Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Intervensi Trump di Israel Dianggap Kelewatan, Sampai Minta Sidang Korupsi Netanyahu Dibatalkan - Halaman all - TribunNews


TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Israel.
Setelah sebelumnya melakukan intervensi terhadap perang dengan Iran, kini Donald Trump meminta persidangan kasus korupsi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dibatalkan.
Donald Trump pada Rabu (25/6/2025), menyerukan agar persidangan korupsi Netanyahu segera dibatalkan atau memberinya ampunan.
Dilansir Axios, komentar Trump dalam sebuah posting di akun Truth Social miliknya merupakan intervensi yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh seorang presiden AS dalam proses hukum di sekutu demokrasi lainnya.
Tidak jelas apa yang mendorong Trump mengunggah postingan tersebut.
Trump jarang berbicara di depan umum tentang persidangan Netanyahu di masa lalu dan baru kemarin ia tampak frustrasi dengan perdana menteri Israel atas gencatan senjata dengan Iran.
Untuk diketahui, Netanyahu diadili atas tiga tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.
Dia dituduh menerima hadiah lebih dari $200.000 atau setara Rp3,2 miliar dari pengusaha dan memberikan keuntungan regulasi senilai ratusan juta dolar kepada taipan telekomunikasi sebagai imbalan atas liputan pers yang menguntungkan di situs web yang dimiliki oleh pengusaha yang sama.
Trump menulis dia "terkejut mendengar", bahkan setelah perang dengan Iran, Negara Israel "terus melanjutkan Perburuan Penyihir yang konyol" terhadap Netanyahu.
Trump menekankan ia dan Netanyahu "baru saja melewati neraka bersama-sama" selama perang dengan Iran.
"Hasilnya adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun, yaitu penghapusan total salah satu Senjata Nuklir terbesar dan terkuat di dunia," tulis Trump.
Baca juga: Prancis Ngaku Ikut Campur Perang Israel-Iran, Cegat Pesawat Tak Berawak dengan Jet Tempur
"Terlepas dari semua ini, saya baru saja mengetahui bahwa Bibi telah dipanggil ke Pengadilan pada hari Senin karena melanjutkan kasus yang sudah berlangsung lama dan bermotif politik ini untuk merugikannya," lanjut Trump.
Pernyataan Trump ini langsung ditanggapi oleh pemimpin oposisi di Israel.
"Kami berterima kasih kepada Presiden Trump, tetapi... Presiden tidak boleh ikut campur dalam persidangan di negara yang independen," kata pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, dikutip dari Ynet.
Lapid, dari partai Yesh Atid yang berhaluan kanan-tengah, mendukung pernyataan salah satu sekutu koalisi Netanyahu, Simcha Rothman dari partai Zionisme Religius yang berhaluan kanan-jauh, yang menyerukan agar Trump tidak ikut campur dalam kasus pengadilan tersebut.
"Bukan tugas presiden Amerika Serikat untuk mencampuri proses hukum di Negara Israel," ungkap Rothman.
Rothman, seorang kritikus vokal terhadap apa yang menurutnya merupakan tindakan peradilan yang melampaui batas, mengatakan "penanganan kasus Netanyahu mengubah citra Negara Israel dari kekuatan regional dan global menjadi republik pisang".
Dukungan Para Pembantu Netanyahu
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, pemimpin partai sayap kanan lainnya dalam koalisi Netanyahu, mencap persidangan tersebut bermotif politik.
Kemudian Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan, melanjutkan persidangan Netanyahu dalam keadaan perang adalah "menyimpang, tidak masuk akal, dan bertentangan dengan rasa keadilan yang mendasar".
Ia pun mendukung seruan Trump untuk mencabut dakwaan terhadap pemimpin Israel tersebut.
Dikutip Al Arabiya, Netanyahu adalah perdana menteri Israel yang menjabat paling lama.
Selama masa jabatannya saat ini sejak akhir 2022, pemerintahannya telah mengusulkan serangkaian reformasi peradilan yang luas yang menurut para kritikus dirancang untuk melemahkan pengadilan.
Dalam persidangan yang telah ditunda berkali-kali sejak dimulai pada Mei 2020, Netanyahu membantah melakukan kesalahan apa pun.
Dalam kasus pertama, Netanyahu dan istrinya, Sara, dituduh menerima barang-barang mewah senilai lebih dari $260.000 seperti cerutu, perhiasan, dan sampanye dari para miliarder sebagai imbalan atas bantuan politik.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Klaim Kemenangan Lawan Israel, juga Beri Tamparan Keras ke AS
Dua kasus lainnya menuduh Netanyahu berusaha menegosiasikan liputan yang lebih menguntungkan di dua media Israel.
Netanyahu telah meminta beberapa penundaan dalam persidangan, yang terbaru dengan alasan perang yang sedang berlangsung di Gaza sejak April 2023, kemudian di Lebanon, dan awal bulan ini di Iran.
(Tribunnews.com/Whiesa)
0 Komentar