Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan? | Republika Online
Dunia Internasional ,Konflik Timur Tengah ,
Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan? | Republika Online

Iran tegaskan akan melawan jika diserang.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Israel kemungkinan akan melancarkan perang lagi terhadap Iran dalam beberapa bulan ke depan, bahkan mungkin sebelum akhir Agustus.
Kalkulasi strategis kedua negara mengindikasikan bahwa perang tersebut akan lebih kejam, demikian menurut seorang pakar Swedia keturunan Iran, Trita Parsi, dikutip dari Aljazeera, Rabu (13/2025).
Sponsored
Dalam sebuah artikel di majalah AS, Foreign Policy, Trita Parsi menulis bahwa Iran sedang mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan Israel.
Tujuan Israel
Parsi, salah satu pendiri dan wakil presiden eksekutif Quincy Institute for Responsible Governance, mengidentifikasi tiga tujuan utama yang ingin dicapai Israel ketika menyerang Iran, selain melemahkan infrastruktur Iran.
Dia mencatat Israel berusaha menarik AS ke dalam konflik militer langsung dengan Iran, menggulingkan rezim Iran dan mengubah negara ini menjadi Suriah atau Lebanon di mana Israel dapat mengebom kapan pun mereka mau, tanpa pengawasan dan tanpa campur tangan AS, tetapi Israel hanya mencapai salah satu dari tiga tujuan tersebut.
Scroll untuk membaca
Dalam analisisnya, penulis mencatat bahwa strategi Israel "memotong rumput"— serangan pre-emptive yang berulang-ulang untuk mempertahankan superioritas militer— memberikan insentif untuk melakukan serangan lanjutan yang lebih cepat sebelum lawan dapat membangun kembali kemampuan mereka.
BACA JUGA: Demo Ricuh, Israel di Ambang Perang Saudara: Yahudi Radikal Ancam Tembaki Pendemo Anti-Perang Gaza
Namun, dia menyoroti bahwa Iran telah belajar dari laju konflik pertama dan kemungkinan akan merespons dengan lebih tegas sejak awal dalam perang baru, meninggalkan pendekatan 'permainan panjang'.
Parsi mencatat bahwa pergeseran strategi Iran ini, ditambah dengan apa yang dia gambarkan sebagai penguatan kohesi internal setelah serangan bulan Juni, dapat membuat konflik baru secara signifikan lebih dahsyat.
Dilema Trump
Analisis ini menunjukkan bahwa Trump terjebak dalam perangkap eskalasi yang dibuat oleh Israel sendiri.
Setelah memberikan dukungan terbatas pada bulan Juni dan menolak untuk terlibat secara penuh, dia sekarang menghadapi pilihan biner dalam konflik di masa depan yaitu berkomitmen penuh untuk berperang dengan Iran atau sepenuhnya menolak tekanan Israel.
Jika Trump tunduk pada tekanan Israel lagi dan bergabung dalam perang, AS dapat menghadapi perang habis-habisan dengan Iran yang diperkirakan akan lebih sulit bagi Washington dibandingkan dengan perangnya di Irak.
Parsi menjelaskan bahwa rekam jejak Trump menunjukkan dia mungkin akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan perlawanan berkelanjutan yang diperlukan untuk menolak opsi yang terakhir.
Implikasi regional
Artikel ini memunculkan pertanyaan penting tentang apakah dinamika ini akan mengarah pada perubahan kebijakan nuklir Iran, mengingat apa yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pilar pencegahan Iran saat ini. Hal ini dapat mengubah perhitungan keamanan regional secara mendasar.
BACA JUGA: Militer Israel Pecah, Elite Pimpinan Tolak Pencaplokan Penuh Gaza, Ini Alasannya
Elemen waktu yang ditekankan oleh Parsi, bahwa perhitungan politik menjadi lebih kompleks seiring dengan semakin dekatnya pemilihan umum paruh waktu AS, menunjukkan bahwa pertaruhannya akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
Yang paling mencolok adalah bagaimana analisis ini membingkai konflik lebih didorong oleh perhitungan keseimbangan kekuatan regional daripada masalah nuklir secara khusus, yang dapat membuat solusi diplomatik menjadi lebih sulit.
Pada Juli lalu, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Aljazeera, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya siap untuk setiap langkah militer Israel.
Dikutip Republika.co.id, Selasa (23/7/2025), dia juga menegaskan klaim penghapusan program nuklir Teheran adalah sebuah ilusi.
Dalam wawancara televisi pertama setelah perang Israel melawan Iran bulan Juni lalu, Pazeshkian menambahkan bahwa pasukan Iran siap untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Israel lagi.
Pazeshkian menambahkan, Israel memberikan pukulan yang kuat kepada negaranya, tetapi Iran memukul dengan keras. Dia menyebut Tel Aviv menyembunyikan kerugiannya.
Presiden Iran juga mengatakan Israel mencegah pembicaraan mengenai keberhasilan serangan rudal Iran, mengingat permintaannya untuk menghentikan perang menunjukkan banyak hal.
Pazeshkian menjelaskan Israel ingin mengubah Iran, membongkarnya, menghapusnya dengan kekacauan dan menyerang rezim tersebut, tetapi gagal melakukannya.
Dia menekankan negaranya tidak menginginkan perang dan tidak mengandalkan gencatan senjata sebagai sesuatu yang final. “Negaranya akan mempertahankan diri dengan penuh semangat,” kata dia.
BACA JUGA: Terungkap Microsoft Dukung Operasi Militer Israel Lewat Rekaman Jutaan Komunikasi Warga Palestina
Presiden Iran mengakui telah terjadi penetrasi ke negaranya, tetapi dia menganggap faktor penentu adalah teknologi dan pemanfaatan kemampuan AS.
Dia menekankan Iran belum dan tidak akan menyerah, dan menjelaskan bahwa Iran percaya pada diplomasi dan dialog.
Loading...