Del Monte, Raksasa Makanan Kaleng Bangkrut setelah 140 Tahun Berdiri | Sindonews
Del Monte, Raksasa Makanan Kaleng Bangkrut setelah 140 Tahun Berdiri | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Jum'at, 04 Juli 2025 - 08:58 WIB
Del Monte Foods, perusahaan raksasa makanan kaleng legendaris bangkrut setelah berdiri sejak 140 tahun lalu. FOTO/AP
- Del Monte Foods, perusahaan raksasa makanan kaleng legendaris asal Amerika Serikat (AS) yang berdiri sejak 140 tahun lalu resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Selasa (2/7), setelah terjerat utang besar dan berbagai tekanan ekonomi yang berkepanjangan.
Perusahaan yang berbasis di California ini menghadapi utang dengan jaminan lebih dari USD1,2 miliar atau sekitar Rp19 triliun. Del Monte dikenal luas melalui produk sayuran dan buah-buahan kaleng serta merek populer lainnya seperti College Inn, Contadina, Kitchen Basics, dan Joyba. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Del Monte kesulitan bertahan menghadapi perubahan kebiasaan konsumen, lonjakan biaya operasional, dan tekanan geopolitik global.
Dalam pengajuan perlindungan kebangkrutan di bawah Pasal 11, Del Monte menyebutkan bahwa mereka telah menyepakati restrukturisasi utang dengan para kreditur. Perjanjian itu mengharuskan perusahaan menjual seluruh atau sebagian besar asetnya. Sementara itu, perusahaan mengamankan dana sebesar 165 juta dolar AS untuk memastikan kelangsungan operasional selama proses hukum berlangsung.
"Setelah evaluasi menyeluruh terhadap berbagai opsi, kami meyakini bahwa proses penjualan di bawah pengawasan pengadilan adalah langkah paling efektif untuk membangun kembali Del Monte Foods yang lebih tangguh," kata CEO Del Monte Foods, Greg Longstreet, dalam pernyataan resmi yang dikutip The New York Times, Jumat (4/7).
Baca Juga: Restoran Bangkrut Massal di Singapura, Tutup 307 Outlet per Bulan
Del Monte menyebut pandemi Covid-19 sebagai salah satu titik balik yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Pada awal pandemi, permintaan makanan kaleng melonjak drastis karena banyak orang memasak di rumah. Namun, ketika kondisi mulai normal, permintaan anjlok, sementara persediaan menumpuk dan akhirnya dijual dengan kerugian besar.
Masalah semakin kompleks setelah perusahaan menanggung beban utang yang signifikan sejak diakuisisi oleh Del Monte Pacific Limited pada 2014. Akuisisi itu dibiayai dengan pinjaman besar, sementara suku bunga global terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menggandakan beban bunga tunai perusahaan sejak 2020.
Lembaga pemeringkat S&P Global menurunkan peringkat kredit Del Monte dari B ke B- pada tahun lalu karena lemahnya kinerja operasional. Tekanan keuangan tersebut diperparah oleh perubahan perilaku konsumen yang kini cenderung beralih ke produk private label atau merek toko yang lebih murah.
"Saat ini sekitar 40 hingga 45 persen pasar dikuasai oleh merek private label dengan harga lebih kompetitif," ujar Arpi Gupta, analis S&P Global. Ia menambahkan, "Konsumen sedang kesulitan karena harga ritel makanan naik sekitar 25 hingga 30 persen dibandingkan tiga tahun lalu."
Baca Juga: Bos Industri Jerman: Uni Eropa Bisa Jadi Provinsi China
Selain itu, tarif impor baja dan aluminium turut memengaruhi harga kemasan kaleng. Sekitar 80 persen baja yang digunakan untuk produk kaleng berasal dari luar negeri, membuat biaya produksi semakin mahal.
Del Monte yang telah eksis selama hampir satu setengah abad mengklaim sebagian besar produknya berasal dari hasil pertanian keluarga di Amerika Serikat dan Meksiko. Meski menghadapi krisis, perusahaan menegaskan tidak akan mundur dari komitmen sosialnya. "Kami tetap berkomitmen memperluas akses masyarakat terhadap makanan yang lezat dan bergizi," ujar Longstreet.
(nng)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

10 Masakan Terbaik di Dunia, Makanan Indonesia Posisi 7