4 Alasan Trump Ubah Pentagon Jadi Departemen Perang | Sindonews
Dunia Internasional,
4 Alasan Trump Ubah Pentagon Jadi Departemen Perang | Halaman Lengkap
Donald Trump ubah Pentagon jadi Departemen Perang. Foto/X/@CENTCOM
- Presiden
Donald Trumpmenandatangani perintah eksekutif untuk mengubah nama Pentagon menjadi "Departemen Perang". Dia mengatakan kepada para wartawan di Ruang Oval bahwa nama tersebut lebih "tepat" mengingat keadaan dunia saat ini.
1. AS Memiliki Militer Terkuat di Dunia
"Saya pikir nama itu jauh lebih tepat, terutama mengingat kondisi dunia saat ini. Kita memiliki militer terkuat di dunia," kata Trump sebelum menandatangani perintah tersebut, dilasnir
CNN.
Perintah tersebut mengizinkan Menteri Pertahanan, Departemen Pertahanan, dan pejabat di bawahnya untuk menggunakan gelar sekunder seperti "Menteri Perang", "Departemen Perang", dan "Wakil Menteri Perang" dalam korespondensi resmi, komunikasi publik, konteks seremonial, dan dokumen non-statuta di dalam cabang eksekutif, menurut lembar fakta yang diperoleh CNN. Dan hampir seketika, para pejabat mulai menerapkannya.
Para pejabat Pentagon mengubah papan nama di luar kantor Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan situs web departemen tersebut pun diperbarui. Situs lama, defense.gov, kini dialihkan ke war.gov yang menampilkan "Departemen Perang AS" di bagian atas. DOD — akronim untuk Departemen Pertahanan — juga diganti dengan DOW untuk Departemen Perang dalam berbagai judul berita.
BacaJuga: 10 Negara Bebas Konflik di Dunia, Ada 2 Tetangga Indonesia
2. Militer Bersifat Menyerang, Bukan Bertahan
Hegseth, yang bergabung dengan presiden di Ruang Oval, mengatakan perubahan nama ini "bukan hanya tentang penggantian nama, tetapi tentang pemulihan." Hegseth mengatakan militer akan "bertindak menyerang, bukan hanya bertahan" dan, tercermin dalam perubahan nama tersebut, negara akan "membesarkan para pejuang, bukan hanya pembela."
Perintah tersebut juga memerintahkan semua departemen dan lembaga eksekutif untuk mengakui dan mengakomodasi gelar sekunder baru dalam komunikasi internal dan eksternal, serta menginstruksikan Hegseth untuk merekomendasikan tindakan, baik legislatif maupun eksekutif, untuk mengganti nama Departemen Pertahanan AS secara permanen menjadi Departemen Perang AS, menurut lembar fakta tersebut.
Meskipun lembar fakta tersebut tampaknya mengakui bahwa Trump akan membutuhkan bantuan Kongres untuk menjadikan perubahan tersebut permanen, Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa ia tidak yakin akan hal itu.
"Saya tidak tahu, tetapi kita akan mencari tahu, tetapi saya tidak yakin mereka harus melakukannya," katanya.
Berita tentang perintah hari Jumat tersebut pertama kali dilaporkan oleh Fox News.
Terakhir kali nama departemen tersebut diubah adalah melalui tindakan Kongres.
3. Bukan Hal Baru, Pernah Dilakukan George Washington
Departemen Perang, sebagaimana dulu disebut, pertama kali didirikan oleh Presiden George Washington ketika beliau mendirikan Angkatan Darat negara tersebut. Namun, nama tersebut kemudian diubah pada tahun 1949 sebagai bagian dari reorganisasi militer yang lebih luas di bawah Presiden Harry Truman.
Truman menandatangani Undang-Undang Keamanan Nasional pada tahun 1947, yang menggabungkan Departemen Angkatan Laut, Departemen Angkatan Udara yang baru dibentuk, dan Departemen Angkatan Darat—sebelumnya Departemen Perang, menurut Angkatan Darat—menjadi satu organisasi yang disebut Badan Militer Nasional, di bawah menteri pertahanan sipil. Badan Militer Nasional berganti nama menjadi Departemen Pertahanan pada bulan Agustus 1949.
4. Penggantian Pangkalan dan Kapal Perang
Upaya penggantian nama Pentagon mengikuti sejumlah langkah serupa yang dilakukan Hegseth untuk mengubah nama pangkalan dan kapal. Ia membatalkan keputusan era Biden yang telah menghapus nama-nama pangkalan era Konfederasi seperti Fort Bragg dan Fort Hood, kembali ke nama-nama tersebut tetapi secara resmi menamainya dengan nama-nama individu yang berbeda dengan nama yang sama.
Pada bulan Juni, Hegseth juga memerintahkan penggantian nama sebuah kapal tanker minyak yang dinamai aktivis hak-hak gay dan veteran Angkatan Laut, Harvey Milk.
(ahm)