Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
BRICS Kompak Kecam Serangan AS-Israel Terhadap Iran, Soroti Pelanggaran Piagam PBB - Halaman all - TribunNews


TRIBUNNEWS.COM – Negara-negara yang tergabung ke dalam BRICS kompak mengecam serangan militer ilegal yang dilakukan oleh rezim Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap Republik Islam Iran, dengan menyatakannya sebagai pelanggaran mencolok terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
“Kami menyatakan keprihatinan yang mendalam atas serangan militer terhadap Republik Islam Iran sejak 13 Juni 2025, yang merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,” tulis Kementerian Luar Negeri Brasil dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Tasnim News Agency, Kamis (26/6/2025).
BRICS sendiri mengkritik tajam penargetan situs nuklir Iran yang tidak beralasan, dengan memperingatkan bahwa serangan tersebut melanggar norma-norma internasional dan kerangka kerja Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
BRICS juga menegaskan kembali komitmennya untuk Timur Tengah yang bebas dari senjata nuklir dan senjata pemusnah massal, sebuah teguran jelas terhadap rezim Israel, yang persenjataan nuklirnya tidak dideklarasikan hingga mengancam perdamaian regional dan global, dengan impunitas di bawah perlindungan AS.
“BRICS tetap berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan internasional serta membina diplomasi dan dialog damai sebagai satu-satunya jalan berkelanjutan menuju stabilitas jangka panjang di kawasan tersebut,” tegas pernyataan tersebut.
Baca juga: Puncak KTT NATO, Presiden Turki Erdogan Serukan Gencatan Senjata Permanen Iran-Israel
Perang Iran-Israel
Seperti diberitakan sebelumnya, Israel telah melancarkan serangan terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025).
Dalam beberapa jam, Iran menanggapi dengan tegas. Pada tanggal 22 Juni 2025, Amerika Serikat semakin meningkatkan ketegangan dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran dalam aksi nekat militer.
Kemudian Teheran memberikan tanggapan yang kuat pada malam berikutnya, menargetkan Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, pangkalan militer AS terbesar di kawasan tersebut yang memperlihatkan kerentanan pasukan Amerika dan mengisyaratkan tekad Iran untuk mempertahankan kedaulatannya.
Tak berlangsung lama, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Iran pada Senin (24/6/2025), sebuah langkah yang secara luas dianggap sebagai pengakuan kegagalan strategis.
Sementara Tel Aviv mengklaim telah memenuhi tujuannya, pejabat Iran menyatakan kemenangan, dengan menegaskan bahwa Israel telah dipaksa mundur di bawah beban perlawanan Iran.
Baca juga: Donald Trump Isyaratkan Bakal Pasok Lebih Banyak Sistem Pertahanan Udara Patriot ke Ukraina
Erdogan Serukan Gencatan Senjata Permanen
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan gencatan senjata permanen antara Iran dan Israel.
Pernyataan Erdogan disampaikan kepada para pemimpin negara yang hadir di puncak acara KTT NATO di Den Haag, Belanda pada Rabu (25/6/2025).
Dihadapan para pemimpin negara itu, ia ingin situasi di kawasan Timur Tengah kembali stabil, terlebih perang Iran-israel dapat menimbulkan berbagai dampak bagi dunia.
“Saya menyambut baik gencatan senjata antara Israel dan Iran. Semoga ini menjadi langkah baik untuk ke depannya,” kata Erdogan, dikutip dari Reuters.
Erdogan juga menyinggung masalah antara Teheran dan Washington hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi, seraya menambahkan bahwa setiap orang harus berkontribusi untuk mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah.
“Kami berharap semua dapat mematuhi kebijakan itu,” ujarnya.
Baca juga: Hizbullah Sebut Iran Sudah Menang Jalur Langit, Soroti Serangan dari Israel dan AS
Presiden Mesir Tekankan Konsolidasi
Sementara itu, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi menyambut baik perjanjian gencatan senjata antara Iran-Israel.
Pernyataan tersebut disampaikan al-Sisi selama panggilan telepon dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian pada Rabu (25/6/2025).
Ia juga menyerukan pentingnya memperkuat dan mematuhi perjanjian tersebut, mengingat perang antara Iran-Israel bisa memicu pergolakan di kawasan Timur Tengah.
“Kedua pemimpin sepakat bahwa fase saat ini "memerlukan dorongan menuju solusi politik yang komprehensif dan mengadopsi pendekatan yang mempertimbangkan berbagai dimensi yang terkait dengan keamanan regional," kata pernyataan itu, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Mereka juga menekankan pentingnya melanjutkan negosiasi Iran-AS mengenai program nuklir Iran, menangani masalah terkait nonproliferasi nuklir, dan memajukan upaya untuk membangun zona bebas senjata pemusnah massal di Timur Tengah.
“Pezeshkian menghargai posisi Mesir yang bijaksana dan mendukung dalam memulihkan stabilitas di kawasan dan upayanya untuk menghentikan pertumpahan darah di antara semua pihak," kata pernyataan itu.
(Tribunnews.com/David Adi)
0 Komentar