Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Gaza Israel Konflik Timur Tengah

    Dunia Bukalah Mata, Anak-anak Gaza Mati Kelaparan karena Israel! | SINDONEWS

    4 min read

     Dunia Internasional ,Konflik Timur Tengah ,

    Dunia Bukalah Mata, Anak-anak Gaza Mati Kelaparan karena Israel! | Halaman Lengkap

    Muhammad Zakariya Ayyoub al-Matouq, anak berusia 1,5 tahun jadi korban kelaparan massal di Gaza akibat blokade militer Israel. Foto/Ahmed Jihad Ibrahim Al-Arini/Anadolu

    GAZA 

    - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperlihatkan kepada dunia internasional tentang

     kelaparan massal di Jalur Gaza, 

    Palestina, akibat blokade militer

     Israel. 

    Sudah 80 anak di wilayah itu mati kelaparan.

    "Gaza menderita kelaparan massal buatan manusia yang disebabkan oleh blokade bantuan," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreysus kepada wartawan dalam konferensi pers virtual dari Jenewa pada Rabu. "Ini karena blokade," katanya lagi.

    "Saya tidak tahu apa yang akan Anda sebut selain kelaparan massal, dan itu buatan manusia, dan itu sangat jelas," paparnya, seperti dikutip AFP, Kamis (24/7/2025).

    Setidaknya 10 orang meninggal dunia akibat malnutrisi dan kelaparan dalam 24 jam terakhir, menurut otoritas Gaza, sehingga jumlah korban tewas akibat krisis ini menjadi 111 orang, 80 di antaranya anak-anak.

    Baca Juga: Ironis, Mesir Tekan Imam Besar Al-Azhar Cabut Kecaman 'Israel Biang Kelaparan Gaza'

    Seperempat penduduk wilayah tersebut kini menghadapi kondisi seperti kelaparan, menurut penilaian WHO, dan hampir 100.000 perempuan dan anak-anak mengalami malnutrisi akut yang parah.

    “Tingkat malnutrisi akut melebihi 10 persen, dan lebih dari 20 persen perempuan hamil dan menyusui yang telah diskrining mengalami malnutrisi, seringkali parah,” kata Ghebreysus.

    “Krisis kelaparan ini dipercepat oleh runtuhnya jaringan pipa bantuan dan pembatasan akses, dengan 95 persen rumah tangga di Gaza menghadapi kekurangan air yang parah," imbuh dia.

    Komentar bos WHO menyusul surat yang ditandatangani oleh 109 lembaga bantuan dan hak asasi manusia global–termasuk Dokter Lintas Batas, Oxfam International, dan Amnesty International–yang memperingatkan bahwa warga sipil dan rekan-rekan mereka "semakin kurus kering".

    "Seiring pengepungan pemerintah Israel yang membuat rakyat Gaza kelaparan, para pekerja bantuan kini bergabung dalam antrean makanan yang sama, berisiko ditembak hanya untuk memberi makan keluarga mereka," demikian pernyataan bersama mereka.

    “Dengan persediaan yang kini benar-benar menipis, organisasi-organisasi kemanusiaan menyaksikan rekan dan mitra mereka sendiri terbuang sia-sia di depan mata mereka," papar mereka.

    Menyalurkan bantuan vital ke Gaza dan kepada lebih dari dua juta orang yang membutuhkannya telah menjadi isu kunci dalam konflik tersebut.

    Blokade total pengiriman bantuan ke wilayah tersebut–yang diberlakukan oleh Israel pada awal Maret–dilonggarkan pada bulan Mei, dan sistem yang telah lama diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dikesampingkan demi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel.

    Namun, dua bulan kemudian, penduduk Gaza masih menderita kelangkaan pangan yang ekstrem.

    Dalam pernyataan mereka, organisasi-organisasi kemanusiaan tersebut mengatakan bahwa gudang-gudang berisi berton-ton pasokan terbengkalai di dalam dan di luar Gaza, sementara orang-orang "terjebak dalam siklus harapan dan patah hati, menunggu bantuan dan gencatan senjata".

    "Ini bukan hanya siksaan fisik tetapi juga psikologis. Kelangsungan hidup bagaikan fatamorgana," kata mereka.

    "Seorang pekerja bantuan yang memberikan dukungan psikologis berbicara tentang dampak yang menghancurkan pada anak-anak: 'Anak-anak memberi tahu orang tua mereka bahwa mereka ingin pergi ke surga, karena setidaknya surga memiliki makanan'."

    Sebuah foto jurnalis Omar Al-Qattaa memperlihatkan Naeema, seorang ibu Palestina berusia 30 tahun, menggendong putranya yang malnutrisi, Yazan, saat mereka berdiri di rumah mereka yang rusak di kamp pengungsi Al-Shati, sebelah barat Kota Gaza.

    Menurut PBB, lebih dari 1.050 warga Palestina telah tewas saat mencoba mendapatkan makanan sejak 27 Mei.

    “Dalam banyak kasus di mana tim PBB diizinkan oleh Israel untuk mengambil pasokan dari kompleks tertutup di dekat perlintasan Gaza, warga sipil yang mendekati truk-truk ini justru ditembaki meskipun telah berulang kali diyakinkan bahwa pasukan tidak akan terlibat atau hadir,” kata juru bicara PBB Stéphane Dujarric dalam pengarahan awal pekan ini.

    “Hal ini perlu ditekankan kembali bahwa pola yang tidak dapat diterima ini bertolak belakang dengan bagaimana seharusnya memfasilitasi operasi kemanusiaan. Seharusnya tidak ada seorang pun yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan makanan," paparnya.

    Israel Tetap Menyangkal Ada Kelaparan di Gaza

    Sementara itu, juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, membantah pernyataan organisasi-organisasi kemanusiaan tersebut, menuduh mereka melayani propaganda Hamas.

    "Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel," kata Mencer.

    "Melainkan kekurangan buatan manusia yang direkayasa oleh Hamas," ujarnya.

    Kelompok Hamas, kata dia, mencegah distribusi pasokan dan menjarah bantuan untuk diri mereka sendiri atau menjualnya dengan harga yang melambung.

    "Bantuan telah mengalir ke Gaza," kata Mencer.

    Dia juga menyalahkan PBB dan rekan-rekannya karena gagal mengangkut truk-truk berisi bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya yang telah dibersihkan dan menunggu di sisi perbatasan Gaza.

    (mas)

    Komentar
    Additional JS