Kabar Penjualan Bangunan Bersejarah di Solo, Terbaru Rumah Pujangga dan Wartawan Jawa Padmosusastro - Halaman all - Tribunsolo
Kasus
Kabar Penjualan Bangunan Bersejarah di Solo, Terbaru Rumah Pujangga dan Wartawan Jawa Padmosusastro - Halaman all - Tribunsolo

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Miris, mungkin kata-kata itu yang bisa tergambarkan dengan kondisi sejumlah bangunan bersejarah di Kota Solo.
Bagaimana tidak, satu persatu bangunan yang memiliki nilai sejarah di beberapa sudut kota Bengawan mulai dijual.
Terbaru, kabar mengejutkan datang dari rumah kediaman pujangga sekaligus wartawan Jawa ternama asal Solo, Padmosusastro yang dikabarkan dijual.
Tak hanya dijual, rumah kediaman pendiri koran Djawi Kandha pada tahun 1886 tersebut juga tak terurus.
Kompleks rumah yang beralamat di jalan Ronggowarsito, Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari Kota Solo tersebut terbengkalai.
Dari pantauan TribunSolo.com, akses gerbang masuk ke rumah Ki Padmo nampak dirantai dan digembok.
Sementara pagar yang hanya dari anyaman bambu juga telah nampak ambruk di salah satu sisinya.
Selain itu, kondisi rumah dengan nomor 153 dan tertera nama Mangoendipoero tersebut juga telah ditumbuhi semak belukar. Rerumputan dan dedaunan nampak berserakan tak hanya di pekarangan rumah.
Sejumlah bangunan yang ada di kompleks tersebut seperti tiga gubug di sisi Utara, timur dan barat juga telah nampak reyot.
Sementara bangunan utama rumah berbentuk joglo Limasan di sisi selatan pekarangan juga mengalami hal yang sama.
Jika dilihat dari luar bahkan hanya nampak atap rumah saja lantaran rumput dan pepohonan yang telah banyak menutupi pekarangan.
Plangkat Bangunan Cagar Budaya yang pernah ada di kompleks rumah tersebut pun juga tak nampak.
Salah satu warga sekitar yang ditemui TribunSolo.com mengatakan bahwa sudah beberapa tahun terakhir kompleks bangunan bersejarah tersebut ditutup.
Meski demikian, kompleks bangunan tersebut pernah digunakan sebagai lokasi usaha berupa wedangan.
"Sudah beberapa tahun terakhir ditutup seperti itu, dulu waktu tahun 2019 sempat ada wedangan yang dibuka oleh salah satu pemilik rumah di situ. Tapi beberapa tahun ini sudah tutup dan digembok seperti itu," ungkap sosok yang enggan disebut namanya, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: BPK X Identifikasi 9 Benda Diduga Cagar Budaya di Kaki Merapi Musuk Boyolali, Harus Diselamatkan
Disinggung siapakah pemilik kompleks bangunan bersejarah tersebut, ia menerangkan bahwa rumah Ki Padmo Susastro dikelola oleh keturunan-keturunannya.
"Ada beberapa ahli waris setahu saya, ada yang tinggal di Solo dan ada yang di Jakarta. Yang di Solo itu ya yang buka wedangan beberapa waktu lalu itu," lanjutnya.
Pemerhati budaya asal Solo, KRMRAP L Nuky Mahendranata Adiningrat menambahkan bahwa ternyata rumah tersebut telah dijual.
Ia mendapatkan kabar dijualnya rumah Cagar Budaya milik Ki Padmo Susastro itu dari warga sekitar dan salah satu keturunannya.
"Iya, kabar mengenai dijualnya rumah keluarga besar Ki Padmo Susastro itu saya dapat dari warga sekitar dan juga salah satu keluarganya. Itu ditawarkan karena ada masalah dan akan dieksekusi di akhir bulan ini," terang Nuky saat dihubungi.
Bahkan Nuky mendapat kabar bahwa eksekusi penjualan rumah Cagar Budaya tersebut akan digelar pada akhir bulan Agustus ini.
"Ini mungkin saya dapatnya sepihak, kemarin saya mencoba menghubungi salah satu ahli waris dan katanya akan dilelang. Kenapa bisa dilelang saya kurang tahu," pungkas Nuky.
Jalan Ronggowarsito, Denyut Nadi Kota Solo yang Menghubungkan Sejarah dan Modernitas
Di tengah hiruk-pikuk Kota Solo yang terus berkembang, Jalan Ronggowarsito hadir sebagai salah satu urat nadi utama yang menghubungkan berbagai wilayah strategis di pusat kota.
Jalan ini bukan hanya sekadar jalur transportasi, melainkan juga menyimpan makna sejarah dan budaya yang kental.
Jalan Ronggowarsito diambil dari nama Raden Ngabehi Ronggowarsito, sastrawan besar asal Jawa Tengah yang dikenal sebagai pelopor kesusastraan Jawa klasik.
Nama ini mengingatkan masyarakat Solo akan kekayaan budaya dan intelektual yang diwariskan dari masa lalu.
Terletak di pusat kota, Jalan Ronggowarsito menghubungkan kawasan komersial, perkantoran, hingga permukiman warga Solo.
Jalan ini menjadi salah satu jalur utama yang sering dilalui oleh kendaraan pribadi, angkutan umum, serta ojek online.
Aktivitas di jalan ini menggambarkan denyut kehidupan masyarakat Solo yang dinamis.
Sepanjang jalan, deretan toko, rumah makan, serta perkantoran menjadi pemandangan yang umum ditemui.
Kondisi jalan yang cukup lebar dengan trotoar di beberapa bagian memudahkan mobilitas pejalan kaki dan kendaraan.
Meski demikian, pada jam-jam sibuk, jalan ini kerap mengalami kepadatan lalu lintas, menandakan betapa vitalnya peran jalan ini bagi warga kota.
Jalan Ronggowarsito bukan hanya sekadar jalan raya, melainkan jembatan antara nilai-nilai tradisional dan kemajuan modern.
Keberadaan jalan ini menjadi simbol bagaimana Kota Solo mampu menjaga warisan budaya sekaligus mendukung perkembangan ekonomi dan sosial masyarakatnya.
Dengan demikian, Jalan Ronggowarsito menjadi salah satu ikon penting di Kota Solo yang wajib dikenali setiap warga dan pengunjung.
Keberadaannya memberikan warna tersendiri dalam kehidupan kota yang kaya akan budaya dan tradisi ini.
Sosok Kanjeng Nuky
KRMRAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat adalah seorang budayawan dan pemerhati sejarah asal Surakarta (Solo), Indonesia.
Ia dikenal sebagai kerabat Keraton Kasunanan Surakarta dan aktif dalam melestarikan warisan budaya serta sejarah lokal.
Keterlibatan Budaya: Aktif mengulas sejarah dan budaya Kota Solo melalui akun Instagramnya, @kanjengnuky.
Salah satu contohnya adalah ulasannya tentang Hotel Cakra, yang dulunya merupakan markas tentara Jepang dan kini menjadi wahana rumah hantu.
Ia menceritakan peristiwa sejarah penting yang terjadi di lokasi tersebut, termasuk pertempuran yang melibatkan tentara Jepang dan upaya penyerahan kekuasaan kepada Indonesia.
Menginisiasi berbagai kegiatan edukasi dan pelestarian budaya di Surakarta, termasuk menjadi bagian dari Duta Peduli Sejarah Indonesia.
Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung pelestarian sejarah dan budaya Indonesia.
(*)