Putin Dilaporkan Pecat Ajudan Utama yang Ingin Akhiri Perang Ukraina, Ini Respons Kremlin - SindoNews
3 min read
Dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina,
Putin Dilaporkan Pecat Ajudan Utama yang Ingin Akhiri Perang Ukraina, Ini Respons Kremlin
Jum'at, 19 September 2025 - 10:52 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah salah satu ajudan utamanya, Dmitry Kozak, karena bersikeras ingin akhiri perang melawan Ukraina. Foto/X @nexta_tv
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah memecat salah satu ajudan utamanya yang ingin mengakhiri perang melawan Ukraina. Keduanya disebut-sebut telah berselisih atas kebijakan invasi besar-besaran tersebut.
Sosok ajudan tersebut adalah Dmitry Kozak, Wakil Kepala Staf Presiden Vladimir Putin.
Kremlin telah meluruskan informasi tentang Kozak. Menurut Kremlin, yang dikutip RBC, Jumat (19/9/2025), Kozak, yang berasal dari Ukraina, mengundurkan diri dari jabatannya.
"Kozak mengajukan permintaan tersebut untuk alasan pribadinya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Baca Juga: Putin Sebut Pemimpin Rusia Berikutnya Harus Veteran Perang Ukraina
Namun, Institute for the Study of War(ISW) mengatakan bahwa Kozak kemungkinan didepak dari jabatannya setelah bertahun-tahun berselisih paham dengan Putin tentang perang Ukraina.
Menurut laporan Newsweek, Kozak menentang invasi skala penuh Rusia terhadap Ukraina. Keluarnya dia dari lingkaran dalam Kremlin menandakan komitmen Putin dan timnya untuk melanjutkan perang yang akan berdampak pada pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali mencoba memfasilitasi negosiasi antara Moskow dan Kyiv.
Mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya, media pemerintah Rusia; RBC, melaporkan bahwa Kozak telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil kepala staf kepresidenan "atas kemauannya sendiri" untuk mengejar kepentingan bisnis.
Namun, ISW mengatakan bahwa pejabat senior Kremlin dengan dukungan Putin kemungkinan mendorong Kozak keluar dari jabatannya setelah bertahun-tahun berselisih dengan sang presiden soal Ukraina.
Kozak disebut-sebut telah menengahi kesepakatan Moskow dengan Kyiv pada awal perang yang akan menghalangi Ukraina menjadi anggota NATO, tetapi kesepakatan ini ditolak oleh Putin karena dia ingin mencaplok wilayah Ukraina.
The New York Times melaporkan pada bulan Agustus bahwa Kozak kehilangan pengaruhnya di Kremlin setelah dia mendesak Putin untuk menghentikan pertempuran di Ukraina, memulai negosiasi perdamaian, dan mengurangi kekuatan badan keamanan Rusia. Namun Kozak tidak mengumumkan tuntutannya itu kepada publik.
Menurut ISW, pada bulan Agustus, Putin menandatangani dekrit yang menghapuskan dua departemen kepresidenan yang diawasi Kozak, kemungkinan sebagai persiapan untuk kepergiannya dari lingkaran dalam Kremlin.
Kozak pernah menjadi salah satu penasihat terdekat Putin dan mengawasi strategi Kremlin di Ukraina hingga peran ini dialihkan kepada Sergei Kiriyenko pada tahun 2022.
Kepergian Kozak dari Kremlin akan memperkuat kekuasaan dan tanggung jawab Kiriyenko di lingkaran dalam Kremlin, menunjukkan komitmen Putin untuk melanjutkan perang di Ukraina dan memenuhi tuntutan perang maksimalisnya.
Olena Rohoza, pengguna X pro-Ukraina, menulis: "Satu-satunya orang di lingkaran dalam Putin yang menentang perang telah meninggalkan Kremlin."
Leonid Volkov, lawan politik Putin di Rusia, menulis di X: "Apakah kita sekarang harus membesar-besarkan Kozak menjadi tokoh anti-perang? Pria itu menghabiskan 20 tahun membangun Putinisme. Kemudian selama 3,5 tahun dia membantu teroris selama perang."
Sementara itu, jajak pendapat yang dilakukan oleh Kyiv International Institute of Sociology (KIIS) menemukan bahwa tiga perempat warga Ukraina ingin terus berperang melawan Rusia. Survei yang dilakukan antara 2-14 September 2025 menunjukkan bahwa 76 persen warga Ukraina yakin Ukraina dapat menang dengan dukungan Barat yang memadai.
