Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Prabowo Subianto Spesial

    7 Desakan Darurat Ekonomi untuk Presiden Prabowo - Kompas

    4 min read

     

    7 Desakan Darurat Ekonomi untuk Presiden Prabowo

    Kompas.com, 11 September 2025, 07:34 WIB


    Aliansi Ekonom Indonesia memaparkan tujuh desakan darurat ekonomi yang diharapkan bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah.

    JAKARTA, KOMPAS.com – Aliansi Ekonom Indonesia menyampaikan tujuh desakan darurat ekonomi yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto.

    Desakan ini dinilai penting agar pemerintah segera melakukan koreksi kebijakan demi menjaga stabilitas ekonomi nasional.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky, mengatakan, desakan pertama adalah memperbaiki secara menyeluruh misalokasi anggaran.

    “Hal ini bisa dengan mengurangi porsi belanja untuk program populis secara signifikan. Mengembalikan transfer ke daerah pada porsinya hingga mengembalikan alokasi dana pendidikan sesuai amanat UUD 1945,” ujar Riefky dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

    5 Contoh Prompt Gemini Miniatur AI, Mudah dan Tinggal "Copas"

    7 Desakan Darurat Ekonomi untuk Prabowo

    1. Perbaikan Misalokasi Anggaran

    Mengurangi belanja untuk program populis, mengembalikan porsi transfer ke daerah, serta memastikan alokasi dana pendidikan sesuai UUD 1945.

    2. Kembalikan Independensi Institusi Negara

    Aliansi menilai independensi, transparansi, dan fungsi institusi negara harus dipulihkan. Hal ini dengan mengembalikan independensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)dan memulihkan tata kelola Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terutama dari konflik kepentingan politik. Selain itu, Bank Indonesia (BI) dituntut harus kembali pada marwahnya sebagai bank sentral independen, bukan sebagai penyandang dana proyek politik.

    3. Hentikan Dominasi Negara

    Negara diminta mengurangi intervensi berlebihan yang melemahkan aktivitas ekonomi lokal, termasuk pelibatan BUMN, TNI, hingga Polri dalam sektor bisnis.

    4. Deregulasi dan Penyederhanaan Birokrasi

    Dosen Ekonomi UI Rizki Nauli Siregar mengatakan, menderegulasi kebijakan, perizinan, lisensi, dan penyederhanaan birokrasi yang menghambat terciptanya iklim usaha dan investasi yang kondusif mendesak untuk dilakukan. 

    5. Atasi Ketimpangan Ekonomi

    Kebijakan yang memprioritaskan pengurangan ketimpangan harus menjadi fokus. Contohnya menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga beras serta kebutuhan pokok dengan mekanisme pasar.

    6. Kebijakan Berbasis Bukti dan Teknokrasis

    Pemerintah diminta kembali pada proses pengambilan keputusan berbasis bukti, bukan populisme yang berpotensi mengganggu kestabilan fiskal, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Merah Putih, dan Danantara.

    7. Perkuat Kualitas Institusi dan Tata Kelola

    Desakan terakhir menekankan pentingnya membangun kepercayaan publik, memperkuat demokrasi, dan memberantas rente.

    “Ini bisa dilakukan dengan mengembalikan amanat UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, di mana militer hanya untuk pertahanan, serta menghentikan segala bentuk represi dan intimidasi. Partai politik juga harus dikelola profesional, bukan oleh kroni tertentu. Yang penting, memberantas budaya suap antara perusahaan dan pejabat publik,” tutup Rizki.

    Komentar
    Additional JS