Menanti Fregat Merah Putih, Kapal Perang Modern Buatan PT PAL - Tirto
Menanti Fregat Merah Putih, Kapal Perang Modern Buatan PT PAL


tirto.id - Siang terik menyelimuti pelataran Dock Semarang PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, tempat di mana proses produksi kapal perang, Fregat Merah Putih, digulirkan.
Dari dekat, kapal dengan rancangan sepanjang 140 meter itu sudah tampak kokoh, sebagian besar strukturnya telah tersusun dan hampir memperlihatkan wujud utuhnya.
Fregat Merah Putih (MPF140) diklaim PT PAL Indonesia sebagai kapal perang canggih dengan standar global yang mengadopsi naval rule. Produksi kapal ini didukung oleh 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta perusahaan swasta dalam negeri. Kapal pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI itu kini sudah mencapai 66 persen pembangunan.
“Seperti saran dari CEO PT PAL dan Pak Menhan [Sjafrie Sjamsoeddin] bahwa kami harus merangkul industri-industri pendukung tidak hanya galangan nasional, tapi industri-industri pendukungnya, untuk Fregat Merah Putih sudah ada 10 BUMN dan swasta yang bisa support equipment [mendukung peralatan],” ujar Direktur Produksi PT PAL Indonesia, Diana Rosa, kepada wartawan di lokasi pembangunan Fregat Merah Putih pada Rabu (25/6/2025).
Fregat atau pergata adalah suatu nama yang digunakan bagi berbagai jenis kapal perang pada beberapa masa yang berbeda.
Diana mengatakan Fregat merupakan kapal tercanggih yang hanya ada empat di dunia. Dibandingkan Fregat yang dimiliki negara lain, kapal Fregat Merah Putih memiliki kecepatan maksimum hingga 28 knot atau satuan ukuran kecepatan gerak maju kapal.
Sebagai perbandingannya, kapal milik Filipina hanya mampu berlayar 16 knot dan Uni Emirat Arab baru sekitar 20 knot.
“Ini 28 knot. Luar biasa. Engine-nya juga gede, namanya 28 knot,” ujar Diana.
Fregat Merah Putih bukan kapal yang dirancang biasa, dia didesain untuk menghadapi berbagai serangan dari udara, laut, maupun bawah laut. Salah satu sistem yang paling penting adalah Combat Management System (CMS) yang merupakan otak dari seluruh senjata kapal.
PT PAL Indonesia, kata Diana, sudah bisa membuat sistem tersebut. Tentunya dengan lebih dulu mempelajari ilmu-ilmunya ke sejumlah negara, seperti Turki.
“Tadi yang ditanyakan, kami ke Turki. Kenapa kami ke Turki? Kenapa bangsa Indonesia ke Turki? Karena Turki tidak pelit. Turki tidak hanya tidak hanya berjualan, tapi Turki berbagi ilmu kepada PT PAL, kepada Indonesia,” terang Diana.
Diana mengatakan, dari total 161 blok kapal, lebih dari 100 sudah selesai disusun. Akan tetapi, sebagian komponen baru akan dipasang setelah peluncuran, karena mengacu kepada regulasi dan tahapan yang harus dipatuhi.
“Jadi dibangunnya tidak langsung di sini. Di outdoor iya, di indoor iya, di workshop kami. Ini bagaimana kami me-loading kemarin main engine, auxiliary engine,” katanya.
Dilengkapi Sistem Pertahanan Udara
Tak berhenti di situ, Kepala Divisi Sewaco (Sensor Weapon and Command) PT PAL Indonesia, Enjud Darojat, mengatakan bahwa Fregat merupakan kapal dirancang bukan sekadar untuk mempertahankan diri, tetapi untuk melindungi seluruh gugus tugas kapal perang di tengah laut.
Oleh karena itu, kapal sepanjang 140 meter ini dilengkapi sistem pertahanan udara berlapis seperti rudal jarak menengah dan jauh (surface-to-air missile/SAM), serta senjata pertahanan jarak dekat yang disebut CIWS (Close-In Weapon System).
“CWIS itu sekali nembak, itu bisa 4.000 sampai 5.000 butir dalam 1 menit. Itu pertahanan paling akhir dari misil kalau memang SAM tadi sudah tidak mampu. SAM ini untuk melindungi bukan hanya dirinya, untuk semua konvoi itu,” jelas Enjud.
Enjud menambahkan, Fregat buatan PT PAL ini juga dipersenjatai meriam 76 mm buatan Leonardo yang terpasang di geladak depan, dan sistem anti-kapal selam berupa peluncur torpedo. Artinya, semua serangan baik darat, udara, dan bawah laut bisa diantisipasi dari satu kapal.
“Oleh karena ini, memang kapal ini kapal yang paling canggih di Indonesia saat ini. Dan ini adalah produk PT PAL yang paling hebat sampai dengan saat ini,” ucapnya.