Juga ditemukan bahwa proposal perdamaian Moskow yang menuntut penarikan pasukan Ukraina dari wilayah Donbas timur ditolak mentah-mentah oleh 75 persen warga.
Sosok ajudan tersebut adalah Dmitry Kozak, Wakil Kepala Staf Presiden Vladimir Putin.
Kremlin telah meluruskan informasi tentang Kozak. Menurut Kremlin, yang dikutip RBC, Jumat (19/9/2025), Kozak, yang berasal dari Ukraina, mengundurkan diri dari jabatannya.
"Kozak mengajukan permintaan tersebut untuk alasan pribadinya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Baca Juga: Putin Sebut Pemimpin Rusia Berikutnya Harus Veteran Perang Ukraina
Namun, Institute for the Study of War(ISW) mengatakan bahwa Kozak kemungkinan didepak dari jabatannya setelah bertahun-tahun berselisih paham dengan Putin tentang perang Ukraina.
Menurut laporan Newsweek, Kozak menentang invasi skala penuh Rusia terhadap Ukraina. Keluarnya dia dari lingkaran dalam Kremlin menandakan komitmen Putin dan timnya untuk melanjutkan perang yang akan berdampak pada pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali mencoba memfasilitasi negosiasi antara Moskow dan Kyiv.
Mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya, media pemerintah Rusia; RBC, melaporkan bahwa Kozak telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil kepala staf kepresidenan "atas kemauannya sendiri" untuk mengejar kepentingan bisnis.
Namun, ISW mengatakan bahwa pejabat senior Kremlin dengan dukungan Putin kemungkinan mendorong Kozak keluar dari jabatannya setelah bertahun-tahun berselisih dengan sang presiden soal Ukraina.
Kozak disebut-sebut telah menengahi kesepakatan Moskow dengan Kyiv pada awal perang yang akan menghalangi Ukraina menjadi anggota NATO, tetapi kesepakatan ini ditolak oleh Putin karena dia ingin mencaplok wilayah Ukraina.
The New York Times melaporkan pada bulan Agustus bahwa Kozak kehilangan pengaruhnya di Kremlin setelah dia mendesak Putin untuk menghentikan pertempuran di Ukraina, memulai negosiasi perdamaian, dan mengurangi kekuatan badan keamanan Rusia. Namun Kozak tidak mengumumkan tuntutannya itu kepada publik.
Menurut ISW, pada bulan Agustus, Putin menandatangani dekrit yang menghapuskan dua departemen kepresidenan yang diawasi Kozak, kemungkinan sebagai persiapan untuk kepergiannya dari lingkaran dalam Kremlin.
Kozak pernah menjadi salah satu penasihat terdekat Putin dan mengawasi strategi Kremlin di Ukraina hingga peran ini dialihkan kepada Sergei Kiriyenko pada tahun 2022.
Kepergian Kozak dari Kremlin akan memperkuat kekuasaan dan tanggung jawab Kiriyenko di lingkaran dalam Kremlin, menunjukkan komitmen Putin untuk melanjutkan perang di Ukraina dan memenuhi tuntutan perang maksimalisnya.
Olena Rohoza, pengguna X pro-Ukraina, menulis: "Satu-satunya orang di lingkaran dalam Putin yang menentang perang telah meninggalkan Kremlin."
Leonid Volkov, lawan politik Putin di Rusia, menulis di X: "Apakah kita sekarang harus membesar-besarkan Kozak menjadi tokoh anti-perang? Pria itu menghabiskan 20 tahun membangun Putinisme. Kemudian selama 3,5 tahun dia membantu teroris selama perang."
Sementara itu, jajak pendapat yang dilakukan oleh Kyiv International Institute of Sociology (KIIS) menemukan bahwa tiga perempat warga Ukraina ingin terus berperang melawan Rusia. Survei yang dilakukan antara 2-14 September 2025 menunjukkan bahwa 76 persen warga Ukraina yakin Ukraina dapat menang dengan dukungan Barat yang memadai.
Juga ditemukan bahwa proposal perdamaian Moskow yang menuntut penarikan pasukan Ukraina dari wilayah Donbas timur ditolak mentah-mentah oleh 75 persen warga.
(mas)