Skip to main content
728

Duka Warga Gaza: Idul Adha Tanpa Perayaan, Daging Jadi Barang Mewah - Kompas

 Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,

Duka Warga Gaza: Idul Adha Tanpa Perayaan, Daging Jadi Barang Mewah

GAZA, KOMPAS.com – Di masa normal, Hari Raya Idul Adha di Gaza biasanya dirayakan dengan penuh sukacita. Keluarga besar akan berkumpul untuk menyembelih domba, membagikan daging, dan menikmati hidangan bersama.

Suasana pasar dipenuhi warga yang membeli permen, kue kering, hingga pakaian anak-anak menjelang hari besar itu.

Namun, suasana itu kini tinggal kenangan. Konflik berkepanjangan akibat perang Israel-Hamas yang telah berlangsung selama lebih dari 20 bulan sejak Oktober 2023, membuat perayaan Idul Adha di Gaza tahun ini nyaris mustahil dirayakan.

Baca juga: 14 Negara Setuju, AS Sendirian Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza

Racikan Bumbu Sate Kambing, Cuma 4 Bahan Untuk Olesannya!

Blokade bantuan selama dua bulan terakhir, kehancuran lingkungan tempat tinggal, dan pengungsian yang berulang kali membuat warga kehilangan harapan untuk sekadar merayakan hari raya.

"Biasanya pada waktu seperti ini saya menerima hingga 300 pesanan, termasuk untuk anak sapi dan domba. Tapi tahun ini, satu pun belum ada," ujar Ahmed Al Zayigh, seorang tukang daging di Gaza City, sebagaimana diberitakan AFP pada Jumat (6/6/2025).

Daging jadi barang mewah

Mohammed Othman (36), pengungsi yang kini tinggal di Deir Al Balah bersama keluarganya, mengatakan bahwa daging kini hanya sebatas mimpi.

"Kami hanya berharap bisa menemukan roti untuk memberi makan anak-anak kami di hari Idul Adha. Mereka akan bersukacita hanya dengan mendapat tepung, seolah-olah itu daging," ucapnya.

Banyak warga Gaza mengaku merindukan tradisi berbagi daging kurban sebagaimana diajarkan dalam Al Quran, terutama kepada mereka yang kurang mampu.

Baca juga: Ahmed Al Sharaa: Dari Jihadis Buronan Menjadi Presiden Sementara Suriah

Anak yatim di tengah perang

Imad Dib, seorang anak berusia 11 tahun, harus menghadapi Idul Adha pertama tanpa orang tuanya yang meninggal akibat serangan udara Israel.

"Ayah biasanya membelikan kami seekor domba, tetapi sekarang kami sendirian," kata Imad dengan suara lirih.

Dulu, kata dia, Idul Adha adalah momen yang ia nantikan. Ia senang bisa merayakan hari raya dan mengenakan pakaian baru.

Baca juga: Kambing, Trotoar, dan Bau yang Tak Terhindarkan di Tanah Abang

Kini, dengan sepatu tambalan dan sisa-sisa tenda yang telah menjadi abu, ia hanya bisa mengenang kedua orang tuanya.

"Tahun ini, kami hanya memikirkan bagaimana bisa makan sesuatu," ucapnya.

Tak ada lagi kemeriahan

Di kamp pengungsian Al Mawasi, Gaza selatan, Hamza Sobeh (37) tetap menjalani ibadah puasa menjelang Idul Adha, sambil mengajak anak-anaknya bertakbir.

Baca juga: Elanda di Antara Ribuan Lowongan yang Tak Ramah Usia

"Saya ingin mereka merasakan sedikit kegembiraan Idul Adha, setidaknya secara spiritual, agar mereka tidak putus asa," katanya.

Ia berencana membelikan kue isi kurma jika ada kesempatan. Namun, sebagian besar warga mengaku tidak sanggup lagi mewujudkan perayaan, bukan hanya karena keterbatasan biaya, tapi karena trauma dan duka mendalam.

"Idul Adha kali ini terasa seperti darah," ujar Sami Felfel, warga Gaza utara.

Baca juga: Presiden Baru Korsel Lee Jae-myung Sebut Kantornya seperti Kuburan

"Ini adalah tahun-tahun tersulit yang pernah kami jalani di Gaza," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Momen Haru Shalat Iduladha di Masjid Al Aqsa, Warga Doakan Perang Berakhir

Posting Komentar

0 Komentar

728