Viral Dokter di RSUD Sekayu Dipaksa Buka Masker Depan Pasien TBC, Wamenkes Sampai Bilang Begini - Liputan6
Kesehatan,
Viral Dokter di RSUD Sekayu Dipaksa Buka Masker Depan Pasien TBC, Wamenkes Sampai Bilang Begini
Viral video seorang dokter yang tengah bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan mendapat kekerasan fisik.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5315659/original/032279100_1755165645-Screen_Shot_2025-08-14_at_16.53.04.jpg)
Advertisement
- Dokter RSUD Sekayu diintimidasi keluarga pasien TBC, dipaksa buka masker.
- Wamenkes Dante menyesalkan kejadian, Kemenkes dampingi proses hukum dokter.
- Kekerasan terjadi karena ketidakpuasan; nakes dilindungi UU Kesehatan.
Liputan6.com, Jakarta - Viral video seorang dokter yang tengah bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan mendapat kekerasan fisik.
Dokter tersebut merupakan spesialis penyakit dalam. Dia dipaksa buka masker di depan pasien yang mengidap penyakit menular TBC.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyesalkan kejadian tersebut.
"Kami sangat menyesalkan dan akan mendampingi proses hukum yang diajukan oleh dokter yang mengalami tindakan kekerasan," kata Wamenkes Dante di Tangerang, Kamis (14/08/2025).
Dante mengungkapkan, sebagai bentuk dukungan atas kasus yang dialami oleh tenaga kesehatan itu Kementerian Kesihatan telah mengirimkan tim untuk membantu proses aduan hukum yang akan dijalani.
"Kementerian Kesehatan prihatin. Dan kita sudah mengirimkan tim ke Sekayu untuk mendampingi dokter tersebut," ujarnya.
Jaminan dari Wamenkes
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5315660/original/038027900_1755165645-Screen_Shot_2025-08-14_at_16.53.27.jpg)
Dante bilang, keselamatan dan keamanan tenaga kesehatan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, di mana tenaga kesehatan dan tenaga medis berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam menjalankan tugasnya.
"Kementerian Kesehatan menjamin secara maksimal seluruh tenaga kesehatan, nakes maupun tenaga medis untuk bisa bekerja secara maksimal tanpa kekerasan," terangnya.
Menurut dia, dokter yang bertugas menjalankan tugasnya berdasarkan standar profesi, prosedur operasional baku, dan standar pelayanan kesehatan yang berlaku di masing-masing fasilitas kesehatan.
"Kalau masyarakat tidak puas dengan pelayanan dokter ada salurannya di rumah sakit. Tapi tidak dengan kekerasan," tuturnya.
Ia berharap, kasus kekerasan terhadap dokter tidak terjadi lagi di fasilitas kesehatan di Indonesia. Semua pihak harus menciptakan lingkungan pelayanan yang aman, bermartabat, dan saling menghormati.
Advertisement
Duduk Perkara
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5315661/original/044409500_1755165645-Screen_Shot_2025-08-14_at_16.53.04.jpg)
Video dokter penyakit dalam Syahpri Putra Wangsa diintimidasi oleh keluarga pasien, viral di media sosial. Kejadian tersebut berlangsung di RSUD Sekayu Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (12/8).
Syahpri dipaksa oleh keluarga pasien untuk melepas masker dan mendapatkan kekerasan verbal. Dalam video, seorang pria yang merupakan keluarga dari pasien, marah-marah terhadap Syahpri.
Kemarahan diduga akibat pelayanan yang dinilai lambat dan ruangan yang tidak sesuai ekspektasi keluarga pasien.
"Ibu saya ini tiap hari disuruh tunggu dahak, kita sewa ruangan VIP ini untuk pelayanan yang bagus, yang layak, bukan sekadar suruh nunggu. Ini nyawa, ini emak saya, jangan kamu kayak kesannya main-main, berdalih nunggu air ludah (dahak), saya minta tindakan yang pasti," ujar pria itu dalam video.
Pria tersebut enggan menunggu lebih lama lagi terkait berbagai prosedur pemeriksaan, dan ingin ibunya segera ditangani. Pasalnya, dia membayar untuk ruang VIP dan berharap tindakan yang cepat tanpa menunggu hasil pemeriksaan dahak.Situasi memanas ketika pria lainnya membuka masker dokter secara paksa dan memaksanya untuk memberi penjelasan.
Dalam keadaan tertekan, Syahpri berupaya untuk tetap tenang dan menjelaskan prosedur yang dilakukan pada pasien.
"Ibu ini masuk RS dengan kondisi tidak sadar, akibat hipoglikemi atau gula darah sangat rendah. Tekanan darahnya tidak terkontrol, kemudian kita lakukan pemeriksaan, dilakukan rontgen dan didapatkan adanya infiltrate atau gambaran bercak di paru-paru kanan, gambaran khas dari TBC," jelas Syahpri.
Guna memastikan bahwa itu benar-benar penyakit TBC, maka Syahpri pun perlu memeriksa dahak pasien. Sayangnya, dalam proses menunggu dahak, keluarga atau anak pasien enggan menunggu lebih lama lagi dan ingin penanganan segera.
Pria itu pun menganggap bahwa dahak adalah air liur yang bisa diambil kapanpun tanpa ditunggu.
Padahal, menurut Syahpri, dahak berbeda dengan air liur, dan pemeriksaan TBC memang harus menggunakan dahak agar diketahui secara pasti.
"Nunggu dahak, kasih obat-obatan untuk menguji ke laboratorium, kita harus cek dahaknya, itu cara pemeriksaan pastinya," jelas Syahpri.
Dalam detik-detik terakhir video, anak pasien sempat melontarkan kata-kata ancaman terhadap dokter.
"Urus balik, kalau masih mau hidup urus balik ibu saya," ujar pria di balik kamera itu.