AS Setujui Paket Bantuan Senjata untuk Ukraina Rp 164 Triliun - Kompas
Dunia Internasional
AS Setujui Paket Bantuan Senjata untuk Ukraina Rp 164 Triliun

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menyetujui paket bantuan senjata pertama untuk Ukraina di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Bantuan ini kemungkinan segera dikirim, menandai dimulainya kembali pengiriman senjata ke Kyiv melalui skema keuangan baru bersama sekutu.
Mengutip Reuters, Selasa (16/9/2025), mekanisme tersebut memungkinkan Ukraina memperoleh senjata dari stok militer AS dengan pendanaan yang disediakan negara-negara anggota NATO.
Paket bantuan senjata untuk Ukraina
Wakil Menteri Pertahanan AS Bidang Kebijakan, Elbridge Colby, telah menyetujui dua pengiriman senjata masing-masing senilai 500 juta dollar AS (sekitar Rp 8,2 triliun).
Pengiriman bantuan senjata itu dilakukan di bawah mekanisme baru bernama Priority Ukraine Requirements List atau PURL.
Kerja sama transatlantik terbaru ini disebut dapat memasok senjata senilai hingga 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 164 triliun) ke Ukraina.
“Barang-barang itu sudah lama mereka minta. Banyak sekali,” kata salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya.
“Aliran bantuan inilah yang memungkinkan mereka menstabilkan garis pertahanan sejauh ini,” imbuhnya.
Sumber tersebut tidak merinci jenis senjata yang masuk dalam daftar. Namun, disebutkan bahwa PURL mencakup sistem pertahanan udara, salah satu kebutuhan paling mendesak bagi Ukraina menyusul meningkatnya serangan drone dan rudal Rusia.
Menurut para ahli, kebutuhan Ukraina tetap sama seperti bulan-bulan sebelumnya, yaitu pertahanan udara, pencegat, sistem roket, dan artileri.
Pentagon belum memberikan komentar terkait rincian bantuan senjata untuk Ukraina tersebut.
Sejauh ini, pemerintahan Trump lebih banyak menjual senjata ke Ukraina atau mengirimkan donasi yang sebelumnya diotorisasi mantan Presiden Joe Biden, yang dikenal sebagai pendukung kuat Kyiv.
Trump sendiri sebelumnya mengungkapkan frustrasi terhadap serangan Moskwa yang terus berlanjut, meski ia telah berupaya mencari jalan keluar untuk perang Rusia vs Ukraina lewat jalur negosiasi.