Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita Dunia Internasional Featured Iran Israel Konflik Timur Tengah Rusia

    Harga Minyak Mendidih Imbas Perang Iran-Israel, Eropa Batalkan Sanksi Baru ke Rusia | Sindonews

    5 min read

     Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah, 

    Harga Minyak Mendidih Imbas Perang Iran-Israel, Eropa Batalkan Sanksi Baru ke Rusia | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Senin, 23 Juni 2025 - 20:35 WIB

    Harga Minyak Mendidih...

    Ketegangan antara Iran dan Israel telah mengguncang pasar energi global. FOTO/Tehran Times

    JAKARTA 

    - Ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah, terutama konflik antara Iran dan Israel telah mengguncang pasar energi global. Imbasnya, Uni Eropa memutuskan untuk menangguhkan rencana pengetatan sanksi terhadap ekspor minyak Rusia yang selama ini menjadi salah satu sumber pendanaan utama invasi ke Ukraina.

    Rencana blok Eropa sebelumnya adalah menurunkan batas harga minyak Rusia dari USD60 per barel menjadi USD45 per barel. Kebijakan ini sedianya akan dibahas oleh para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Senin (23/6). Namun, dua diplomat Uni Eropa mengonfirmasi kepada Politico bahwa rencana tersebut kini ditunda karena volatilitas pasar akibat konflik baru di Timur Tengah.

    "Gagasan untuk menurunkan batas harga mungkin tidak akan berhasil karena situasi internasional di Timur Tengah dan volatilitasnya," ujar salah satu diplomat, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena isu ini sensitif terhadap pasar, dikutip dari Politico, Senin (23/6).

    Baca Juga: Pertama Kalinya, Iran Luncurkan Rudal Kheibar Shekan, 9.000 Warga Israel Mengungsi

    Diplomat lainnya menambahkan, dalam pertemuan negara-negara G7 pekan ini, telah disepakati bahwa belum saatnya mengambil keputusan mengenai revisi batas harga. "Harga-harga sudah cukup dekat dengan batas atas; tetapi sekarang harga-harga naik dan turun. Situasinya terlalu tidak stabil," ujarnya.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam KTT G7 di Kanada juga mengakui bahwa meski batas harga saat ini tidak berdampak besar, namun tetap berfungsi dalam menjaga stabilitas pasar. "Dalam beberapa hari terakhir, kita melihat harga minyak meningkat, dan pembatasan yang ada menunjukkan fungsinya," kata Ursula.

    Penurunan batas harga menjadi USD45 per barel diprediksi akan mengurangi miliaran dolar dari pendapatan ekspor minyak Rusia, yang tengah berupaya mempertahankan pengeluaran militer tinggi dan menutup defisit anggaran.

    Usulan ini awalnya datang dari Ukraina dan sempat dimasukkan dalam draf paket sanksi ke-18 Uni Eropa yang diumumkan awal bulan ini. Namun, para ahli menilai tanpa dukungan Amerika Serikat, penerapan batas harga baru tidak akan efektif.

    "Batas harga dirancang sebagai kartel pembeli. Tanpa AS sebagai pemain utama, ide ini akan sulit diimplementasikan," ujar Maria Shagina, peneliti di International Institute for Strategic Studies.

    Baca Juga: Seberapa Penting Selat Hormuz Bagi Stabilitas Ekonomi Global? Ini Analisisnya

    Shagina juga menyoroti lemahnya penegakan aturan sanksi yang sudah ada. "Sekitar 90 persen ekspor minyak mentah Rusia saat ini masih dikirim melewati batas harga yang telah ditetapkan," katanya.

    Ketegangan geopolitik meningkat sejak Israel dan Iran saling melakukan aksi militer dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan harga minyak pun tak terelakkan.

    (nng)

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

    Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Infografis

    Serahkan Kendali ke...

    Serahkan Kendali ke Uni Eropa, Israel Mundur dari Perlintasan Rafah

    Komentar
    Additional JS