Jangan Asal Panaskan! Pakar IPB Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Picu Keracunan - SINDOnews
2 min read
Kesehatan
Jangan Asal Panaskan! Pakar IPB Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Picu Keracunan
Rabu, 24 September 2025 - 06:00 WIB
Menghangatkan kembali makanan sisa sering kali menjadi pilihan praktis di rumah tangga. Foto/Shutterstock.
A
A
A
JAKARTA - Menghangatkan kembali makanan sisa sering kali menjadi pilihan praktis di rumah tangga. Namun, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University , Dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, mengingatkan bahwa tidak semua jenis makanan aman untuk dipanaskan ulang.
Menurutnya, meskipun makanan yang dimasak dengan benar bisa dipanaskan kembali, ada sejumlah kategori makanan yang sebaiknya dihindari. Hal ini karena kandungan senyawa tertentu dapat berubah berbahaya atau makanan berisiko terkontaminasi bakteri.
Baca juga: Benarkah Kentang Hijau dan Bertunas Itu Beracun? Pakar IPB Jelaskan Faktanya
Karina menjelaskan, sayuran hijau dan sayuran tinggi nitrat seperti bayam, kale, wortel, lobak, dan seledri, sebaiknya tidak dipanaskan ulang. Proses pemanasan dapat mengubah kandungan nitrat menjadi senyawa karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh.
Selain itu, makanan berbasis protein juga perlu diwaspadai. Daging ayam dan telur, misalnya, berpotensi mengandung bakteri Salmonella. Begitu pula nasi dingin, yang bisa menjadi sarang berkembangnya Bacillus cereus jika dipanaskan ulang. Dr. Karina juga menyebut daging olahan berisiko menghasilkan zat karsinogenik dari bahan pengawetnya saat dipanaskan.
Baca juga: Daftar Makanan yang Tidak Boleh Disimpan di Kulkas, dari Bawang hingga Pisang
“Makanan buffet atau take away juga patut diperhatikan karena kita tidak tahu kapan dimasak dan bagaimana standar keamanannya,” tegasnya.
Bahaya terbesar dari mengonsumsi makanan sisa yang dipanaskan berulang kali adalah keracunan makanan (food poisoning). Risiko ini terutama muncul bila suhu dan durasi pemanasan tidak tepat. Bakteri bisa tumbuh cepat pada suhu 4°C–60°C. Karena itu, pemanasan harus dilakukan hingga suhu bagian dalam makanan mencapai minimal 70°C selama dua menit, 75°C selama 30 detik, atau 80°C selama enam detik.
Karina menambahkan, cara penyimpanan makanan sisa juga sangat menentukan keamanan pangan. Makanan yang tidak langsung dikonsumsi sebaiknya dibagi ke porsi kecil dalam wadah tertutup rapat, lalu disimpan di chiller selama 3–4 hari atau dibekukan di freezer hingga 3–4 bulan. Meski demikian, semakin lama disimpan, kualitas makanan bisa menurun dari segi rasa maupun kelembapan.
Untuk menghangatkan, makanan berkuah sebaiknya direbus hingga mendidih, sementara makanan tanpa kuah dapat dipanaskan dengan cara dikukus, ditumis, dipanggang, atau menggunakan microwave, oven, maupun air fryer. Namun, ada satu hal penting yang tidak boleh dilupakan: makanan beku yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
“Ini penting untuk menjaga kualitas sekaligus keamanan pangan,” pungkasnya
Menurutnya, meskipun makanan yang dimasak dengan benar bisa dipanaskan kembali, ada sejumlah kategori makanan yang sebaiknya dihindari. Hal ini karena kandungan senyawa tertentu dapat berubah berbahaya atau makanan berisiko terkontaminasi bakteri.
Baca juga: Benarkah Kentang Hijau dan Bertunas Itu Beracun? Pakar IPB Jelaskan Faktanya
Karina menjelaskan, sayuran hijau dan sayuran tinggi nitrat seperti bayam, kale, wortel, lobak, dan seledri, sebaiknya tidak dipanaskan ulang. Proses pemanasan dapat mengubah kandungan nitrat menjadi senyawa karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh.
Selain itu, makanan berbasis protein juga perlu diwaspadai. Daging ayam dan telur, misalnya, berpotensi mengandung bakteri Salmonella. Begitu pula nasi dingin, yang bisa menjadi sarang berkembangnya Bacillus cereus jika dipanaskan ulang. Dr. Karina juga menyebut daging olahan berisiko menghasilkan zat karsinogenik dari bahan pengawetnya saat dipanaskan.
Baca juga: Daftar Makanan yang Tidak Boleh Disimpan di Kulkas, dari Bawang hingga Pisang
“Makanan buffet atau take away juga patut diperhatikan karena kita tidak tahu kapan dimasak dan bagaimana standar keamanannya,” tegasnya.
Bahaya terbesar dari mengonsumsi makanan sisa yang dipanaskan berulang kali adalah keracunan makanan (food poisoning). Risiko ini terutama muncul bila suhu dan durasi pemanasan tidak tepat. Bakteri bisa tumbuh cepat pada suhu 4°C–60°C. Karena itu, pemanasan harus dilakukan hingga suhu bagian dalam makanan mencapai minimal 70°C selama dua menit, 75°C selama 30 detik, atau 80°C selama enam detik.
Karina menambahkan, cara penyimpanan makanan sisa juga sangat menentukan keamanan pangan. Makanan yang tidak langsung dikonsumsi sebaiknya dibagi ke porsi kecil dalam wadah tertutup rapat, lalu disimpan di chiller selama 3–4 hari atau dibekukan di freezer hingga 3–4 bulan. Meski demikian, semakin lama disimpan, kualitas makanan bisa menurun dari segi rasa maupun kelembapan.
Untuk menghangatkan, makanan berkuah sebaiknya direbus hingga mendidih, sementara makanan tanpa kuah dapat dipanaskan dengan cara dikukus, ditumis, dipanggang, atau menggunakan microwave, oven, maupun air fryer. Namun, ada satu hal penting yang tidak boleh dilupakan: makanan beku yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
“Ini penting untuk menjaga kualitas sekaligus keamanan pangan,” pungkasnya
(nnz)