AS Dikabarkan Siap Gelontorkan Dana Rp56 T Untuk Jet Tempur F-47 Demi Kalahkan Dominasi China - Zona Jakarta
AS Dikabarkan Siap Gelontorkan Dana Rp56 T Untuk Jet Tempur F-47 Demi Kalahkan Dominasi China - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Amerika Serikat kembali menegaskan komitmennya untuk mempertahankan dominasi udara global.
Pemerintah AS dikabarkan akan menggelontorkan dana sebesar US$3,5 miliar atau sekitar Rp56 triliun.
Dalam anggaran pertahanan tahun 2026 guna mengembangkan jet tempur generasi keenam F-47.
Di mana akan menjadi andalan baru kekuatan udara Negeri Paman Sam dalam menghadapi tantangan strategis dari China.
Dikutip dari Army Recognition edisi Sabtu, 5 Juli 2025 berjudul "Breaking News: U.S. To Invest 3.5 B in New F-47 Fighter Jets to Defeat Chinese Air Dominance Plan."
Alokasi dana jumbo ini diumumkan secara resmi oleh Departemen Pertahanan AS pada akhir Juni 2025.
Baca Juga:
Ditegaskan langsung oleh Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dalam sidang Komite Alokasi Anggaran Pertahanan DPR AS pada 10 Juni 2025 lalu.
Jet tempur F-47 dirancang oleh Boeing sebagai bagian dari program Next Generation Air Dominance (NGAD).
Pesawat ini akan menjadi penerus F-22 Raptor sekaligus menjadi pusat dari ekosistem pertempuran udara generasi mendatang.
F-47 diproyeksikan mampu beroperasi dalam lingkungan A2/AD (Anti-Access/Area Denial) yang sangat kompleks.
Dengan memanfaatkan desain siluman tingkat lanjut, mesin adaptive cycle terbaru, serta dukungan kecerdasan buatan (AI).
Keunggulan utama dari F-47 tidak hanya pada kecepatan dan daya jangkau.
Baca Juga:

Tetapi juga pada kemampuannya untuk memimpin armada pesawat tak berawak atau Collaborative Combat Aircraft (CCA) dalam satu misi terpadu.
Dengan ini, F-47 bisa meluncurkan drone, mengendalikan sistem peperangan elektronik.
Serta membagikan data intelijen dalam satu jaringan pertempuran digital yang aman.
Langkah agresif AS dalam mendorong pengembangan F-47 tidak lepas dari kekhawatiran terhadap kemajuan pesat kekuatan udara China.
Saat ini, Tiongkok diketahui tengah menguji dua pesawat tempur generasi keenam mereka, yaitu Chengdu J-36 dan Shenyang J-50.
Dikutip dari Asia Times edisi Selasa, 8 April 2025 berjudul "China’s J-50 blasts by US in race for sixth-gen dominance."
Baca Juga:
Dua jet tempur ini telah menjalani uji coba darat dan terbang sejak akhir 2024.
J-36 disebut memiliki desain trijet tanpa ekor dengan sayap delta ganda berbentuk berlian.
Lengkap dengan sistem perang elektronik canggih dan kemungkinan dilengkapi senjata berbasis laser.
Sementara J-50 lebih kompak dan dikembangkan khusus untuk operasi kapal induk dengan sayap berbentuk lambda dan mesin vektor dorong ganda.
Kemajuan ini jelas menimbulkan kekhawatiran di Pentagon, yang menganggap F-47 sebagai jawaban langsung terhadap tantangan dari J-36 dan J-50.
Terutama dalam konteks perebutan dominasi udara di kawasan Indo-Pasifik.
Baca Juga:
Salah satu kekuatan utama dari F-47 adalah kemampuan integrasi sistem secara real-time dengan jaringan tempur aliansi NATO dan mitra global lainnya.

Hal ini diyakini menjadi keunggulan strategis dibanding pesawat tempur China.
Di mana dinilai masih menghadapi tantangan besar dalam hal interoperabilitas dan integrasi sistem senjata.
F-47 juga akan beroperasi sebagai manajer pertempuran di udara.
Dengan kemampuan membagi data secara langsung ke unit lain melalui jaringan cloud tempur.
Memberikan keunggulan dalam pengambilan keputusan cepat di medan yang kompleks dan penuh sensor.
Baca Juga:
F-47 juga memanfaatkan pelajaran dari proyek F-35 dan B-21 Raider.
Dengan pendekatan arsitektur terbuka, digital twin, dan modularitas.
Sehingga mempermudah pengembangan dan menurunkan biaya siklus hidup.
Dengan anggaran besar yang telah disetujui program ini diproyeksikan memasuki tahap produksi massal dalam dekade mendatang.
Ketika ketegangan terus meningkat di kawasan Laut China Selatan dan potensi konflik seputar Taiwan, memiliki superioritas udara adalah syarat mutlak bagi kekuatan militer global.
F-47 hadir bukan hanya sebagai pesawat tempur, melainkan sebagai alat untuk menjaga akses strategis AS ke zona operasi penting.
Baca Juga:
Serta sebagai penyeimbang kekuatan global di tengah pesatnya perkembangan militer China.
***