Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, DPR: Perkuat Cadangan Energi Strategis | Halaman Lengkap


Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 24 Juni 2025 - 08:40 WIB
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP TB Hasanuddin. Foto/Dok SindoNews
- Anggota Komisi I
DPR RIMayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin menyarankan pemerintah untuk mengantisipasi dampak kebutuhan energi dalam negeri jika Iran menutup
Selat Hormuzakibat konflik dengan Israel. Penutupan Selat Hormuz membawa risiko serius bagi stabilitas pasokan energi dunia, termasuk Indonesia.
Hasanuddin mengatakan, Selat Hormuz merupakan jalur strategis pengiriman minyak mentah yang menghubungkan Teluk Persia dengan pasar dunia. Setidaknya, sekitar 20-30% minyak mentah global melewati jalur ini. Menurutnya, penutupan Selat Hormuz membawa risiko serius bagi stabilitas pasokan energi dunia, termasuk Indonesia.
"Blokade Selat Hormuz akan menyebabkan terganggunya pasokan minyak dan memicu kenaikan harga minyak mentah dunia,” ujar TB Hasanuddin dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (24/6/2025).
Baca Juga: AS Desak China Bujuk Iran Tak Menutup Selat Hormuz
Ia mengatakan, harga minyak mentah Brent naik dari USD 65 per barrel menjadi USD 73 pada pertengahan Juni 2025. Bila Iran menutup selat ini, kata TB Hasanuddin, dapat dibayangkan harga minyak dan LNG ke depan. "Walaupun hingga saat ini kedua negara belum menargetkan serangan ke fasilitas-fasilitas migas, namun potensi serangan tetap ada dan ini merugikan suplai minyak mentah dunia," katanya.
Iran diketahui memiliki cadangan minyak nomor delapan di dunia dan cadangan gas nomor empat di dunia. Diperkirakan 3% suplai minyak mentah di dunia akan terganggu.
Sebagai negara importir minyak utama dari Timur Tengah, Indonesia diperkirakan akan terdampak baik dari segi pembengkakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN, kenaikan harga BBM domestik, serta inflasi akibat tekanan terhadap daya beli masyarakat. Selain itu, ia menilai, Indonesia juga mengalami hambatan pasokan energi lain, yaitu LPG yang diimpor dari Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) yang melewati Selat Hormuz.
"Peningkatan biaya logistik juga akan terjadi jika Indonesia harus mencari jalur alternatif untuk suplai energi," tutur TB Hasanuddin.
Kendati demikian, TB Hasanuddin menyarankan sejumlah langkah strategis yang dapat ditempuh Indonesia dalam menyikapi kondisi ini. Salah satunya, diversifikasi sumber energi ke energi terbarukan, mengupayakan diplomasi energi dengan negara-negara di luar Teluk Persia.
"Serta memperkuat cadangan energi strategis dan mempercepat pembangunan kilang minyak dalam negeri. Hal ini penting untuk menghindari Indonesia dari krisis energi jika eskalasi konflik makin tinggi," ujar legislator PDI Perjuangan (PDIP) ini.
Diberitakan sebelumnya, Parlemen Iran dilaporkan menyetujui langkah penutupan Selat Hormuz sebagai respons atas serangan Amerika Serikat (AS) terhadap tiga situs nuklir di negara Islam tersebut. Sekarang, keputusan tersebut ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Keputusan untuk menutup selat tersebut, yang dilalui sekitar 20% permintaan minyak dan gas global, belum final. Namun, anggota Parlemen dan Komandan Garda Revolusi Esmail Kosari mengatakan kepada Young Journalist Club pada hari Minggu bahwa hal itu ada dalam agenda dan akan dilakukan kapan pun diperlukan.
(zik)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

3 Negara Paling Sengsara Jika Iran Tutup Selat Hormuz
0 Komentar