Mimpi Besar Bangun Kapal Induk
Di balik sibuknya produksi kapal perang canggih, PT PAL Indonesia diam-diam menyimpan ambisi besar dalam membangun kapal induk asli buatan Indonesia.
Perusahaan manufaktur di bidang maritim dan galangan kapal menyatakan siap memproduksi kapal induk helikopter atau Landing Helicopter Dock (LHD) apabila telah mendapat penugasan dari pemerintah.
“Saat ini di PT PAL, kami memang sedang mempersiapkan. Sudah kami siapkan untuk membuat kapal aircraft carrier itu. 2027 kami siap jika mendapat penugasan dari pemerintah untuk membuat kapal induk. Sekali lagi jawabannya adalah kami mampu 100 persen,” ujar Direktur Teknologi PT PAL Indonesia, Briljan Gazalba, di lokasi yang sama.
Meskipun masuk kategori aircraft carrier, secara spesifik kapal yang akan dibangun adalah jenis LHD. Briljan mengatakan LHD merupakan sebuah kapal helikopter dengan panjang mencapai 238 meter, di mana hampir dua kalinya panjang Fregate Merah Putih.
Kapal ini pula, bisa menampung hingga 16 unit pesawat termasuk drone kelas Bayraktar TB3 dan pesawat yang bisa lepas-landas vertikal (VTOL).
“Jadi itu memang kami persiapkan, sehingga pada saat nanti ada penugasan dari pemerintah atau permintaan dari luar negeri, kami sudah siap teknologi dan desainnya,” katanya.

Respons Positif Kemhan
Dalam kunjungannya ke PT. Pal, Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Brigjen Frega Wenas Inkiriwang, menyambut baik terobosan berani dari PT PAL Indonesia terkait pembangunan kapal induk. Menurutnya langkah ini membutuhkan pengkajian serius karena sejalan dengan arah pembangunan kekuatan pertahanan nasional.
Kata Frega, kebutuhan akan kapal jenis ini juga sangat relevan terutama untuk misi-misi non-perang seperti penanggulangan bencana.
“Kalau kami melihat pertimbangan-pertimbangan yang ada dengan kondisi negara, saat ini dimana negara kepulauan, dimana kita butuh mobilisasi, apalagi ketika ada misi-misi non-perang, seperti misalnya penanggulan bencana, kita kan punya pengalaman di tsunami, itu membutuhkan,” ujar Frega.
Ke depan, Frega menyebut setiap rumusan dan kajian perlu pertimbangan yang menyeluruh. Hal ini, kata dia, harus sejalan dengan sinyal optimisme akan kemajuan pertahanan Indoensia.
“Sehingga ketika kebijakan itu dirumuskan, kemudian keputusan pemerintah itu dibuat, industri kita paling tidak juga punya kondisi untuk menjawab,” jelas Frega.
tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Bayu Septianto