Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita BMKG Featured Jabodetabek

    BMKG Sebut Kabut di Jabodetabek Bukan karena Polusi Udara - Kompas

    5 min read

     

    BMKG Sebut Kabut di Jabodetabek Bukan karena Polusi Udara

    DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, mengungkapkan, fenomena kabut yang menyelimuti wilayah Jabodetabek pada Minggu (29/6/2025) hingga Senin (30/6/2025) pagi bukan disebabkan oleh polusi udara.

    “Fenomena kabut yang teramati di sebagian wilayah Jabodetabek merupakan fenomena alami yang disebabkan oleh suhu udara yang rendah dan kelembaban udara yang tinggi, bukan karena kondisi (polusi) udara," kata Ida dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin.

    Ia menjelaskan, kombinasi suhu rendah dan kelembapan tinggi umum terjadi pada pagi hari, terutama setelah hujan turun dan suhu udara belum cukup hangat.

    Baca juga: Depok-Bekasi Diselimuti Kabut dan Udara Dingin, Ini Penyebabnya

    Bukan Pemalsuan Galon Le Minerale, Polisi Sebut Kasus Galon Isi Ulang Bekasi Pelanggaran Ijin Usaha

    Meski demikian, Ida mengakui bahwa di kawasan perkotaan atau wilayah industri, kabut bisa saja bercampur dengan partikel polutan. Namun, hal tersebut tidak serta-merta menandakan bahwa kualitas udara secara umum sedang memburuk.

    "Kabut yang muncul di wilayah padat aktivitas manusia bukan berarti udara tidak sehat secara keseluruhan," ujarnya.

    BMKG memastikan fenomena kabut seperti ini tidak menimbulkan gangguan signifikan terhadap aktivitas harian masyarakat.

    Baca juga: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai Destinasi Wisata, Waspadai Potensi Hujan Siang-Malam Hari

    Dari sisi kesehatan maupun transportasi, kondisi udara masih tergolong aman. Jarak pandang untuk penerbangan maupun lalu lintas darat juga masih dalam batas normal dan tidak terganggu secara serius.

    Sejumlah faktor meteorologis turut berkontribusi terhadap munculnya kabut dan rasa sejuk yang dirasakan warga. Beberapa hari terakhir, hujan yang terus-menerus turun telah membuat permukaan tanah menjadi lembap.

    “Selain itu, tutupan awan tebal menghalangi sinar matahari untuk memanaskan permukaan bumi secara optimal. Dalam kondisi seperti ini, proses pemanasan permukaan menjadi terhambat,” tutur Ida.

    Baca juga: Pramono Belum Putuskan Soal WFH Saat HUT Bhayangkara: Bukan Sesuatu yang Luar Biasa

    Pada saat yang sama, terjadi pula fenomena downdraft, yakni aliran udara dingin yang turun dari lapisan atas atmosfer ke permukaan yang semakin memperkuat pendinginan udara.

    “Udara dingin yang terbawa turun tersebut kemudian bertahan lebih lama karena tingkat kelembaban yang tinggi, disertai dengan pergerakan angin yang relatif tenang,” katanya.

    Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa kondisi cuaca di Depok dan Bekasi pada pagi ini memang menyerupai kesejukan di wilayah dataran tinggi seperti Puncak, Bogor.

    Baca juga: Depok dan Bekasi Diselimuti Kabut, Ini Penjelasan BMKG

    Namun, ia menegaskan bahwa penyebabnya berbeda. Jika kesejukan di Puncak dipengaruhi oleh ketinggian dan iklim mikro, di Depok dan Bekasi lebih karena efek hujan dan kelembapan tinggi yang bersifat lokal.

    “Tapi untuk Depok dan Bekasi, pendinginan lokal terjadi karena adanya hujan sebelumnya, kelembaban tinggi, dan angin yang relatif tenang,” ujar Guswanto.

    BMKG memperkirakan hujan ringan akan kembali turun di Depok pada sore hingga malam hari.

    Baca juga: Pramono Lantik 100 Pejabat Fungsional Pemprov Jakarta

    Suhu udara diperkirakan berada di kisaran 24–25 derajat Celsius pada sore hari, dan turun menjadi 23–24 derajat Celsius saat malam. Kelembapan udara akan tetap tinggi, mencapai sekitar 96 persen.

    “Kabut mungkin akan muncul pada malam hari karena kelembapan yang tinggi dan suhu yang lebih rendah,” kata Guswanto.

    Dengan suhu yang relatif rendah, kelembapan tinggi, dan angin yang tetap tenang, kabut berpotensi kembali muncul menjelang malam hingga dini hari di sejumlah wilayah, termasuk Depok dan Bekasi.

    Masyarakat diimbau untuk berhati-hati saat berkendara dalam kondisi berkabut dan tetap memantau informasi cuaca terkini dari BMKG.

    Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

    Trump Tuduh Iran Punya 4 Fasilitas Nuklir Utama

    Komentar
    Additional JS