Insinyur China Curi Teknologi Deteksi Rudal Nuklir AS, Terancam Penjara 10 Tahun - Kompas
Dunia Internasional,Berita ,
Insinyur China Curi Teknologi Deteksi Rudal Nuklir AS, Terancam Penjara 10 Tahun
/data/photo/2023/02/20/63f336a37b7bc.jpg)
WASHINGTON, KOMPAS.com – Seorang insinyur asal China, Chenguang Gong (59), mengaku telah mencuri rahasia dagang sensitif milik perusahaan pengembang teknologi militer Amerika Serikat (AS), termasuk rancangan sistem deteksi peluncuran rudal nuklir.
Hal itu diumumkan oleh Departemen Kehakiman AS (DoJ) dalam pernyataannya pada Senin (21/7/2025).
Akibat tindakannya, Gong terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara dan akan menjalani sidang vonis pada 29 September 2025 mendatang.
Baca juga: WN China Baoxia Liu Jadi Buron FBI, Diduga Suplai Senjata Perang Iran-Israel
Curi lebih dari 3.600 file rahasia
Selama bekerja di sebuah perusahaan riset dan pengembangan di wilayah Los Angeles pada 2023, Gong diketahui mentransfer lebih dari 3.600 file rahasia ke perangkat penyimpanan pribadinya.
Gedung Putih Rilis 10 Poin Kesepakatan Tarif Indonesia-AS, Apa Saja?
Nama perusahaan tempat Gong bekerja tidak diungkapkan dalam dokumen pengadilan.
Menurut DoJ, beberapa dokumen yang dicuri mencakup cetak biru sensor inframerah untuk sistem berbasis luar angkasa—teknologi yang dirancang untuk mendeteksi peluncuran rudal nuklir serta melacak rudal balistik dan hipersonik.
Selain itu, Gong juga mencuri rancangan sensor yang dirancang untuk memungkinkan pesawat militer AS mendeteksi rudal pencari panas yang masuk dan mengaktifkan sistem penanggulangan.
"Gong mencuri teknologi yang sangat penting bagi keamanan nasional, termasuk sistem yang membantu pertahanan rudal dan perlindungan pesawat tempur," kata Departemen Kehakiman dalam pernyataan resminya.
Investigasi lanjutan
Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa Gong, yang menjadi warga negara AS sejak 2011, sebelumnya pernah bekerja di sejumlah perusahaan teknologi besar AS antara 2014 hingga 2022.
Selama periode itu, Gong dilaporkan juga mengajukan lamaran untuk bergabung dengan beberapa "Program Bakat" (Talent Programs) yang didanai oleh pemerintah China.
Menurut DoJ, program-program ini dirancang untuk menarik individu dengan "keahlian tingkat tinggi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi canggih" guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemampuan militer China.
Walau belum dipastikan apakah Gong benar-benar bergabung dalam salah satu program tersebut, pihak berwenang menilai langkahnya mencerminkan risiko spionase teknologi yang kian meningkat di sektor industri pertahanan AS.
Baca juga: Bagaimana Buron FBI Baoxia Liu 18 Tahun Selundupkan Senjata AS ke Iran?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Pendiri Tamiya Wafat, 49 Tahun Hadirkan Kegembiraan Lewat Dunia Miniatur Balap