Israel Kembali Perintahkan Evakuasi di Gaza Utara - Liputan 6
Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Israel Kembali Perintahkan Evakuasi di Gaza Utara
Akankah Israel mendengar seruan Trump untuk mengakhiri perang?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5267212/original/026841900_1751090460-20250628-Serangan_Israel-AFP_6.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5267212/original/026841900_1751090460-20250628-Serangan_Israel-AFP_6.jpg)
Advertisement
Liputan6.com, Gaza - Militer Israel pada Minggu (29/6/2025), memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi dari wilayah Gaza Utara sebelum pertempuran melawan Hamas semakin intensif, sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan diakhirinya perang di tengah upaya baru untuk menengahi gencatan senjata.
"Buat kesepakatan di Gaza, bebaskan para sandera," tulis Trump di platform Truth Social miliknya pada Minggu pagi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan mengadakan pertemuan pada hari yang sama untuk membahas perkembangan serangan militer Israel. Seorang pejabat keamanan senior mengatakan bahwa militer akan memberi tahu Netanyahu bahwa kampanye militer hampir mencapai tujuannya, dan memperingatkan bahwa perluasan pertempuran ke wilayah baru di Gaza dapat membahayakan para sandera Israel yang masih tersisa.
Advertisement
militer Israel melalui pernyataan yang dipublikasikan di platform media sosial X mendesak warga di Gaza Utara untuk bergerak ke arah selatan menuju wilayah Al-Mawasi di Khan Younis, yang telah ditetapkan Israel sebagai zona kemanusiaan. Namun, pejabat Palestina dan PBB menyatakan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza.
"Pasukan Pertahanan (Israel) sedang beroperasi dengan kekuatan ekstrem di wilayah-wilayah ini dan operasi militer ini akan meningkat, makin intensif, dan meluas ke arah barat menuju pusat kota untuk menghancurkan kemampuan organisasi-organisasi teroris," kata militer Israel seperti dilansir CNA.
Perintah evakuasi, yang berulang kali terjadi, mencakup wilayah Jabalia dan sebagian besar distrik Kota Gaza. Pada saat bersamaan, serangan brutal Israel terus berlanjut. Petugas medis dan warga melaporkan bahwa pengeboman oleh tentara Israel meningkat pada dini hari di Jabalia, menghancurkan beberapa rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang.
Di Khan Younis, menurut keterangan tenaga medis, lima orang tewas dalam serangan udara terhadap kamp tenda di dekat Mawasi. Setidaknya 12 orang lainnya tewas dalam berbagai serangan militer Israel di seluruh wilayah Gaza, sehingga total korban jiwa pada Minggu mencapai sedikitnya 23 orang.
Di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, kerabat para korban datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah yang dibungkus kain kafan putih sebelum dimakamkan.
"Sebulan lalu, mereka (Israel) menyuruh kami pergi ke Al-Mawasi (di Khan Younis) dan kami tinggal di sana selama sebulan, katanya itu zona aman," kata Zeyad Abu Marouf kepada Reuters.
Tiga anak Abu Marouf tewas dan seorang lainnya terluka dalam serangan udara Israel.
"Kami memohon kepada Tuhan dan dunia Arab untuk bertindak dan mengakhiri pendudukan serta ketidakadilan yang terjadi terhadap kam," ujarnya.
Gencatan Senjata
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5267210/original/018332600_1751090458-20250628-Serangan_Israel-AFP_4.jpg)
Para mediator Arab, yakni Mesir dan Qatar, dengan dukungan AS, dilaporkan memulai kembali upaya gencatan senjata guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan dan juga pembebasan para sandera Israel dan asing yang masih ditahan oleh Hamas.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut telah memberi tahu para mediator bahwa mereka siap melanjutkan perundingan gencatan senjata, namun tetap menegaskan tuntutan bahwa kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan menjamin penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza.
Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk membebaskan sandera yang tersisa di Gaza — 20 di antaranya diyakini masih hidup — hanya dalam kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Israel menyatakan bahwa perang hanya bisa diakhiri jika Hamas dilucuti senjatanya dan dibubarkan. Namun, Hamas menolak menyerahkan senjatanya.
Perang dimulai setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Serangan militer Israel sebagai responsnya telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza, mengakibatkan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dan menjerumuskan wilayah tersebut ke dalam krisis kemanusiaan.
Advertisement