China Dorong Yuan Jadi Mata Uang Cadangan BRICS, India dan Brasil Pasang Rem | Sindonews
Dunia Internasional ,
China Dorong Yuan Jadi Mata Uang Cadangan BRICS, India dan Brasil Pasang Rem | Halaman Lengkap
Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Senin, 25 Agustus 2025 - 07:33 WIB
China terus mengintensifkan upaya menjadikan yuan sebagai salah satu mata uang cadangan di kelompok negara BRICS, sebagai tandingan dominasi dolar AS dalam perdagangan global. FOTO/AP
- China terus mengintensifkan upaya menjadikan yuan sebagai salah satu mata uang cadangan di kelompok negara BRICS, sebagai tandingan dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan global. Namun, dorongan tersebut masih menghadapi resistensi dari sejumlah anggota utama aliansi ekonomi tersebut.
Rusia dan Brasil tercatat sudah menggunakan yuan secara luas dalam pembayaran minyak dan komoditas. Namun, India dan Afrika Selatan memilih bersikap hati-hati. Kedua negara itu lebih menginginkan sistem multivaluta yang memungkinkan semua mata uang lokal digunakan bersama-sama, ketimbang menjadikan yuan sebagai satu-satunya mata uang cadangan.
Baca Juga: Simbol Perlawanan Dolar AS, Mata Uang BRICS Tampilkan Desain Unik
Dorongan China ini sejatinya belum dilakukan secara resmi melalui kebijakan formal BRICS. Namun, sinyal kuat disampaikan Beijing sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2023 dan 2024. Pemerintahan Xi Jinping mendorong pemanfaatan yuan dalam perdagangan, pembayaran lintas batas, hingga cadangan devisa bank sentral negara-negara anggota.
Langkah itu semakin menguat setelah sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Rusia akibat perang Ukraina. Sanksi tersebut mendorong Moskow beralih ke yuan dalam transaksi internasional. India pun sempat menggunakan yuan untuk sejumlah pembayaran sebelum menghentikan penggunaannya.
Tak hanya di sektor perdagangan, yuan juga didorong menjadi alat pembayaran pinjaman melalui Bank Pembangunan Baru (New Development Bank/NDB) yang dimiliki BRICS. Menurut laporan Watcher Guru, beberapa negara mitra seperti Pakistan, Sri Lanka, dan sejumlah negara di Afrika telah menerima kucuran pinjaman dalam mata uang China tersebut.
Pengamat menilai langkah ini menjadi strategi tidak langsung Beijing untuk memperluas penerimaan yuan sebagai mata uang global. Namun, upaya ini sekaligus menimbulkan kekhawatiran negara anggota lain akan dominasi ekonomi China yang terlalu besar dalam aliansi tersebut.
India, Afrika Selatan, dan kini Brasil menyuarakan penolakan terhadap dominasi yuan. Mereka mengusulkan sistem berbasis keranjang mata uang lokal BRICS agar setiap negara memiliki kesempatan yang setara dalam transaksi internasional dan cadangan devisa.
Dorongan yuan sebagai mata uang cadangan juga dinilai sarat dengan dimensi geopolitik. Selain memperkuat pengaruh Beijing di pasar keuangan internasional, langkah ini dipandang sebagai upaya mengikis ketergantungan negara-negara berkembang pada sistem keuangan Barat yang didominasi dolar.
Baca Juga: Israel Bombardir Istana Presiden Yaman usai Houthi Serang Zionis dengan Bom Cluster
Meski begitu, para pengamat menilai peluang yuan menjadi mata uang cadangan tunggal BRICS masih jauh dari kenyataan. Perbedaan kepentingan ekonomi dan politik antaranggota membuat konsensus sulit tercapai. Ke depan, BRICS diperkirakan akan lebih memilih model perdagangan berbasis multivaluta. Langkah ini memungkinkan aliansi tetap memperkuat integrasi ekonomi sambil mengurangi ketergantungan pada dolar, tanpa harus menimbulkan ketegangan baru akibat dominasi yuan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Infografis

Segera Diluncurkan, Berikut 3 Fakta Mata Uang BRICS