Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Lintas Peristiwa Tsunami

    Jangan Anggap Sepele Gelombang Tsunami Kecil, Ini Bahaya yang Bisa Terjadi - Kompas

    4 min read

     Lintas Peristiwa ,

    Jangan Anggap Sepele Gelombang Tsunami Kecil, Ini Bahaya yang Bisa Terjadi

    KOMPAS.com - Gempa berkekuatan M 8,8 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025), memicu gelombang tsunami di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya aktivitas tsunami di delapan titik wilayah Indonesia. 

    Mayoritas delapan wilayah itu melaporkan adanya tsunami setinggi 20 cm atau 0,2 meter.

    Lantas, apakah gelombang tsunami yang rendah tetap berbahaya?

    Beda dari Prabowo, Anwar-Trump Alot Soal Tarif, Malaysia Sulit Ditekan?

    Baca juga: 8 Gempa Terbesar dalam Sejarah yang Memicu Tsunami

    Gelombang kecil dapat menjadi besar

    Dikutip dari KQED, Rabu (30/7/2025), para ahli mengingatkan, gelombang tsunami yang tampak kecil sekalipun dapat membawa dampak besar dan membahayakan.

    Pakar tsunami dari Cal Poly Humboldt, Lori Dengler menjelaskan, tsunami setinggi 30 sentimeter mungkin terdengar bisa diatasi, tetapi bahaya yang sebenarnya tersembunyi di balik kekuatan arus.

    Baca juga: Peringatan Tsunami Belum Dicabut, BMKG: Bisa Tiba-tiba Muncul dengan Gelombang Besar

    “Yang penting bukan seberapa tinggi airnya, tapi seberapa kuat air ia mengalir masuk dan keluar,” ujar Dengler.

    Hal senada disampaikan oleh ahli meteorologi dari Layanan Cuaca Nasional AS, Dalton Behringer.

    Menurutnya, gelombang setinggi 0,3 meter memang tampak kecil, tetapi saat dikombinasikan dengan dinamika pasang surut normal, dorongan air dapat meningkat tajam dan menghasilkan gelombang yang jauh lebih tinggi.

    "Bayangkan saja ini bukan hanya satu gelombang, tapi perubahan cepat dari air surut normal ke air pasang penuh," jelas Behringer.

    Ia menambahkan, pergantian dari surut ke pasang biasanya memakan waktu sekitar enam jam. Namun, dalam peristiwa tsunami, proses ini bisa berlangsung hanya dalam 10 hingga 15 menit.

    Baca juga: Cerita Korban Gempa Rusia M 8,7: Tanah Seperti Ombak, Lihat Tsunami 1,7 Meter

    Gelombang berbahaya terjadi beberapa jam setelahnya

    Ia memperingatkan, gelombang pertama, kedua, atau bahkan ketiga dari tsunami tidak boleh diremehkan.

    Menurutnya, tsunami tidak seperti ombak biasa yang datang dan langsung menerjang, tetapi cenderung menyerupai arus besar yang terus bergerak dan membawa volume air yang signifikan.

    “Mungkin hanya ombak 30 cm, tapi ada banyak air di balik ombak itu. Saat sampai di pantai, ia tak pernah berhenti, air terus masuk. Hal ini sering mengejutkan banyak orang," ujarnya.

    Baca juga: Penjelasan BMKG soal Video Ikan Naik ke Darat di Lampung, Bukan Tanda Tsunami

    Masyarakat pun diimbau untuk tidak mengabaikan peringatan dari otoritas setempat.

    Behringer menambahkan, gelombang tsunami tertinggi tidak selalu datang di awal. Dalam banyak kasus, gelombang paling berbahaya justru terjadi beberapa jam setelah gelombang pertama.

    “Energi gelombang tsunami bisa terus terbentuk dan bertambah kuat setelah gelombang pertama, sebelum akhirnya menghilang secara bertahap," tuturnya.

    Baca juga: BMKG Resmi Cabut Peringatan Dini Tsunami di Indonesia akibat Gempa Rusia

    Apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan?

    Dengler mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati pantai hanya demi menyaksikan gelombang tsunami secara langsung.

    Sebaliknya, ia menyarankan untuk memantau kondisi gelombang melalui situs laman resmi otoritas terkait.

    Menurutnya, gelombang tsunami jenis tersebut jarang terjadi dan bahkan tidak tampak signifikan jika hanya dilihat dengan mata telanjang.

    Gelombang yang mencapai garis pantai juga akan kembali surut ke laut dengan arus yang sangat kuat.

    “Meskipun ketinggiannya kurang dari 30 cm, ombak itu tetap mampu mengangkat pelabuhan sekitar 1,2 hingga 1,5 meter. Karena saat menyentuh pantai, ombaknya membesar,” jelas dia.

    Baca juga: BMKG Resmi Cabut Peringatan Dini Tsunami di Indonesia akibat Gempa Rusia

    Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

    10 Tsunami Paling Mematikan di Dunia, Tragedi Aceh 2004 Terparah

    Komentar
    Additional JS