimulai pada tanggal 9 Juni di Lancaster House, sebuah rumah bergaya neoklasik di dekat Istana Buckingham. FOTO/AP
- Pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China memasuki hari kedua di London, Selasa (10/6), di tengah harapan kedua negara mampu meredakan ketegangan yang selama ini membayangi perekonomian global. Diskusi ini menjadi lanjutan dari kesepakatan di Jenewa yang menyetujui penangguhan sementara sejumlah tarif impor, dan dianggap sebagai momen krusial dalam upaya memperbaiki hubungan ekonomi dua kekuatan besar dunia tersebut.
Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng bersama Menteri Perdagangan Wang Wentao dan negosiator perdagangan Li Chenggang. Sementara dari pihak AS hadir Menteri Perdagangan Howard Lutnick, Menteri Keuangan Scott Bessent, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Pertemuan digelar di Lancaster House, bangunan bersejarah berusia lebih dari dua abad yang terletak tidak jauh dari Istana Buckingham.
Menurut Lutnick, pembicaraan yang telah dimulai pada Senin berlangsung cukup positif dan diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang hari Selasa. "Kami sedang berusaha mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak," ujarnya kepada wartawan saat tiba di lokasi pertemuan dikutip dari AP, Selasa (10/6).
Baca Juga: Trump Telepon Xi Jinping Pertama Kali Sejak Perang Tarif, Apa Hasilnya?
Pernyataan ini sejalan dengan sikap Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa negosiasi memang tidak mudah, tetapi AS merasa berada dalam posisi yang kuat. Trump sebelumnya menyampaikan kepada wartawan di Washington bahwa negaranya melakukannya dengan baik dengan China, meskipun diakuinya bahwa bernegosiasi dengan China bukanlah perkara gampang.
Ia juga mengonfirmasi telah berbicara panjang lebar melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping pada pekan lalu, sebagai bagian dari upaya menjembatani perbedaan dan menghindari konfrontasi ekonomi berkepanjangan.
Hubungan kedua negara selama ini diwarnai oleh ketegangan perdagangan, terutama dalam hal tarif ekspor-impor, akses teknologi, dan kendala ekspor bahan strategis. Sejak perundingan di Jenewa, ketegangan kembali meningkat menyusul adu argumen terkait pembatasan visa pelajar China di AS, pembatasan ekspor semikonduktor canggih ke China, serta ekspor mineral tanah jarang yang dikendalikan oleh Beijing.
China, sebagai produsen terbesar tanah jarang dunia, sebelumnya memberlakukan pembatasan ekspor bahan penting ini pada April lalu, yang menimbulkan kekhawatiran global terutama di kalangan produsen otomotif dan industri teknologi tinggi. Namun, menjelang pembicaraan di London, Beijing mengisyaratkan kemungkinan melonggarkan kebijakan tersebut sebagai sinyal terbuka terhadap kompromi.
Sebagai gantinya, China mendesak agar AS mencabut pembatasan akses terhadap teknologi semikonduktor, khususnya yang digunakan dalam kecerdasan buatan dan perangkat elektronik canggih. China menilai langkah AS tersebut menghambat perkembangan industrinya serta mencerminkan sikap proteksionis yang tidak sesuai dengan semangat perdagangan bebas.
Trump menekankan prioritas utama pemerintahannya adalah memastikan akses produk-produk AS ke pasar China, yang selama ini dianggap terlalu tertutup. "Kami ingin membuka China. Jika tidak, mungkin tidak akan ada kesepakatan sama sekali," tegas Trump di Gedung Putih.
Baca Juga: Presiden Trump Merespons Kerusuhan Los Angeles: Saya Tak Ingin Perang Saudara, Tapi.
Kedua negara telah saling memberlakukan tarif tambahan senilai ratusan miliar dolar sejak pecahnya perang dagang beberapa tahun lalu. Konflik ini tidak hanya memengaruhi kedua belah pihak, tetapi juga memunculkan kekhawatiran resesi global yang lebih luas akibat menurunnya arus perdagangan internasional.
Meskipun belum ada pernyataan resmi tentang hasil konkret dari pertemuan di London, kedua belah pihak menunjukkan itikad baik untuk tetap berdialog. Harapan global pun tertuju pada kelanjutan perundingan ini, agar mampu menghasilkan terobosan signifikan yang dapat menstabilkan kembali perekonomian internasional.
(nng)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Di Ambang Perang, India Borong 26 Jet Tempur Rafale
Tidak ada komentar:
Posting Komentar