RI Bakal Impor LNG dari AS untuk Seimbangkan Perdagangan dengan Trump | kumparan
RI Bakal Impor LNG dari AS untuk Seimbangkan Perdagangan dengan Trump | kumparan


“LNG termasuk yang akan diimpor dari AS," ucap Yuliot saat ditemui wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (4/7).
Dia menyebut, pada tahun lalu nilai impor energi Indonesia dari AS tercatat sekitar USD 4,2 miliar, dan tahun ini angka tersebut akan disesuaikan mengikuti kebutuhan serta arah negosiasi tarif yang tengah berlangsung.
Salah satu tujuannya adalah untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan terhadap ekspor Indonesia, terutama setelah AS memberikan tenggat 90 hari untuk menuntaskan negosiasi tarif resiprokal hingga 9 Juli 2025.
“Jadi untuk tahun ini, sesuai dengan komitmen kita untuk trade balance antara Indonesia dengan Amerika, ini akan menyesuaikan dengan negosiasi,” ujarnya.
Yuliot menjelaskan, produk energi yang akan diimpor dari AS meliputi LPG, crude oil (minyak mentah), dan LNG. Katanya, produk-produk ini akan dipetakan ulang agar impor tercatat langsung dari AS, bukan melalui negara lain.
Pemerintah juga mempertimbangkan kemungkinan mengalihkan sebagian impor LPG dari Timur Tengah ke AS. “Jadi nanti mungkin akan ada switch import dari Timur Tengah itu menjadi impor dari Amerika,” tambah Yuliot.
Meski demikian, dia belum dapat memastikan kapan impor akan dimulai, karena masih menunggu hasil akhir dari proses negosiasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sebelumnya, Airlangga menyatakan Indonesia telah menawarkan pembelian produk dari AS senilai USD 34 miliar, melebihi defisit dagang AS terhadap Indonesia yang mencapai USD 19 miliar.
Dari jumlah tersebut, sekitar USD 15,5 miliar dialokasikan khusus untuk pembelian produk energi.
“Jadi kita trade deficit Amerika terhadap Indonesia USD 19 miliar, tetapi yang kita offer pembelian kepada mereka itu jumlahnya melebihi, yaitu 34 miliar dolar,” kata Airlangga dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat pada Kamis (3/7).