Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Featured Istimewa Spesial

    Menteri Perang AS: Kita Akan Menyerang, Bukan Bertahan! - inews

    2 min read

     

    Menteri Perang AS: Kita Akan Menyerang, Bukan Bertahan! - Bagian All


    WASHINGTON, iNews.id - Menteri Perang Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth menegaskan arah baru strategi militer Negeri Paman Sam pasca-keputusan Presiden Donald Trump mengubah nama Departemen Pertahanan menjadi Departemen Perang

    Dalam konferensi pers di Ruang Oval, Gedung Putih, Jumat (5/9/2025), Hegseth menekankan AS akan lebih agresif dan berorientasi pada kemenangan, bukan sekadar bertahan.

    “Departemen Perang akan bertempur dengan tegas, bukan konflik tanpa akhir. Departemen ini akan bertempur untuk menang, bukan untuk tidak kalah. Kita akan menyerang, bukan hanya bertahan,” ujar Hegseth di Ruang Oval, seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (6/9/2025).

    Strategi Baru: Agresif dan Mematikan

    Hegseth menegaskan di bawah nama baru ini, militer AS akan menggunakan “daya mematikan maksimum” dalam setiap operasi. Dia menilai pendekatan militer harus menekankan kekuatan, bukan dibatasi oleh “legalitas yang lemah” atau kompromi politis.

    “Pendekatan ini akan melahirkan bangsa pejuang, bukan sekadar bertahan. Amerika akan dikenal karena ketegasan dan keberanian bertindak,” ujarnya.

    Sebelumnya Trump berulang kali menyampaikan gagasan penggantian nama tersebut dengan alasan historis. Menurut dia, ketika AS masih bernama Departemen Perang, negara itu berhasil mencatat kemenangan besar dalam Perang Dunia.

    “Nama Departemen Perang memberikan pesan kesiapan dan tekad lebih kuat dibandingkan dengan Departemen Pertahanan yang hanya menekankan kemampuan bertahan,” demikian bunyi Instruksi Presiden yang diteken Trump.

    Instruksi itu juga menyebut pemulihan nama lama ini akan mempertajam fokus Pentagon pada kepentingan nasional sekaligus memberi sinyal kepada musuh bahwa AS siap berperang demi mempertahankan posisinya.

    Pentagon pertama kali memakai nama itu sejak 1789 pada masa Presiden George Washington. Namun setelah Perang Dunia II berakhir, tepatnya tahun 1947, nama tersebut diganti menjadi Departemen Pertahanan untuk mencerminkan semangat menjaga perdamaian pascaperang.

    Kini, lebih dari 7 dekade, Trump kembali menghidupkan istilah lama tersebut, sebuah keputusan yang memicu perdebatan, apakah ini sekadar simbol politik atau sinyal agresif terhadap lawan-lawan Amerika di panggung global.

    Komentar
    Additional JS